Pria itu berdiri di hadapan Rosie sebelum wanita berusia 27 tahun itu sempat berkedip, tubuh kekarnya menjulang tinggi di atasnya dan membelai pipinya dengan punggung tangan.
Rosie tidak mampu bergerak, ia hanya berdiri membeku seperti lalat yang terperangkap dalam jaring laba-laba dengan mulut yang mengepak namun tidak ada kata-kata yang bisa keluar.
Laki-laki yang tampaknya lebih muda beberapa tahun darinya itu tersenyum memamerkan deretan gigi putih menawan sedangkan mata hijau zamrudnya menatap Rosie sayu, tatapan sarat nafsu laki-laki yang membuat wanita muda itu bergidik ngeri.
“Namamu Michael?”
Rosie mencoba membuka percakapan meski sebenarnya ia sudah mengetahuinya dari Donna, mucikari yang diperkenalkan oleh Selena. Donna yang membawa laki-laki tampan itu kepadanya, dan kini tinggal mereka berdua sendirian di dalam kamar hotel yang lebih mirip kamar bulan madu itu.
“Anda cantik sekali,” suara Michael terdengar lembut dan dalam.
Rosie menelan ludah ketika wajah Michael begitu dekat hingga ia bisa merasakan hembusan nafas pria itu menggelitik bibirnya.
“Apa yang kau inginkan?” tanya Rosie dengan suara bergetar.
Michael tak langsung menjawab, ibu jarinya membelai tulang pipi lalu turun ke leher, bahu dan menelusuri sisi tubuh Rosie.
“Kamu,” bisik Michael di telinganya.
Rosie menarik nafas dalam-dalam untuk mengusir kegugupannya, namun yang terjadi justru aroma Michael memenuhi lubang hidungnya. Aroma perpaduan lemon dan sandalwood yang memabukkan hingga Rosie menghembuskan nafasnya dengan gemetar.
“Anda baik-baik saja?” pemuda itu menatapnya sambil memiringkan kepalanya.
“Ya…tidak,” Rosie mengangguk lalu menggeleng dengan cepat, “Aku tidak baik-baik saja, aku rasa ini adalah kesalahan, aku hmmp…”
Suara Rosie menghilang ketika dengan tiba-tiba tangan-tangan Michael menangkup pipi tirusnya dan melahap bibirnya dengan ganas. Rosie ingin memprotes namun suaranya yang keluar justru lebih mirip erangan.
Michael mengartikannya berbeda. Ciumannya semakin menuntut, dan kedua tangan kekarnya turun mencengkram pinggang ramping Rosie.
Richard....
Tiba-tiba saja bayangan wajah suaminya, Richard, melintas di benak Rosie. Oh Tuhan, apa yang sedang ia lakukan?
Balas dendam, kata-kata itu terngiang di telinganya berulang kali seolah ingin membenarkan apa yang sedang ia lakukan.
Ia sedang melancarkan aksi balas dendam atas perselingkuhan yang dilakukan Richard di belakangnya. Suami yang ia cintai setulus hati telah berpaling pada wanita lain, bahkan perempuan itu telah dibelikan sebuah rumah di kawasan real estate mewah.
Selena, sepupu sekaligus satu-satunya teman curhatnya yang mengusulkan untuk menyewa laki-laki panggilan anak buah Donna, pemilik prostitusi kelas atas terkenal di kota itu.
“Kau harus menjadi wanita tangguh, Rosie. Kau harus belajar memikat laki-laki dan tangguh di ranjang. Buat suami brengsek-mu itu menyesal dan takut kehilanganmu. Aku akan mengaturkan jadwal kencanmu, percayalah semua anak buah Donna profesional,” provokasi Selena kala itu, yang tidak bisa Rosie tolak.
“Aku ingin bercinta denganmu,” bisikan parau dipenuhi nafsu di telinga Rosie, memaksanya tersadar.
Seketika ratusan sinyal tanda bahaya dan peringatan membanjiri pikirannya dan ia menjadi panik.
Dengan sekuat tenaga yang entah dari mana munculnya, Rosie mendorong dada bidang Michael kuat-kuat dan bergerak mundur ke belakang untuk memperbesar jarak antara mereka. Ia yakin aroma pria itu lebih berbahaya daripada semua jenis wine yang pernah ia cicipi.
Pria itu menatapnya dengan kening mengernyit, sorot matanya tetap teduh dan sayu.
“Maaf, aku tidak bisa!” Rosie menggeleng kembali, "Tolong pergilah!”
Michael tertegun sejenak.
“Kenapa?”
“KUBILANG PERGI!”
Seolah tidak mendengar, Michael mendekat kembali ke arah Rosie yang terpaku di tempat. Pria itu mengangkat tangannya ke sisi wajah Rosie dan membelai rambut keemasan halus di depannya, begitu harum dan lembut.
Plak!
Rosie menepis tangan itu dengan kasar. “PERGI!”
Michael tertawa kering. “Oke, oke. Sampai bertemu lagi, Cantik!”
Michael berbalik dan meninggalkan Rosie tanpa menoleh lagi. Rosie bisa mendengar umpatan kecil dari pria itu sebelum dia membanting pintu hotel itu.
BRAKK!!
Rosie menyandarkan tubuhnya pada sisi ranjang, mendadak tubuhnya terasa lemas. Ia hampir saja melakukan kesalahan fatal hanya karena emosi sesaat, sungguh mengerikan.
Ia merasa menjadi seorang pengkhianat, menodai cinta sucinya pada Richard.
Rosie menghubungi Donna, sang mucikari melalui ponselnya,”Maaf aku tidak jadi menggunakan jasa layananmu.”
“Oh, apakah anak buahku berbuat kasar atau tak menyenangkan, Dear?”
Rosie tidak mungkin mengatakan karena ia merasa menjadi seorang pengkhianat dalam rumah tangga,jadi ia menjawab asal saja,” Ya layanannya buruk dan tidak profesional.”
“Aku minta maaf, kami akan menggantinya dengan anak saya yang lain.”
“Tidak usah, seleraku sudah hilang!” ujar Rosie beralasan.
“Tapi Anda sudah membayar kami.”
“Aku tidak akan memintanya kembali, jangan khawatir!”
“Terima kasih, Dear. Kami berjanji hal ini tidak akan terulang lagi, besok anak itu sudah tidak lagi bekerja di sini.”
“Eh jangan…”
Namun komunikasi telah diputus sepihak oleh Donna. Sebersit rasa sesal menyentuh hati Rosie, seharusnya ia tak berbohong pada Donna.
Duh bodohnya kau Rosie, ia hanya bisa menyalahkan diri sendiri. Sekarang ia bukan hanya gagal belajar memikat pria sekaligus balas dendam, namun juga membuat seorang pemuda dipecat. Semua ini gara-gara Richard, geramnya.
“Aku akan merebutmu dari wanita itu, Richard. Apapun caranya akan kutempuh, janji Rosie dalam hati. Tak akan kubiarkan perempuan jalang itu memilikimu.”
Setiba di mansion mewah kediamannya, Rosie bergegas ke kamar mandi untuk membersihkan dirinya. Ia menggosok seluruh tubuh terutama di bagian-bagian yang telah dijamah pria asing itu kuat-kuat hingga kulit putih mulusnya memerah, tak lupa menggosok gigi dan berkumur puluhan kali. Ia merasa dirinya sangat kotor saat ini.Air matanya tumpah bersamaan dengan guyuran shower di atas kepalanya. Perlahan dipejamkannya mata dan ingatannya terbang kembali ke masa lima tahun yang lalu. “Mulai sekarang tinggalkan karirmu sebagai aktris, Ayah akan menikahkanmu dengan putra relasi ayah, Richard Eddison!” Rosie masih ingat betul kata-kata ayahnya, Sebastian White waktu itu. Ia masih berusia 22 tahun dan sedang berada di puncak karir sebagai aktris muda berbakat ditunjang dengan wajah cantik, mata biru, rambut emas, dan tinggi 172 cm bak model dunia.Rosie sudah menekuni dunia akting sejak usia 17 tahun, karena dengan berakting ia dapat mengekspresikan diri sekaligus mengusir kesepian setelah ibund
Tubuh Rosie mulai lemah dan terasa seringan kapas, pandangan mengabur dan gendang telinga seperti tertutup. Sebelum hilang kesadaran sepenuhnya, sayup-sayup ia mendengar teriakan panik Richard,” Bertahanlah Rosie, aku akan membawamu ke rumah sakit!”***Michael menyusuri gang sempit menuju apartemen kumuh yang ia huni bersama ibu dan adik laki-lakinya, Jonas. Sebenarnya ia enggan pulang karena belum menghasilkan uang sama sekali.Semuanya disebabkan oleh wanita cantik misterius yang ia temui hari itu. Bukan hanya diusir, ia juga berakhir dipecat dengan tidak hormat karena laporan pelayanan buruk dan tidak profesional.Michael Evans, nama lengkap pemuda itu. Orang-orang terdekat memanggilnya Michael, usianya 24 tahun. Hari itu adalah hari pertamanya bekerja sebagai pria penghibur.Sebelumnya ia hanya bekerja sebagai pelayan rumah makan namun karena memiliki adik yang sakit-sakitan dan membutuhkan biaya tidak sedikit untuk berobat ke rumah sakit.Ia terpaksa mengikuti anjuran Nathan, sa
“Apakah kau yakin berobat di rumah sakitnya orang-orang kaya ini?” Nathan meneguk ludah sendiri saat menghentikan mobil tepat di depan pintu masuk unit gawat darurat sebuah rumah sakit besar yang berada di jantung kota.“Aku tidak peduli, keselamatan adikku lebih penting!” kata Michael berkeras. Sebenarnya mereka berdua sudah berusaha mendatangi rumah sakit kecil namun bagian administrasi mengatakan unit gawat darurat.sedang penuh saat ini dan masih banyak yang belum tertangani. Ia menganjurkan mereka ke rumah sakit lain, dan anehnya beberapa rumah sakit serupa dalam kondisi yang sama. Akhirnya Nathan memutuskan menuju rumah sakit besar itu karena kondisi adiknya yang mengkhawatirkan.Belum lagi ia membuka pintu mobil, tiba-tiba terdengar bunyi klakson sangat keras di belakang mereka.“Wtf!” maki Nathan kesal, apalagi saat lampu depan mobil rolls royce di belakangnya berkedip-kedip menyilaukan mata. Nathan keluar dari mobil diikuti Michael dengan Jonas dalam gendongannya.“Hey, jan
“Bisakah…kita memulai dari awal lagi?” lanjut Rosie sembari berusaha untuk bangkit namun ia meringis ketika dirasakannya nyeri yang hebat di pergelangan tangan. Richard segera menahan bahu Rosie dan membantunya berbaring kembali. “Aku tak akan meninggalkanmu, kau istriku.” Richard tersenyum lalu mencium kening istrinya, “Maafkan aku.” Rosie tersenyum bahagia, ia tak peduli apakah Richard mengucapkannya dengan tulus atau sebaliknya. Baginya ini sudah lebih dari cukup, ia akan memanfaatkan waktu dengan membuktikan bahwa ia-lah istri terbaik untuk Richard. Suara berdehem Sebastian menyadarkan Rosie bahwa ayahnya juga berada di situ. “Ayah.” “Bisakah kau tinggalkan aku dan putriku sebentar?” Sebastian memandang Richard, tetap sedingin es.“Tentu saja,” Richard mencium punggung tangan Rosie,” Aku akan berada di luar, istirahatlah!”Richard melepaskan genggamannya, mengangguk pada Sebastian sembari melangkah meninggalkan ruangan. “Rosie, apa yang terjadi?” tanya Sebastian pada putriny
Michael memperhatikan Jonas yang masih terlelap di atas tempat tidur rumah sakit, adiknya itu baru saja dipindahkan dari ruang Gawat Darurat ke ruang Recovery. Ia ingin membawa Jonas pulang tetapi masih harus menunggu hasil tes darah yang masih dalam proses pemeriksaan. Nathan berdiri di sampingnya tanpa banyak bicara, ia menyadari beban yang dipikul sahabatnya sangat berat. Mereka bersahabat sejak masih kanak-kanak dan dibesarkan bersama-sama di lingkungan kumuh. Sejauh yang Nathan tahu, ia tak pernah sekalipun bertemu dengan ayah kandung Michael. Abigail sempat menikah dengan seorang pria berusia lebih tua ketika usia Michael 12 tahun dengan harapan Michael memperoleh ayah yang bisa mengasihinya. Namun pria itu hanya bisa bermabuk-mabukan dan main pukul. Michael sering dijadikan samsak hidup bila Abigail tidak ada di rumah. Untuk menghindari kecurigaan istrinya, ayah tiri Michael memukulnya di bagian tubuh yang tertutup oleh pakaian. Setelah Abigail melahirkan Jonas, ayah t
Selena melayangkan pandangannya pada jam yang melekat pada dinding lobby rumah sakit, waktu sudah menunjukkan jam tiga sore. Sudah tiga jam menunggu lak-laki brengsek itu datang menjemput sepupunya, namun ujung hidungnya tak kunjung nampak. “Kau yakin Richard akan menjemputmu?” Selena menatap Rosie dengan mata menyipit. Rosie hanya menganggukkan kepala mungilnya sambil terus membaca novel romance dalam sebuah aplikasi online di ponselnya. “Kita sudah menunggu tiga jam, aku yakin si brengsek itu sedang asyik dengan kekasihnya dan melupakanmu!” Selena mendengus kesal, diremas-remasnya flyer promosi layanan rumah sakit yang ada di tangannya. “Berhentilah memanggil suamiku brengsek!” bibir Rosie mengerucut,”Ia sudah berubah, suamiku yang hilang telah kembali.” “Kau yakin?” Selena mencibir. “Tentu saja,” Rosie mengangguk beberapa kali untuk menekankan jawabannya, ” Richard setia menemaniku selama di rumah sakit, dia sudah berubah.” “Aku tidak yakin, Rosie. Pengkhianat selamanya akan s
Michael menghela nafas lega sambil tersenyum penuh percaya diri, “Tentu saja aku bisa.” Richard meletakkan beberapa foto wanita di atas meja lalu menyorongkannya ke arah Michael. Michael memeriksa lembar demi lembar foto wanita cantik yang diberikan dengan mulut mengepak dan mata membulat. “Bukankah i..ini istri anda?” Richard mengangguk, “Namanya Rosie, dialah targetmu.” Michael memperhatikan wajah Rosie lebih seksama, ia merasa tidak asing dengan wajah itu. Rambut keemasan, mata biru, bibir tipis…bibir itu mengingatkannya pada bibir yang pernah membuatnya lupa diri beberapa hari lalu. Perlahan ingatannya akan wajah itu terangkai penuh, ternyata istri Richard adalah wanita yang pernah bersamanya waktu itu. “Maaf, aku tidak mengerti. Kau menugaskan aku untuk tidur dengan istrimu?” tanya Michael tak percaya sambil mengangkat dagunya memindahkan pandangannya kepada Richard yang masih menunggu reaksinya. “Aku memintamu untuk membuat istriku jatuh cinta padamu dalam waktu
Rosie bangun pagi-pagi sekali, untuk pertama kalinya entah sejak berapa lama, ia merasa sangat bersemangat. Ia menyiapkan sarapan untuknya dan Richard, kemudian membersihkan diri di bawah guyuran shower. Ia harus benar-benar segar di hari pertamanya bekerja. ia mengenakan blouse silk biru pastel dan rok pensil biru tua, dengan sepatu pantofel setinggi tujuh senti yang menonjolkan keindahan kaki jenjangnya. Rambutnya digelung ke atas dan ia membubuhkan make up tipis-tipis pada wajah untuk menampilkan kesan profesional dan juga fresh. “Cantik,” gumam Richard yang memperhatikan dari tempatnya berbaring. Rosie membalikkan tubuh dan tersenyum manis. Richard yang menyadari bahwa ia baru saja mengagumi istrinya segera mengatupkan bibir. “Benarkah?” Rosie mengerjap-ngerjapkan mata dengan ekspresi genit. “Ya tentu saja,” Richard tersenyum lalu mengalihkan pembicaraan, ”Kelihatannya kau sudah siap untuk memulai bekerja di t