Share

3. SATU HATI DUA CINTA

Sajian lengkap sudah tersedia di masing-masing piring yang ada di meja makan. Erlangga selalu membiasakan keluarga untuk berdisiplin dan menghargai waktu. Karena baginya orang yang tidak disiplin dan tidak bisa menghargai waktu sama saja tidak menghargai diri sendiri dan juga orang lain.

Begitu juga dengan jam makan. Di waktu yang telah ditentukan mereka harus berkumpul di meja makan. Tidak ada yang harus menunggu lama ataupun tidak sarapan karena kesiangan. Semua harus pandai memanage waktu sendiri,

Masing-masing sandwich dan segelas susu sudah berpindah ke dalam perut mereka. Adelia dan Ratih berpamitan untuk berangkat kuliah. Mereka mencium tangan Ayah dan kedua ibu mereka,

Erlangga berdiri dan menenteng tas kerjanya. 

"Ayo, aku antar ke mobil, Mas!" Aini mengambil tas yang ada di tangan Erlangga.

Erlangga melirik ke arah Martha yang sedang sibuk membereskan meja makan di bantu oleh asisten rumah tangga yang sudah bekerja selama lima belas tahun.

Erlangga teringat ucapan Martha semalam. Memang benar, Erlangga sudah tidak adil kepada istri keduanya. Kenapa Ia tidak pernah berfikir bahwa dia punya dua orang istri yang mempunyai hak yang sama.

"Ada apa mas? apa ada yang ketinggalan?" Aini heran melihat suaminya terdiam. Ia lalu mengikuti ke arah mana tatapan suaminya ditujukan. Dan tatapan itu menuju ke arah Martha. ‘Ada apa dengannya?’ bisik Aini dalam hati.

"Martha, kau tidak mengantarku? " sorot mata Erlangga menatap tajam ke arah Martha.

"Eh ... ee ... tidak. Aku sedang ...mmm ...sedang beres-beres," jawab Martha gugup. Ia tidak menyangka akan mendapat pertanyaan itu dari suaminya. Karena selama ini memang hanya Aini yang punya hak mengantar Erlangga ke mobil. Ia cukup tahu diri untuk mengerti kedudukannya.

"Kamu ingin diantar kak Martha, Mas? Enggak sama aku?" Aini terlihat tidak senang dengan ucapan suaminya.

"Tidak, kamu jangan salah mengerti, Aini. Mulai sekarang Kamu dan Martha sama-sama mengantarku sampai mobil."

"Ya sudah. Kalau begitu, Ayo , kak!" sentak Aini. Dia terlihat mulai kesal.

" Tapi aku sedang ...."

"Turuti kata-kataku! jangan membantah!" Erlangga melangkah meninggalkan ruang makan diikuti oleh Aini dan Martha.

Berbagai pertanyaan berkecamuk dalam diri Aini. Apa yang terjadi semalam dengan mereka. Mungkinkah mereka sudah ..., Aini menggelengkan kepalanya. Rasanya tidak mungkin kak Martha dan Erlangga menghianati dirinya. Kak Martha tidak mungkin menghianati kepercayaannya.

Aini juga sangat yakin kepada kesetiaan suaminya. Erlangga tidak 

mungkin menghianati cinta suci yang sudah mereka bina selama bertahun-tahun.

Jantung Martha berdetak lebih kencang. Ia berfikir apakah Erlangga mulai bisa membuka hati untuknya. Ataukah karena kasihan kepada dirinya karena ucapannya semalam.

Entahlah, Martha tidak tahu, Ia juga malu kalau mengingat peristiwa semalam. Martha juga bingung dengan dirinya sendiri, kenapa Ia bisa merendahkan harga dirinya di depan lelaki yang belum menerima dirinya sepenuhnya. Walaupun Ia adalah suaminya.

Mereka tiba di teras. Pak Sapri, sopir pribadi Erlangga membuka pintu mobil mewah untuk bossnya.

Aini menyerahkan tas kepada pak Sapri. Lalu mencium punggung tangan suaminya. Erlangga lalu mengecup kening Aini lembut seperti biasa.

Martha melakukan hal yang sama. Ia mencium punggung tangan suaminya. Dan tanpa di duga, kecupan hangat mendarat di keningnya.

“Oh!” Martha terkejut. Wanita itu memejamkan mata dan merasakan debaran jantungnya kian kencang. Tubuhnya lemas seperti tak bertulang.

Ini adalah kecupan pertama dari suaminya setelah lima tahun pernikahan. Terasa sangat indah.

“Mas! Kamu ....!”

Martha membuka matanya.Tanpa sengaja Ia melihat wajah Aini begitu masam. Tak ada senyum di sana. Martha harus bisa menguasai diri. Lalu melepaskan tangan suaminya.

Erlangga menyadari Aini tidak menyukai apa yang dilakukan olehnya. Namun Ia tidak punya waktu untuk menjelaskan kepada Aini.

“Nanti aku jelaskan!” Erlangga menepuk pipi Aini dengan lembut. Tanpa banyak bicara pria itu segera masuk ke dalam mobil sembari melambaikan tangan.

Aini membalas lambaian tangan suaminya.

Martha pun melakukan hal yang sama. Hatinya berbunga-bunga. Sesaat kemudian, dia sadar bahwa ada Aini bersamanya. Tak ingin banyak pertanyaan dari istri pertama suaminya, Dia memutuskan untuk masuk ke dalam rumah.

"Tunggu, Kak! ada yang mau aku tanya sama Kak Martha!" Aini menghentikan langkah madunya.

Dengan terpaksa, Wanita matang itu menghentikan langkahnya. Marta tahu Aini pasti akan menanyakan tentang perubahan sikap Erlangga. Entah apa yang harus di jawab seandainya Aini menanyakan kejadian semalam. Malu, sungguh malu.

"Apa yang terjadi antara Kakak dan Mas Erlangga semalam?!" suara Aini parau. Ia menahan rasa kesal dan kemarahan.

Martha gugup mendengar pertanyaan Aini. Ia merasa terhakimi oleh pertanyaan yang memojokkannya.

"Kenapa Kakak diam?!" Aini menarik bahu Kakak angkatnya agar berbalik dan berhadapan dengannya.

Namun Martha menahan tubuhnya untuk tidak tertarik tangan Aini. Dia tidak ingin Aini melihat wajahnya gugup dan memucat.

Aini tidak kehabisan akal. Ia berjalan dan berdiri di depan Martha dan menatapnya tajam.

Martha mencoba menutupi wajahnya dengan kerudung panjang putih yang dipakainya.

"Jawab Kak!" Aini mengguncang kedua bahu Martha. Buliran bening mulai menggenang di pelupuk mata Aini. Hatinya terasa sakit bagai teriris.

"Ti-tidak terjadi apa-apa Aini, sungguh!" Martha mencoba menenangkan Aini. Ia memegang kedua pipi Aini dan menghapus air matanya.

"Percayalah, Erlangga sangat mencintaimu dan setia kepadamu. Hanya kamu Aini, Kakak janji tidak akan menghianati kamu!" Martha lalu memeluk Aini.

“Tolong jangan hianati Aku, Kak. Aku tak bisa kehilangan Mas Erlangga!” Aini membalas pelukan Martha dan menangis dalam dekapan madunya.

‘Iya. Aku janji!” Martha mengusap-usap punggung Aini. Dia merasa serba salah.

Aini memang yang menyuruh suaminya untuk menikahi Martha. Dan Ia sadar betul mempunyai madu. Tetapi Aini tetap manusia biasa yang juga mempunyai hati dan perasaan yang sama dengan wanita lain. Ia juga tidak mau berbagi suami. Hatinya terlalu sakit kalau sampai mereka berdua menghianati kepercayaannya.

Aini hanya ingin membantu kakak angkatnya sewaktu dalam kesusahan. Tapi tidak untuk berbagi hati. Namun semuanya sudah terjadi. Dan Aini pun harus menjalaninya dengan ikhlas. Mau tidak mau Ia harus menerima madunya.

***

Aini melihat jam dindig di ruang tamu. Hampir jam tujuh malam. Itu artinya sebentar lagi suaminya pulang. Aini dan Martha duduk di sofa menunggu suami mereka pulang. Aini memakai kerudung instan berwarna merah senada dengan gamis yang di pakainya.

Kali ini Aini berdandan lebih cantik tidak seperti biasanya. Bibirnya menggunakan lipstik pink muda sewarna dengan blush on yang mewarnai pipinya. Ia berusaha ingin terlihat sempurna di mata suaminya. Wanita sederhana itu tidak ingin suaminya tertarik dengan wanita lain karena jarang memoles make up pada wajahnya.

Dulu Aini terlalu percaya diri kalau suaminya tidak akan pernah berpaling kepada wanita lain hingga membuat Ia malas berdandan. Sehari-hari Ia hanya memakai daster dan kerudung sederhana. Aini memang sederhana. Walaupun harta melimpah tapi Ia tidak bergaya hidup mewah ataupun mempunyai kelompok arisan sosialita seperti kebanyakan wanita modern yang hidup bergelimang harta.

Tapi anggapannya salah. Martha saja yang jadi madunya selalu berdandan lebih cantik dari dirinya.

Aini melirik ke arah Martha. Ia memang cantik dan terawat. Seminggu dua kali Martha tidak pernah telat mengunjungi salon langganannya untuk mempercantik diri. Walaupun usianya lima tahun diatas Aini, namun usia mereka tampak tidak jauh berbeda.

Wajah Martha lebih dominan ke ibunya yang keturunan arab. Hidungnya mancung, kulitnya putih, matanya bulat indah. Aini tiba-tiba merasa minder. Sejak masih sekolah Kakaknya memang selalu terlihat cantik, rapih dan wangi.

Tapi Aini harus bertekad, Ia harus meniru Kak Martha yang selalu berdandan lebih cantik saat jatah Erlangga bermalam bersamanya.

Malam ini waktu Suaminya bermalam bersama Aini. Aini harus bisa kembali menarik hati suaminya agar tak tertarik kepada siapapun.

Tingtong

Terdengat suara bel berbunyi. Aini meletakkan tabloid yang dibacanya dan berlari menuju pintu, seolah takut keduluan oleh Martha.

“Hallo, Sayang!” Aini menyapa suaminya dengan sedikit menggoda.

Erlangga terkejut melihat perubahan istrinya. Kali ini Ia terlihat sangat cantik dan segar juga lebih bersemangat. Sudah lama Ia tidak melihat istrinya secantik ini.

"Kamu cantik sekali,Sayang. Mau ke mana?" Erlangga memeluk istrinya dan memberi kecupan mesra pada bibirnya.

"Gak ke mana-mana, Mas. Aku sengaja nungguin kamu!"Aini membalas pelukan suaminya.

Erlangga menatap wajah Aini penuh cinta. Perlahan Ia mencium bibir Aini mesra. Namun Aini mendorong Erlangga pelan. "Ada Kak Martha, Mas," bisik Aini perlahan.

Erlangga menatap ke dalam rumah dan melihat Martha berlari ke arah dapur.

"Sudah pergi," Bisik Erlangga sambil memberi kode dengan menaikkan alisnya

Erlangga melingkarkan kedua lengannya di pinggang Aini.

"Apa malam ini kamu sehat, Sayang?" Erlangga menatap Aini dengan penuh cinta.

"Dokter bilang sih sudah membaik. Tapi aku masih takut ada efek sampingnya." Aini merajuk manja. Ia mengerti betul apa maksud dari pertanyaan suaminya.

"Enggak apa-apa, Sayang. Hanya ber 'cengkrama' denganmu saja bagiku sudah cukup!”Erlangga mengedipkan sebelah matanya dengan genit.

Aini tersenyum dan mencubit pipi suaminya. Erlangga lalu menggendong tubuh Aini dan menapaki anak tangga satu persatu. Aini melingkarkan lengannya di leher suaminya dan menyandarkan kepalanya pada dada bidang suaminya. Mereka terlihat begitu bahagia.

Tanpa mereka sadari ada sepasang mata yang berlinang air mata saat menyaksikan  kemesraan keduanya. Terasa seperti tertancap beribu anak panah di dadanya hingga menembus ke jantungnya. Begitu sakit tak tertahankan.

Ingin rasanya menjerit, Hatinya tidak kuat menahan kesedihan dan kekecewaan. Haruskah menyalahkan takdir ataukah cinta. Takdir Tuhan tidak pernah salah. Apakah cinta atau kebodohan karena cinta tumbuh subur merajalela di hati. Rasanya sakit, sungguh teramat sakit.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status