LOGINSebelum beranjak dari pintu kamar Yana, tiba-tiba Randy yang tak bisa lagi menahan hasratnya segera memeluk dan mencium tengkuk leher serta pipi Yana yang begitu seksi dan menantang dengan daster barunya itu.“Heuppp...ceppp...cupppp..cupp...mmphh..cuppp!” bibir Randy dengan penuh nafsu mencium tubuh bagian atas Yana.Yana pun tersentak meski ia agak menikmatinya tapi ia sangat ketakutan karena ada Cindy di rumah itu.“Aduhhh pakkk...jangan dulu pakkk....sabarrr....!” dengan setengah berbisik perlahan Yana mendekati kuping Randy dengan wajah tersenyum nakal memandang wajah Randy yang sudah memerah karena menahan nafsu birahinya.“Aku gak tahan Yana, besok kalo Cindy lagi pergi, kamu jangan nolak yah!” ucap Randy sambil berlalu dari kamar Yana. Yana yang mendengar itu pun kembali bersorak dalam hatinya.Sementara itu, Cindy menunggu dengan sabar di ruang makan, tak tahu apa yang telah terjadi di kamar Yana. Namun, ketika Yana muncul dengan daster baru yang lebih seksi dari sebelumnya,
Yana mencoba untuk menjalani situasi ini dengan sebaik mungkin. Dengan sedikit canggung, dia berkata, "Pak Randy, apakah ada yang bisa saya bantu?"Randy, yang masih terpana oleh penampilan Yana, merasa sulit untuk berkonsentrasi. Dia mencoba untuk menjawab dengan wajar, "Oh, boleh, Bu Yana, tolong bikinkan saya es teh manis yah!" selesai bcara Randy langsung ngaceng berat rudalnya melihat tampilan seksi sang pembantu. Posisi duduknya pun jadi ga nyaman karena rudalnya terus menggeliat membayangkan tubuh indah di balik daster Yana itu.“Aww...Gila ini pembantuku! Aa ia sengaja memancing hasratku?” ujar andy dalam hati dengan senyum nakalnya.Yana tersenyum dandi dalam hatinya, dia merasa puas karena telah berhasil membuat Randy terpesona. Dalam diam, dia merasa sedikit kemenangan.“Baik Pak Randy, tunggu sebentar ya pak, saya bikinkan dulu!” Yana pun berbalik melangkah ke arah dapur, Randy yang melihatnya terhenyak kala melihat bentuk bokong indah Yana tercetak jelas di baju daster se
Sementara itu sebaliknya, Yana bergumam dalam hati, “Woww..tampan dan gagah sekali majikanku ini...ahhh..seandainyaaa....!”Kerena terus terpancing hasratnya untuk mendekati Yana, akhirnya, Randy memutuskan untuk mengajak Yana berbicara.Randy mendekati Yana yang tengah membersihkan lantai ruang tamu. Dengan suara lembut, dia berkata, "Yana, terimakasih atas segala bantuannya beberapa hari ini. Kamu benar-benar telah menjadi keberkahan bagi keluarga kami. Dio sangat menyukaimu, dan aku pun merasa sangat bersyukur karena kamu ada."Yana tersenyum sopan sambil mengangguk. "Terima kasih, Pak Randy. Saya senang bisa membantu dan merasa bagian dari keluarga ini."Randy melanjutkan, "Cindy pasti akan senang mendengar semua hal baik tentangmu. Dia sangat khawatir dengan urusan pekerjaan di luar kota."Yana mengangkat alisnya, "Benarkah? Itu baik untuk mendukungnya. Saya mencoba memberikan yang terbaik dalam tugas saya."Percakapan mereka berlanjut, dan Randy merasa terlibat dalam obrolan den
Randy dan Cindy telah menikah selama sepuluh tahun, dan dalam perjalanan panjang hubungan mereka, mereka telah menemukan banyak lika-liku kehidupan bersama. Salah satu tantangan terbesar yang mereka hadapi adalah mengurus putra mereka yang berusia lima tahun, Dio, sambil menjalani jadwal yang sangat sibuk. Randy dan Cindy sangat mencintai Dio, tetapi pekerjaan mereka seringkali membuat mereka kesulitan untuk memberikan perhatian penuh kepada anak mereka.Karena kesibukan mereka, Randy dan Cindy memutuskan untuk mencari seorang pembantu sekaligus babysitter untuk membantu mengurus Dio dan mengurus rumah tangga. Namun, dalam tiga tahun terakhir, mereka telah gonta-ganti pembantu karena merasa bahwa cara kerja mereka tidak cocok dengan kebutuhan keluarga mereka. Randy dan Cindy mulai merasa frustrasi, mencari seseorang yang benar-benar dapat memahami kebutuhan keluarga mereka.Suatu hari, Cindy memutuskan untuk mengambil inisiatif mencari seorang pembantu yang berusia lebih matang, yaitu
Amran segera memberitahu Nadia tentang panggilan dari Siska dan apa yang harus mereka lakukan. Nadia, yang juga merasa prihatin dengan nasib Sari, setuju untuk memberikan dukungan moril pada wanita itu.Mereka segera menyusun rencana untuk bertemu dengan Sari. Amran dan Nadia ingin memberikan dukungan kepada Sari tanpa membuatnya merasa terbebani atau merasa tidak nyaman.Ketika mereka bertemu dengan Sari di rumahnya, wanita itu terlihat lemah dan pucat. Penyakitnya telah membuatnya kehilangan banyak energi, tetapi matanya tetap penuh semangat saat dia melihat Amran dan Nadia datang.Sari tersenyum dan berkata, "Terima kasih, Pak Amran dan bu Nadia, karena telah peduli dan datang menemui saya. Nadia merasa haru melihat Sari. Dia duduk di sampingnya dan berbicara dengan penuh kehangatan. Dia memberikan kata-kata semangat, harapan, dan keyakinan pada Sari. Nadia pun berbagi pengalaman hidupnya dan memberikan dukungan moril yang kuat pada wanita itu.Nadia juga ikut berbicara, memberik
“Yuk ahhh...siapa takut..heheh!” balas Amran dengan senyuman nakalnya.Mereka pun kini telah bertindihan di ranjang kamar Nadia. Saling berpagutan dan bergantian saling menindih hingga sprei kasurnya berantakan kemana-mana.“Aku sudah siap Amran!” ucap Nadia sambil mengusap wajah Amran yang sedang berada di atas tubuhnya saat itu.“Aku buka bajumu yah!” ucap Amran sambil menatap mesra ke Nadia dan Nadia pun mengangguk karena malam itu Nadia memang sejak tadii mengharapkan cumbuan dari Amran.Perlahan Amran membuka baju daleman Nadia yang ternyata ia tak memakai BH, kini telah terpampang buah dada ranum milik Nadia. Amran pun langsung melahapnya dengan penuh gairah. Suara dengusan kasar dari bibir Amran dan desahan manja dari Nadia mulai menghiasi suasana di kamar Nadia malam itu.“Eshhh..ahhh...ahhh...Amrannn...ahhhh!” Nadia terus mendesah dan menahan nikmat dan bercampur geli karena serangan erotis di kedua bukit kembar milik Nadia yang terasa telah mengencang itu. Amran pun juga men







