Share

Dua Garis Biru

Penulis: DV Dandelion
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-12 19:18:55

"Bang, kayaknya … aku telat."

Bahtiar butuh beberapa detik untuk mencerna ucapan istrinya. Ia ikut menatap layar ponsel Ayu yang menampilkan aplikasi kalender.

“Telat? Kamu punya cicilan?”

Ayu tak menjawab. Matanya hanya terpaku pada kalender bulan ini dan membandingkannya dengan bulan kemarin.

“Kamu kenapa?” tanya Bahtiar tak sabaran.

“Aku telat datang bulan, Bang.”

Lelaki itu tertegun. Kalau diingat-ingat lagi, terakhir Ayu haid memang saat mereka menikah. Usia pernikahan itu sendiri sekarang sudah sekitar 6 minggu. Mungkinkah?

“Jadi, sekarang kamu hamil?” Bahtiar menatap istrinya lekat.

Ayu tak yakin. “Harus dipastikan dulu.”

Bahtiar langsung bangkit dan meraih kunci motornya kembali. Tanpa pikir panjang ia berkata, "Tunggu di sini. Saya beli test pack sekarang juga."

Ayu belum sempat menahan ketika Bahtiar sudah melesat keluar. Sepuluh menit kemudian, ia kembali lagi dengan kantong plastik dari apotek. Tiga test pack berbeda merek ia sodorkan pada Ayu.

Dengan perasaan campur aduk,
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Foto-foto dari Acara Pernikahan

    Ayu duduk di ruang tamu dengan pandangan kosong ke luar jendela. Tangannya memegang segelas teh yang mulai dingin sebab tak kunjung diminum. Sesekali ia mengusap perutnya yang masih datar, mencoba merasakan keberadaan kehidupan kecil yang tengah tumbuh di dalamnya.Sejak dinyatakan hamil, pikirannya jadi sering dipenuhi berbagai kekhawatiran yang sulit ia kendalikan. Berbagai pertanyaan berputar-putar di benaknya, membuat Ayu semakin sulit untuk rileks.Ia menghela napas panjang dan mencoba mengalihkan pikirannya dengan menyalakan televisi. Namun, ucapan Bu Ely kembali terngiang."Bahtiar itu sedang pusing karena bisnisnya goyah. Sebagai istri, seharusnya kamu tidak menambah bebannya. Kalau kamu tidak sanggup mengurus anak saya, biar Silvia saja!”Ayu jadi bertanya-tanya. Sebesar apa permasalahan yang sedang dihadapi Bahtiar? Sebab saat bersamanya, Bahtiar terlihat selalu bahagia. Berbeda halnya ketika tamu yang mendatangi rumah mereka membicarakan urusan bisnis.Bahtiar hampir selalu

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Dua Garis Biru

    "Bang, kayaknya … aku telat."Bahtiar butuh beberapa detik untuk mencerna ucapan istrinya. Ia ikut menatap layar ponsel Ayu yang menampilkan aplikasi kalender.“Telat? Kamu punya cicilan?”Ayu tak menjawab. Matanya hanya terpaku pada kalender bulan ini dan membandingkannya dengan bulan kemarin.“Kamu kenapa?” tanya Bahtiar tak sabaran.“Aku telat datang bulan, Bang.”Lelaki itu tertegun. Kalau diingat-ingat lagi, terakhir Ayu haid memang saat mereka menikah. Usia pernikahan itu sendiri sekarang sudah sekitar 6 minggu. Mungkinkah?“Jadi, sekarang kamu hamil?” Bahtiar menatap istrinya lekat.Ayu tak yakin. “Harus dipastikan dulu.”Bahtiar langsung bangkit dan meraih kunci motornya kembali. Tanpa pikir panjang ia berkata, "Tunggu di sini. Saya beli test pack sekarang juga."Ayu belum sempat menahan ketika Bahtiar sudah melesat keluar. Sepuluh menit kemudian, ia kembali lagi dengan kantong plastik dari apotek. Tiga test pack berbeda merek ia sodorkan pada Ayu.Dengan perasaan campur aduk,

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Wanita Lain

    Bahtiar jadi sering kedatangan tamu setelah menghadiri acara buka bersama di rumah Pak Barata. Ada yang berdasi dan memakai jas rapi. Ada yang berkaus polo biasa, tapi ternyata naik mobil sport. Dari sekian banyak tamu, ada satu yang paling mengganggu bagi Ayu. Silvia.Ayu sebenarnya tidak ingin terlalu kepo. Dia sedang sibuk mengerjakan pesanan kue kering dari para pelanggan. Namun, sulit sekali menahan rasa penasaran.Menurut Bahtiar, Silvia hanyalah seorang teman lama. Orang tua mereka sudah berteman baik sejak mereka masih kecil. Bahtiar dan Silvia juga berkuliah di kampung yang sama. Dua tahun belakangan, mereka tidak pernah bertemu sebab Silvia sempat mengikuti mantan suaminya tinggal di Australia.“Bang Tiar nggak tertarik sama dia? Kak Ivy kan cantik. Sekarang single pula,” tanya Ayu saat dalam perjalanan pulang dari rumah Bu Elly, beberapa hari lalu.Bahtiar tersenyum tipis. “Ogah banget! Saya kenal dia dari zaman masih ingusan. Bobrok-bobroknya udah tahu semua. Memangnya kam

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Menantu Rasa Pembantu

    Lagi-lagi Ayu sahur sendirian. Baik di rumah sendiri maupun di rumah mertua, tidak ada yang menjalankan ibadah puasa. Untung saja masih ada sisa sambal goreng udang di dapur. Ayu menghangatkannya saat semua orang terbuai mimpi.Ayu tidak betah berada di sana. Tak ada gunanya kasur empuk dan AC sejuk. Wanita itu agak kerepotan melaksanakan salat karena tidak dipinjami mukena. Untuk saja pakaiannya menutup aurat.“Lain kali, kalau Bang Tiar ngajak pergi, aku akan membawa mukena travel,” batinnya.Bahtiar bangun pukul setengah delapan seperti biasa. Tubuhnya seakan punya alarm sendiri. Namun, pagi itu mukanya masam kala melihat Ayu menyiapkan sarapan.“Abang berangkat kerja dari sini?” tanya Ayu memastikan. Bahtiar sudah mandi dan memakai baju lama yang ditinggal di rumah mamanya.“Hmm ….”Sejak pulang dari acara buka bersama, Bahtiar mendiamkan Ayu. Biasanya memang tidak banyak bicara, tapi kali ini Ayu yakin ada sesuatu yang berbeda. Maka ketika lelaki itu selesai sarapan dan kembali k

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Undangan Buka Bersama

    “Yu, saya boleh minta satu hal?”Ayu mengangguk seraya menatap Bahtiar yang sedang melepas jam tangan. Dia sudah berniat akan memenuhi apa pun permintaan suaminya selama tidak melanggar syariat.“Sudahi kerjasama dengan pihak pesantren. Kamu boleh jualan apa pun. Kalau butuh tambahan modal, saya bersedia memberi suntikan dana. Tapi, jangan pernah lagi terlibat dengan orang-orang dan kegiatan pesantren.”"Jadi … Abang mau aku berhenti jualan takjil dari pesantren?" tanya Ayu pelan, memastikan apakah dia tidak salah dengar.Bahtiar menatap Ayu serius. "Ya. Kamu bisa produksi sendiri, ambil dari suplier lain, atau apa pun sistemnya asal bukan ambil jualan dari pesantren."Ayu terdiam sejenak mencerna permintaan itu. Sebenarnya, permintaan Bahtiar tidak sulit untuk dituruti. Dia juga ingin usahanya berkembang lebih mandiri, hanya saja keterampilannya memang masih terbatas.Mungkin ini memang yang terbaik untuk semua. Bahtiar tidak perlu cemburu lagi kepada Zen. Ayu pun bisa lebih menjaga

  • JERAT CINTA RENTENIR MUDA   Belajar Menekan Ego

    Bahtiar duduk di sofa dengan tangan terlipat di dada, menatap kosong ke arah televisi yang menyala tanpa benar-benar ditonton. Piring bekas makan malam masih tergeletak di meja. Puntung rokok berceceran sehingga debunya mengotori taplak meja.Lelaki itu kemudian tersenyum kecut. Biasanya, akan ada seseorang yang mengomel jika melihat pemandangan tersebut.“Abang ini sudah besar, tapi nggak bisa rapihan dikit buang sampahnya. Noda kayak gini susah dicuci!”“Kenapa kamu yang sewot? Yang nyuci kan Bibi, bukan kamu.”“Justru itu, Bang. Bibi udah berumur, kasihan kalau keluar tenaga ekstra buat ngucek taplak.”Ada saja hal-hal yang menurutnya sepele, tapi mengganggu bagi Ayu. Terkadang Bahtiar tidak bisa memahami jalan pikiran istrinya. Bi Sanih memang digaji untuk melakukan pekerjaan rumah, tapi dia sering tidak tega ketika melihat pembantu mereka mulai kelelahan.Bahtiar juga tidak tahu mengapa Ayu begitu kukuh memegang prinsip agama. Di saat wanita lain berlomba-lomba memakai baju seksi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status