Share

JATUH MISKIN SETELAH MENIKAH LAGI
JATUH MISKIN SETELAH MENIKAH LAGI
Author: Ucu Nurhami Putri

Bab Satu

"De, kamu enggak merasa ada yang aneh gitu dengan suamimu?" tanya Via-sahabatku.

Aku mengangguk cepat. "Dia masih bersikap seperti dulu kita baru menikah. Jadi untuk apa aku curiga?"

Via lagi-lagi hanya mengusap wajahnya dengan kasar.

Dalam satu bulan ini, dia sudah mengajakku bertemu sekitar enam atau tujuh kali. Namun aku hanya bisa bertemu dengannya hari ini di sebuah mall yang tidak jauh dari rumah. Bukan karena aku tidak rindu dengan sahabat, hanya saja aku tidak suka kalau setiap bertemu dengannya, dia selalu melayangkan pertanyaan yang sama.

Yaitu tentang kecurigaan pada suamiku. Suami yang sangat menyayangi aku serta anak-anak, tidak pernah marah, kurang memberikan uang, atau yang lainnya. Dia benar-benar suami yang nyaris sempurna membuatku merasa apa yang dikatakan Via sangat tidak masuk akal.

"Ada apa? Cerita saja kalau memang ada sesuatu. Mungkin nanti kamu akan merasa lega," ucapku lagi berusaha memberinya solusi karena wajah Via terlihat sangat tertekan.

Wajah Via menjadi semakin pucat. Kepalanya menengok ke arah kanan dan kiri seperti memastikan tidak ada seseorang yang sedang memantaunya. Hal ini membuatku heran. Apa yang dia lakukan?

"Via, kita orang biasa. Enggak mungkin ada orang yang ngikutin," ucapku berusaha membuatnya tenang, namun dia malah makin panik.

"Lu enggak tahu apa yang gue tau, jadi gak panik kek gue. Cuman gue harap walau nanti Lu tau, teteplah tenang seperti Delisa yang gue kenal, ya?" pintanya sambil menggenggam kedua tanganku.

"Kenapa cara bicaramu begitu?" tanyaku lirih. "Tanganmu juga keringetan."

Via kembali melihat ke segala arah, lalu mendekat ke arahku. "Kita memang orang biasa, De. Namun tidak dengan suamimu. Dia orang hebat dan punya banyak orang yang kerja buat dia. Jadi kita harus hati-hati," ucapnya yang mulai membaik. Tidak terlalu memprihatinkan seperti tadi.

Jujur saja, aku jadi ikut-ikutan panik seperti dirinya. Namun, aku tetap berusaha tenang agar tidak membuat keadaan Via semakin berantakan.

Aku bahkan membantunya untuk memantau orang-orang sekitar dan tidak ada yang mencurigakan. Semuanya masih sama seperti tadi, bahkan masih seperti beberapa waktu ini ketika kita datang.

"Suamimu masih dinas, kan? Katanya dia dinas di mana?" tanyanya lagi-lagi membicarakan pria yang sudah menjadi imam di dalam hidupku sepuluh tahun pernikahan.

"Iya." Aku menjawab singkat dengan perasaan sedikit kesal. "Kalau cuman bicara seperti ini, kenapa enggak di rumahku saja? Dekat ini."

"Enggak bisa, Dek. Semua orang yang bekerja di rumahmu ada di pihak suamimu. Kali ini aku benar-benar mau mengatakan semuanya. Aku sudah tidak sanggup melihat kamu dibodohi oleh pria licik itu," ucapnya geram sambil menahan amarah yang memuncak.

"Pria licik? Suamiku?" tanyaku sambil menatapnya lekat untuk mendapatkan penjelasan. "Jelaskan semuanya maksud dari ucapanmu selama ini."

Mas Rayan memang bukan pria yang sempurna, namun aku juga demikian. Jadi, aku tidak pernah berharap rumah tanggaku akan seperti orang-orang yang mendekati sempurna.

Sebelum mengatakan sesuatu, Via kembali duduk dengan tegak seolah tidak ada apa pun. Dia juga mengambil buku menu yang ada di hadapannya, lalu mengangkatnya hingga wajahnya tidak kelihatan.

"Suamimu berpacaran dengan teman kantorku," ucapnya pelan, namun kedua telingaku mendengarnya sangat jelas.

"Jangan katakan yang tidak-tidak! Aku tahu betul kalau selama ini sikap suamiku dingin terhadap wanita. Bukankah selama ini padamu juga begitu? Hanya padaku dia bersikap lembut. Jadi tidak mungkin dia menikah lagi," cecarku tidak terima.

Via kembali menurunkan buku menu itu, lalu memelukku.

Dia berbisik, "Aku mohon jangan bicara yang keras-keras. Aku sungguh takut kalau di tempat ini ada orang-orang suamimu yang mendengar pembicaraan kita," ucapnya lagi-lagi memasang wajah ketakutan.

"Aku mohon," pintanya lagi dengan suara yang sudah bergetar.

Kali ini aku mengangguk dan memilih untuk tidak bertanya. Sementara ini memang hanya Via yang selalu ada di sisiku. Jadi tidak ada salahnya jika sekarang aku mendengarkan lebih dulu ceritanya.

Via mengambil sesuatu dari dalam tasnya. "Ini adalah undangan pernikahan suamimu dengan teman kantorku. Diadakan siang hari dengan tema topeng," ucapnya dan tubuhku langsung gemetar ketika melihat nama suamiku dan kedua orang tuanya ada di sana. Bahkan nama adik-adiknya juga dimasukkan.

"Kalau kamu masih tidak percaya, mari kita pergi ke sana Sabtu nanti. Anak-anakmu bawa semuanya keluar dari rumah agar para pekerja yang ada di rumah tidak ada yang curiga dan titipkan di rumah orang tuaku," lanjutnya menyampaikan rencana, namun aku tidak meresponnya.

Telingaku berdenging dan tubuhku gemetar. Pria yang selalu bertutur kata lembut dan sering mengucapkan kata-kata cinta, kini namanya ada di surat pernikahan dengan wanita lain.

"Mau atau tidak?" tanyanya lagi.

"Aku setuju. Jalankan seperti rencanamu!"

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status