Setelah pembicaraan itu, Dania dan Supri dengan hati yang sangat berat akhirnya mereka pun sepakat untuk mengakhiri hubungan mereka. Mereka tahu bahwa ini adalah keputusan yang benar, meskipun sulit. Dania merasa lega karena telah memilih kembali kepada suaminya, Sopyan, dan menghadapi konsekuensinya.
“Tapi Dania, jika nanti pak Sopyan tetap menolakmu untuk kembali, saya siap menunggu kedatanganmu kembali.” Ucap Supri meski ia tahu itu adalah hal yang nyaris mustahil ia harapkan.
Dania hanya mengangguk perlahan karena kini yang ada dipikirannya hanyalah Sopyan, suaminya.
Beberapa hari kemudian, Dania datang kembali ke rumah Sopyan dengan perasaan yang berat. Dia tahu bahwa dia harus mengungkapkan kebenaran kepada suaminya.
Dania mengambil langkah berat menuju rumah yang dulunya dia tinggal bersama Sopyan. Hatinya berdebar-debar karena dia tahu dia harus menghadapi suaminya dan mengungkapkan kenyataan y
Sofia memandang Sean dengan tatapan campuran antara kecurigaan dan kebingungan. "Sean," ucapnya perlahan, "apa sebenarnya yang terjadi? Mengapa kamu ikut dalam perampokan itu?"Sean menghela nafas dalam-dalam sebelum memutuskan untuk berbicara. "Sofia, sebenarnya aku tidak ingin terlibat dalam itu semua," jawabnya dengan suara lirih. "Aku terjebak dalam hutang besar kepada Doug dan Bradley."Sofia mengerutkan kening. "Hutang? Hutang apa?"Sean menutup matanya sejenak, mencoba mengumpulkan keberanian untuk menceritakan seluruh kisahnya. "Ibuku sakit parah," ia memulai, suaranya serak. "Dia butuh operasi besar di rumah sakit di kota lain, dan biaya operasinya sangat besar. Aku mencoba mencari cara untuk membayarnya, tetapi tidak ada yang bisa membantu."Air mata mulai mengalir dari mata Sean, dan Sofia merasa sangat terharu mendengar ceritanya. "Kenapa kamu tidak memberi tahu aku sebelumnya, Sean?"Sean menatap Sofia dengan mata penuh penyesalan. "Aku malu, Sofia. Aku takut bahwa jika k
Sean tertegun karena kini ia melihat Sofia sedang membuka semua pakaiannya dan Sofia telah melempar semua pakaiannya itu ke lantai kamar penginapan itu. Kini tubuh Sofia sudah tanpa sehelai benangpun dan itu membuat Sean terbelalak menyaksikan betapa indahnya tubuh wanita cantik yang sedang ada di hadapannya itu.“Sean, malam ini aku akan berikan diriku untukmu!” ucap Sofia sambil bertolak pinggang dalam kondisi telanjang bulat. Nampak sekali pinggul indahnya dan kedua bukit kembarnya yang menggantung indah serta bagia selangkangan Sofia yang tertutupi oleh bulu-bulu halus di sekitarnya. Hal itu membuat Sean seketika menelan salivannya berkali-kali. Tak terasa rudal panjang dan besarya itu telah menegang maksimal. “Ayo Sean, tunggu apalagi?” ajak Sofia dengan senyum menggodanya sehingga makin terlihat cantik oleh Sean.“Tapi aku gak akan dikira memperkosa kamu seperti Doug dan Bradley kan? Heheh!” balas Sean dengan wajah yang mulai terlihat nakal padahal nafsunya sudah terasa sampe
Sofia dan Sean telah tinggal sementara di sebuah kamar penginapan yang nyaman, menjauh dari perburuan polisi dan dunia luar yang penuh bahaya. Mereka berdua tahu bahwa ini adalah waktu yang sangat penting untuk merencanakan masa depan mereka, dan juga untuk mendekatkan diri satu sama lain.Malam itu, Sofia sempat duduk di sofa panjang di sudut kamar, sambil membaca berita terbaru tentang perampokan bank yang telah mereka alami. Sementara itu, Sean terlihat sedang berada di kamar mandi, tengah berendam air hangat setelah beberapa hari tegang yang mereka lalui. Dia ingin merasa segar dan siap untuk berbicara tentang rencana mereka selanjutnya. Tak lama kemudian Sean terlihat berdiri untuk mandi air shower untuk membasahi tubuh telanjangnya dengan air yang jatuh dar atas kepalanya. Sambil merem melek ia menikmati momen mandinya itu.Sofia sejenak bangun dari sofa yang tak sengaja melintasi kamar mandi itu tertegun melihat Sean yang sedang dalam keadaan bugil di dalam kamar mandi karena p
"Sudah lama sejak kita terakhir bertemu, Claudia," kata Roni dengan senyum hangat ketika mereka berdua berdiri di depan pintu apartemennya. "Ayo masuk sebentar dan kita bisa mengecek kabar-kabar terbaru satu sama lain."Claudia ragu sejenak, tetapi ketika dia melihat mata cokelat hangat Roni, dia merasa sulit untuk menolak. Dia mengangguk setuju, dan mereka berdua masuk ke apartemen Roni.Apartemen Roni tampak nyaman dan penuh dengan berbagai kenangan yang membawanya kembali ke masa lalu. Mereka duduk di ruang tamu, dan ketika Roni mulai bertanya tentang kehidupan dan pekerjaan Claudia, dia merasa lebih santai dan terhibur.Waktu berlalu begitu cepat, dan mereka berdua semakin larut dalam percakapan mereka. Mereka tertawa, berbagi kenangan, dan ketika Roni menawarkan minuman, Claudia menerima dengan senyum.Setelah beberapa gelas minuman, suasana semakin santai. Mereka duduk di dekat jendela yang menghadap malam yang indah, dan Claudia merasa dirinya semakin terlepas dari masalah pern
Saat dia meluncurkan tangannya ke bagian pinggul Bu Garcia, dia merasa dirinya hampir kehilangan kendali. Bu Garcia melihatnya dengan senyuman yang penuh arti dan bertanya dengan suara lembut, "Hans, apakah kamu baik-baik saja?"Hans menelan ludah dan mencoba menjawab dengan tegas, "Ya, Bu Garcia, saya baik-baik saja."Namun, Bu Garcia tidak puas. Dia meraih tangannya dan mengarahkannya ke bagian atas pahanya yang mulus. "Ayo, Hans, jangan menahan diri. Pijatanmu begitu baik."Hans menghela nafas dalam-dalam dan memulai pijatan yang lebih dalam dan intens. Setiap sentuhan membuatnya semakin tergoda, dan dia merasa semakin sulit untuk menahan perasaannya. Dia tahu bahwa ini adalah kesempatan yang sangat berbahaya, tetapi dia juga merasa terjebak dalam permainan godaan yang berbahaya.Akhirnya, setelah beberapa saat yang penuh godaan, Bu Garcia berdiri dan mengenakan gaun tidurnya kembali. Dia tersenyum dengan penuh arti pada Hans dan berkata, "Terima kasih banyak, Hans. Kamu memang san
Hari-hari berikutnya terasa mencekam bagi Hans. Dia mencoba untuk menjaga jarak dari Bu Garcia, tetapi perasaannya yang tercampur baur membuatnya semakin bingung. Claudia, pada sisi lain, bahagia tinggal bersama ibunya. Hans tahu bahwa dia harus tetap setia pada pernikahannya, tetapi godaan dari Bu Garcia terus menghantui pikirannya.Beberapa pekan berlalu, dan Hans dan Claudia akhirnya pindah ke rumah mereka yang baru. Mereka menikmati kebahagiaan dan keintiman yang semakin dalam satu sama lain. Hans berusaha keras untuk mengabaikan godaan yang muncul saat tinggal bersama Bu Garcia, tetapi perasaannya tetap membingungkannya.Suatu hari, ketika Hans sedang bekerja di rumah, ponselnya berdering. Dia mengangkat telepon dan terkejut melihat nama yang tertera: Bu Garcia."Halo, Hans," kata Bu Garcia dengan suara yang manis. "Apakah kamu punya waktu untuk ngobrol sebentar?"Hans ragu sejenak, tetapi dia tidak ingin terlihat tidak sopan. "Tentu, Bu Garcia. Apa yang ingin Anda bicarakan?"Bu