Setelah menempuh perjalanan beberapa menit. Kini akhirnya Javier tiba di Alamat yang diberikan oleh Herry. Laki laki itu menarik napas nya dengan cukup panjang, lalu ia hembuskan perlahan. Dengan sedikit langkah bergetar, Javier melangkahkan kakinya turun dari mobil dan berjalan menuju pintu utama kediaman Alfarezky, walau sedikit takut tapi ia beranikan diri untuk mengetuk pintu tersebut.
Tok.. Tok... Tok..Ceklek!Seorang wanita paruh baya berambut pendek sebahu, wajah yang masih cantik dan mungkin seumuran dengan sang Mommy membukakan pintu dan tersenyum ramah padanya."Iya, ada yang bisa saya bantu?" tanya nya lembut menatap Javier dari atas sampai bawah. Merasa asing dengan wajah laki laki itu.'Shit! Mengapa aku jadi takut begini sial!' umpat Javier dalam hati."Sa—saya ingin bertemu dengan Celena, Tante," ujar Javier pelan seketika membuat alis wanita paruh baya tersebut bertaut dan menatapnya datar."Siapa SayangSetelah selesai makan, Celena dan Susan pun kembali ke kosan untuk istirahat. Namun saat Celena hendak masuk ke dalam kamar nya tiba tiba Susan mencekal tangan nya dan menatap mata Celena dengan tatapan yang sulit di artikan."Ke—kenapa?" tanya Celena gugup."Tidak, hanya saja aku merasa kamu seperti sedang ada masalah?" ucap Susan yang masih menatap mata Celena dengan dalam."Kamu sok tau," kata Celena terkekeh menanggapi omongan Susan."Sudahlah, aku akan istirahat. Terimakasih tetangga baru," ucap Celena tersenyum lalu menutup pintu kamar nya.Susan menatap pintu kamar Celena dengan wajah datar nya. Ia sedang menebak nebak apa yang terjadi dengan Celena. Entah mengapa dirinya sangat penasaran dengan kehidupan Celena.‘Tetangga yang misterius,’ gumam Susan pelan.Sedangkan di dalam kamar, Celena langsung membersihkan dirinya dan berganti pakaian untuk istirahat. Celena melihat layar hape nya yang menyala, sedari tadi h
Sedangkan Felly, di sana sedang memandang bingung seisi kamar nya. Mengapa Javier berubah? Mengapa Felly tiba tiba merasakan bahwa ada sesuatu yang terjadi. Batinnya. Entah apa yang salah, apakah ini yang dinamakan ujian sebelum menikah atau memang sebuah pertanda bahwa aka nada sesuatu yang besar terjadi. Felly merasakan sebuah firasat kurang enak, tapi ia berusaha menepis nya. Karena kono, jika kita berfikiran negatif maka itu akan benar terjadi. Felly berusaha berfikir positif, mencoba percaya dengan apa yang dikerjakan Javier di luar sana. Toh tdiak lama lagi mereka akan menikah. Tok... Tok... Tok... Suara ketukan pintu membuat lamunan Felly buyar seketika, ia berjalan menuju pintu dan terlihatlah sang mama yang datang dengan membawakan sebuah nampan berisi buah dan jus untuknya. "Kenapa kamu tidak turun ke bawah Sayang?" tanya Leona meletakkan nampannya ke meja. "Felly males Ma, tadinya m
Setelah menempuh perjalanan beberapa menit. Kini akhirnya Javier tiba di Alamat yang diberikan oleh Herry. Laki laki itu menarik napas nya dengan cukup panjang, lalu ia hembuskan perlahan. Dengan sedikit langkah bergetar, Javier melangkahkan kakinya turun dari mobil dan berjalan menuju pintu utama kediaman Alfarezky, walau sedikit takut tapi ia beranikan diri untuk mengetuk pintu tersebut.Tok.. Tok... Tok..Ceklek!Seorang wanita paruh baya berambut pendek sebahu, wajah yang masih cantik dan mungkin seumuran dengan sang Mommy membukakan pintu dan tersenyum ramah padanya."Iya, ada yang bisa saya bantu?" tanya nya lembut menatap Javier dari atas sampai bawah. Merasa asing dengan wajah laki laki itu.'Shit! Mengapa aku jadi takut begini sial!' umpat Javier dalam hati."Sa—saya ingin bertemu dengan Celena, Tante," ujar Javier pelan seketika membuat alis wanita paruh baya tersebut bertaut dan menatapnya datar."Siapa Sayang
J&F Kaffe and Resto.Jenar mengajak Chacha agar menemaninya untuk bertemu dengan Leona juga Fahmi. Jadi, sebelum ia bicara dengan Leona nanti,. Jenar sudah lebih dulu menceritakan semuanya pada Chacha, sahabat sekalikus kakak ipar nya."Chaca, bagaimana cara aku menyampaikannya pada mba Leona?" tanya Jenar merasa takut."Biar gue bantu ngomong nanti," kata Chaca menggenggam tangan Jenar. Sebenarnya Chaca juga bingung dan sangat menyayangkan hubungan Javier dan Felly. Namun bila sudah seperti ini mau di kata apa lagi, semua tak akan bisa kembali menjadi satu.Tak berapa lama Leona tiba di caffe dan langsung cipika cipiki dengan Jenar dan Chaca, ‘’Kalian udah dari tadi? Maaf ya tadi aku ngurus beberapa dekor dulu, ada apa sih? Kayaknya serius banget?" tanya Leona namun Jenar dan Chaca hanya saling tatap satu sama lain."Cha?" tanya Leona lagi."Mbak Leona, sebelumnya saya minta maaf mewakili nama anak dan keluarga saya—" Jenar menj
‘’Cel, lo yakin bakal tinggal disini?" tanya Langit yang mengantarkan Celena mencari tempat tinggal.Langit begitu marah saat mengetahui bahwa sepupunya di usir dari rumah. Namun Langit semakin marah saat tau bahwa ternyata Celena hamil karena di perkosa. Celena memang tidak mengatakan siapa dan kenapa sampai dirinya di perkosa, karena bagi Celena sudah cukup dirinya yang menanggung semua ini. Dan dirinya anggap ini impas dengan nyawa yang sudah menghilang.Celena membenarkan ucapan Javier yang mengatakan dirinya masih beruntung karena masih hidup sedangkan saudara Javier meninggal dan tidak bisa hidup lagi. Maka dari itu Celena memutuskan untuk diam dan tidak mau meminta pertanggung jawaban Javier. Dan juga Celena ingat betul bahwa Javier sudah memiliki seorang kekasih, yah kekasih yang ia temui waktu di pantai beberapa waktu lalu."Hemm," jawab Celena dengan suara pelan."Tinggal di rumah gue aja ya, atau di apartemen gue?" tawar Langit untuk kesekia
"Mom," ucap Javier menatap Jenar.Jenar menatap putranya dengan penuh luka. Ia menyentuh wajah anaknya lalu menangis. "Mommy cukup kecewa sama kamu Sayang," kata Jenar menangis lalu ia menyusul Arya."Oma, Opa," ucap Javier menatap oma dan opa nya dengan wajahpenuh luka dan memelas.‘’Daddy kamu benar Vier. Kamu sudah menyakiti dua Wanita sekaligus. Pertanggung jawabkan kelakuan kamu,” ujar oma Tamara lembut sebelum akhirnya pergi."Lepaskan Felly," ucap Dimas menepuk bahu Javier lalu ia pergi bersama Bian.‘’Aarrrkkhhhhh!’’ teriak Javier begitu frustsi. Kini semuanya hancur dan kacau. Semua keluarga nya menyalahkan nya. Dan setelah beberapa saat, kini ruang keluarga itu menjadi sunyi dan sepi. Javier langsung menatap tajam ke arah Herry yang sedari tadi diam."Katakan!" ucap Javier dingin."Maafkan Saya Tuan, Tuan Arya sudah mengetahuinya sejak kejadian waktu itu. Dan tadi saya tidak sengaja bertemu dengan Nona Celena d
Pranata group.Siang itu, Javier tengah fokus berkutak dengan laptop nya, namun tiba tiba aktifitas nya terhenti kala ponsel di samping nya, berdering menandakan adanya panggilan masuk. Laki laki itu mengalihkan pandanganya sekilas dan melihat nama ayahnya di layar ponsel.Javier memicingkan matanya, tumben Daddy nya menelfon di jam kerja seperti ini. Batin Javier."Hallo Dad," jawab Javier sambil matanya masih fokus pada laptop nya."Pulang sekarang!" ucap Arya dingin dan langsung mematikan sambungan telfon nya.Untuk sesaat, Javier terdiam. Matanya mengerjap beberapa kali, dan aktifitas tangan nya terhenti."What! Pulang? Daddy yang benar saja, ada apa sih," tanya Javier sedikit kesal lantaran ayahnya selalu saja memberikan perintah yang tak bisa di ganggu gugat.‘’Pulang SE KA RANG!!” ucap Arya sekali lagi dengan penuh penekanan.Javier menghela napas nya berat, tidak ingin membantah dan menambah masalah, ia pun a
Hari berganti hari, kini Celena sudah mulai magang di semesta grup, perusahaan Awan dan langit. Awal awal, semua berjalan lancer dan normal. Celena sangat mudah beradaptasi, apalagi sudah mengenal atasan nya. Namun , entah mengapa ada yang berbeda pagi ini, dirinya merasa sangat pusing dan bahkan seperti merasakan ada hal aneh dalam dirinya."Sayang, kenapa wajah kamu pucat begitu?" tanya Narra khawatir saat melihat Celena begitu pucat."Gapapa Mom, hanya kurang tidur sedikit," ujar Celena tersenyum tipis, ‘’Kayaknya, gara gara lembur kemarin.”"Apa tidak sebaiknya kamu istirahat saja Nak? Libur dulu ya Sayang?" tawar Narra khawatir, Mommy takut kamu sakit, nanti biar Mommy yang bilangin Langit kalau kamu gak bisa masuk hari ini.’’"Gapapa kok Mom, nanti agak siangan juga pasti mendingan," kata Celena positif thingking. Paling juga penyakit seperti biasa, pikirnya, "Daddy sudah berangkat Mom?" imbuh Celena mengalihkan pembicaraan dan mencari keber
"Tumben lo pagi pagi kesini?" tanya Langit saat melihat Celena datang ke rumah nya pagi pagi."Bukannya lo ada kuliah siang? Ini baru jam berapa?" ucap Celena malah balik bertanya.Langit memang lebih muda dari Celena beberapa tahun, namun karena Langit memiliki keenceran otak seperti Papa nya maka ia lulus lebih cepat. Bahkan kini ia sudah duduk di bangku kuliah semester 6."Hem kebiasaan kalau di tanya malah balik nanya," keluh Langit melempar bantal sofa ke arah Celena."Hehehe," Celena hanya menyengir kuda menanggapi ucapan Langit."Gue bingung mau lanjut magang dimana," katanya lagi sambil merebahkan pantatnya di sofa."Daddy Bisma kan punya kantor! Lo jangan kaya orang susah napa!" kata Langit menggelengkan kepalanya."Gue gak mau di kantor Daddy!" ucap Celena dengan cepat dan cemberut."Lang bantuin gue masuk kantor bokap lo? Atau om Nathan deh gapapa," kata Celena penuh harap."Kenapa bukan peru