Share

Part 6

6

Aku menelan ludah. Si brengsek ini benar-benar pintar memanfaatkan keadaan dan mencari kesempatan. Aku melotot, mendongak agar dia tahu aku marah. Namun sayang, pandangannya hanya lurus ke depan tanpa menoleh ke arahku.

Dasar licik.

Nyonya kaya raya itu berpikir sejenak. Napas dihembus secara perlahan. Lalu tersenyum sinis menatap kami.

"Begitu lebih baik. Gadis jalanan sepertimu memang pantasnya bersanding dengan preman seperti dia. Kalian sangat cocok. Jadi jangan lagi bermimpi yang bukan-bukan." Tarikan di sudut bibirnya membuat hatiku terasa sakit. Entah kenapa.

Wanita itu kembali melirik tajam ke arahku. Lalu pergi begitu saja meninggalkan kami.

Leherku sampai memanjang untuk memastikan bahwa mobil Alphard miliknya sudah menjauh, membawanya pergi dan tidak terlihat lagi.

Dengan cepat aku melepaskan diri dan mendorong tubuh Ren agar menjauh. Namun tentu saja kaki jenjangnya tak bergeser sedikitpun. Terpaksa aku mengalah dan harus mundur. Aku mengusap bahu dan juga bagian tubuhku yang bersentuhan dengannya. Merasa tidak terima dengan sikapnya yang berlebihan.

"Cari kesempatan!" pekikku. Dia hanya tersenyum, sembari membenarkan letak topinya.

        ~~~~

Aku kehilangan jejak. Daryan seolah hilang ditelan bumi. Sudah satu minggu ini tak ada kabar darinya. Pesan yang kukirim pun masih saja bercentang dua abu-abu. Dia sama sekali tak membacanya.

Jujur, ada sesuatu yang hilang di sudut hati. Ini adalah konsekwensi yang harus kubayar karena menerima ide gila Daryan. Aku harus siap kehilangan teman, yang bahkan belum lama aku kenal.

Teringat saat pertama kali ide gila itu tercetus dari mulutnya.

"Rasanya aku ingin mati saja, Yan. Hidup pun percuma jika seperti ini terus. Aku lelah menghadapi hutan-hutang Ayahku. Lunas yang satu, ada lagi yang lain. Bahkan surat rumah sampai dia gadaikan pada rentenir itu. Padahal hutang yang lama pun belum semua aku bayar." Aku mengeluh sambil mengacak rambut, frustasi.

"Pakai uangku saja. Bisa kau bayar kapan-kapan." Dia menyeruput bubble drinknya.

"Lalu apa bedanya dengan hidupku yang sekarang?" Aku memainkan layar ponsel dan menscroll postingan-postingan dari beranda f******k yang lewat.

"Tapi aku tak akan menagih dengan kejam. Aku juga bukan rentenir."

"Aku hanya ingin bebas dari hutang. Kepalaku rasanya mau pecah jika ingat akan angka-angka sialan itu."

"Kalau begitu aku saja yang bayar. Kau tahu sendiri uangku sangat banyak. Tidak perlu kau ganti."

Aku tertawa kecil. Anak orang kaya yang satu ini selalu berbicara tanpa memikirkan perasaan orang lain. Menganggap semua hal terlihat sepele. Dia pikir ratusan juta itu sedikit. Bisa diberikan dengan cuma-cuma tanpa rasa bersalah dari si penerima. Aku hanya menggeleng.

Kini mataku tertuju pada postingan sebuah akun. Menarik. Jika aku melakukan hal serupa, mungkin dalam waktu dekat aku bisa mendapatkan uang dengan cara yang mudah.

"Yan."

"Hem."

"Menurutmu, aku ini menarik, tidak?" Tiba-tiba saja aku ingin tahu pendapatnya.

Daryan mengamati wajahku, kemudian matanya turun menyusuri bagian dadaku. Dia menelan ludah sampai di sana.

"Hish!" Aku mendesis saat sorot matanya terlihat liar. "Dasar mata keranjang."

"Tidak sama sekali."

"Apanya yang tidak? Kau pikir aku tidak tahu pikiran kotormu itu, ha?"

"Maksudku, kau tidak menarik sama sekali."

Heh? Dia bilang apa?

Sebentar saja wajahku basah akibat semburan bobanya saat aku mengatakan ingin open BO di sosial media. Aku putus asa, hingga tak ada cara lain yang bisa mendapatkan uang seratus lima puluh juta dengan mudah. 

Harus berapa tahun lagi aku hidup dalam teror seperti ini. Jumlahnya tidak main-main. Uang yang harus aku bayar untuk menebus surat rumah dan juga hutang-hutang sebelumnya.

"Kau tidak menarik. Dadamu rata. Hargamu pasti murah. Jual aku saja."

Dengan bodohnya aku mengagguk, mengiyakan. Mataku tak berkedip mendengar rencana konyol yang ia tuturkan. Aku pikir semuanya tak masuk akal. Tapi mengingat rencana gilaku untuk menjual diri tadi, kurasa tak ada salahnya menjadi gila sekali lagi.

"Ingat, ya. Dua minggu lagi. Belajar akting, seolah-olah kau takut kehilanganku. Jangan berhenti sampai di angka satu Milyar. Aku ini anak kesayangan. Uang keluargaku jauh lebih banyak dari itu."

        ~~~

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status