Share

JEBAKAN CINTA CEO PLAYBOY
JEBAKAN CINTA CEO PLAYBOY
Penulis: irma_nur_kumala

PART - 01

Desember, 2017

Emirates Indonesia, Jakarta - London

"Excusme Sir, do you need something else?"

Zafier menurunkan kaca mata hitam yang dikenakannya saat pramugari cantik berambut coklat yang sejak awal dia masuk ke dalam pesawat komersil yang akan membawanya ke London melancarkan kode minta di belai sampai akhirnya wanita itu nekat mendekat.  

"Your phone number, please?" Jawab Zafier to the point seraya melepas kacamata agar bebas mengagumi kecantikan wanita itu tanpa terhalang oleh lensa diiringi senyuman menawan hingga membuatnya blushing seketika. Matanya mengerling ke arah name tag yang tersemat di dadanya. "You have a beautifull name, Cantika, like your face. Your phone number and i will contact you later. "

"Thanks sir for your praise. Please, wait a second for your request. I'll come back."

"Sure honey. I'm here for you."

Wanita itu kembali ke cabin crew sembari tersenyum. Semudah itu Zafier mendapatkan wanita yang rela melemparkan dirinya sendiri meski tahu kalau Zaf dengan sikapnya terlihat bukan lelaki yang baik dalam relationship bahkan cenderung mengarah ke playboy brengsek.

Zafier mencoba duduk nyaman. Kalau saja pesawat pribadinya sedang tidak mengalami gangguan mesin mendadak maka dia tidak perlu serepot ini membaur dengan puluhan penumpang dalam satu pesawat dan harus pasrah menerima nasib duduk di Economy Class karena pemesanan mendadak di saat musim liburan Natal tiba.

"Belum juga terbang jauh meninggalkan Indonesia, aku sudah rindu dengan apa yang aku tinggalkan."   Suara resah itu membuatnya menoleh ke sisi samping, di mana ada dua wanita teman seperjalanannya sedang berbincang. Rambut hitam bergelombangnya menghalangi rasa ingin tahu Zaf akan wajahnya. "Aku benci harus jauh dari rumah.”

"Jangan menggerutu terus!" Teman yang dia ajak bicara terdengar kesal, seakan-akan wanita itu sudah mengatakannya ratusan kali dalam beberapa menit.

Saat Zaf masih berusaha melihat wajahnya, wanita itu tiba-tiba menoleh dan bertatapan mata dengannya.

"What's wrong?!" Tanyanya dengan nada ketus.

"What?!" tanya Zaf balik.

Wanita itu tidak menjawab, hanya memutar bola mata dan memalingkan wajah kembali berbicara dengan temannya. Zaf melongo, mencoba mengingat, kapan sekiranya seorang wanita tidak tertarik padanya saat pertemuan pertama. Jawabannya hanya satu, sama sekali tidak pernah ada fenomena langka seperti itu.

"Gantengnya maksimal tapi kelakuannya setan banget," bisiknya, mengabaikan kenyataan Zaf bisa mendengarnya.

"Hei, dia masih memandangimu dan bisa mendengar omonganmu tadi!" tegur temannya, sekilas meliriknya."Nanti dia tersinggung."

"Apa kamu tidak melihat tingkahnya yang bajingan itu?" bisiknya lagi.

Zaf mengalihkan tatapannya ke depan dengan senyuman miring sembari mengagumi keberanian wanita itu mencibir tingkah laku seseorang tepat di depan wajahnya saat Cantika kembali mendatanginya.

Cantika menyerahkan sesuatu di telapak tangannya seraya mengedip lalu mengucapkan kalimat 'call me later' dengan bahasa bibir.

"Sure," balas Zaf seraya memasukkan kartu nama itu ke dalam saku coatnya dan pramugari itu berlalu pergi.

“Taruhan lagi kalau nanti mereka pasti akan bertemu di bandara, di dalam toilet dan melakukan entah apa—Euuhhh,” Wanita itu kembali berbicara dengan nada jijik.

"Tutup mulutmu rapat-rapat dan tidur saja! Perjalanan kita masih panjang dan banyak yang harus kita lakukan sesampainya di London. Aku tidak mau lama-lama menemanimu di sana."

"Sama. Aku harap kita bisa segera menemukannya dan pulang," desahnya.

Pulang?

Bagi Zaf, kalimat itu tidak memiliki efek berlebih karena memang dia belum menemukan rumah untuk tempatnya kembali setelah semua perjalanannya yang menguras emosi.

Untuk sebagian orang, pasti memiliki tempat yang menjadi persinggahan terakhir. Tempat ternyaman yang dipenuhi dengan orang-orang terkasih yang menunggu dengan senyuman sejauh apapun jarak tempuhnya dan lamanya waktu untuk sampai di sana.Tapi untuk sebagian yang lain, mereka belum seberuntung itu. Makna pulang yang mereka miliki berbeda karena belum benar-benar menemukan rumah sebagai persinggahan terakhir. Mereka diharuskan berjuang lebih dulu untuk sampai di titik di mana mereka bahagia berada di satu tempat.

Atau,

Bahagia bersama seseorang yang menjadi tujuan untuk apa sebenarnya kehidupan menciptakannya.

Selama tiga puluh tahun Zafier hidup, dia tidak pernah merasa seemosional ini saat berada di pesawat. Padahal separuh hidupnya dia habiskan untuk terbang ke sana ke mari. Meski memiliki semua hal yang diimpikan laki-laki di dunia tapi hal itu tidak membuat Zaf mendapatkan hidup yang sempurna karena sungguh, tidak memiliki wanita yang bisa melihatnya apa adanya bukan tentang apa yang diperlihatkannya membuatnya belum memiliki persinggahan yang tepat.

Suara dengkuran halus terdengar membuat Zaf reflek menoleh dan melihat wanita di sampingnya yang sejak tadi mengoceh ternyata sudah tertidur dengan posisi tidak enak. Kepalanya tertunduk-tunduk ke depan sedangkan temannya yang lain sibuk menatap ke luar jendela. Tanpa sengaja saat lengannya menyenggol lengan wanita itu, badannya terjatuh ke samping dan kepalanya bersandar di bahunya.

"Ah, sorry sir."

Wanita itu langsung menarik temannya menjauh tapi dia malah menggeliat, melepas cekalannya dan kembali lagi ke posisinya, bersandar di bahu Zaf.

"Tidak apa-apa. Biarkan saja dia tidur seperti ini—" Wanita itu melongo, Zaf buru-buru menambahkan. "Tenang saja, aku tidak akan macam-macam. Temanmu ini jelas tahu di mana tempat yang nyaman untuk tidur. Di bahu lelaki yang dikatainya setan."

Wanita itu ternganga sesaat dengan sindirannya, “Ah, maafkan semua perkataan temanku tadi—”

“Tidak apa-apa. Apa yang dikatakannya memang benar. Aku sama sekali tidak tersinggung,” Sela Zaf.

“Terima kasih atas pengertianmu.”

Zaf memperhatikan wanita yang tidur di sampingnya mengerang tertahan, memeluk sebelah lengannya dan memiringkan duduknya lalu membenamkan wajahnya dilekukan lehernya. Holly shit!!

"Abi—" Samar-samar gumaman juga dengkurannya kembali terdengar hingga tanpa terasa berlangsung selama satu jam sampai kehebohan itu terjadi.

"Aaaaaakkhhhh!!"

Zaf tersentak kaget saat suara memekakkan telinga itu menggema di dekatnya seraya memandangi wanita di sampingnya yang sedang melotot seperti melihat setan.

"What!!!" Desis Zaf.

"Dasar b*jingan G*la!!" Pekiknya penuh kekesalan. "Curi-curi kesempatan!”

Plak!!

Tamparannya tepat mengenai pipi Zaf yang terkesiap kaget, berusaha keras menahan tawanya lolos dari mulut, memilih berdiri dari kursinya, menatap sekilas wanita cantik yang memiliki manik mata hitam itu yang memalingkan wajah ke luar jendela dan berjalan ke toilet mengabaikan banyaknya pasang mata yang memperhatikan.

Wanita yang sangat menarik.

***

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Wikasumi Sumiwika
asik juga cerita ,jadi kasihan kalau pulang
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status