Share

BAB 7. KEADAAN BERBALIK.

Hah?”

“Apa kurang jelas? Aku tidak ingin kertas itu, aku ingin uang 10 Milyar itu langsung!” kata Angela dengan tekanan di setiap kalimatnya.

Kedua tangan Devano terkepal erat. Andai saja yang di hadapannya sekarang bukanlah seorang gadis, akan dapat Devano pastikan ia akan menghajarnya dengan membabi buta.

“Hendrix, cairkan uang 10 milyar sekarang juga!” Devano memerintah dengan berteriak kencang seolah ia adalah orang paling berkuasa di muka bumi ini.

Masih dalam kebingungan. Hendrix melangkah keluar dengan tergesa-gesa, masalah sang Tuan tampaknya sangat serius.

Sepeninggalan Hendrix, Angela melangkah pelan menuju sofa yang terletak di ujung kamar, menyilangkan kakinya dengan anggun lalu sedetik kemudian gadis itu cekikikan sendiri.

Angela masih tidak menyangka jika rencana konyolnya bisa berjalan semulus ini. Mengelabui Devano ternyata tidaklah sulit. Hah, padahal pria itu terlihat seperti orang pintar, ternyata sama saja dengan dirinya yang terkadang bodoh.

BRAKK!

Angela terperanjat kaget saat pintu dibanting kuat oleh Devano yang pergi dari kamar.

“Haish, wajahnya saja yang tampan, sopan santun tidak punya,” monolog Angela menatap jengkel ke arah pintu yang tertutup.

Bingung mau melakukan apa sendirian di kamar mewah ini. Angela memutuskan memainkan ponsel yang diberikan oleh Devano.

Senyumnya tiba-tiba saja mengambang saat sesuatu terlintas di pikirannya. Jika saja Laura mengetahui dirinya memiliki ponsel keluaran terbaru ini. Adik tirinya itu pasti akan langsung kejang-kejang kesurupan. “Kalau tugasku selesai, apa aku harus mengembalikan ponsel ini, ya?”

Sedang asik scroll sosial media. Angela seketika tersedak ludahnya sendiri saat mendapati wajah Devano terpampang nyata di salah satu artikel di sana.

Angela tercengang, berusaha membuka matanya selebar mungkin untuk memastikan ia tidak salah lihat. Memangnya, siapa Devano? Kenapa dia sampai bisa masuk halaman utama media? Sudah dibaca puluhan juta kali pula.

Dengan rasa penasaran yang membuncah. Angela mengetik nama Devano Christian Alexander di pencarian. Dan ya, lagi-lagi Angela terbelalak kaget. Data Devano keluar secara lengkap di sana.

Tangan Angela seketika lemas, jatuh dan mendarat tepat di pangkuannya.

Angela menatap lurus kedepan dengan ekspresi bodohnya. “Habislah aku.” Angela meringis ketakutan.

Devano ternyata bukanlah orang sembarangan. Dia adalah salah satu orang berpengaruh di negaranya, salah satu pengusaha kaya raya yang begitu disegani.

Angela seketika menyesal karena tidak pernah tertarik untuk mengikuti berita-berita tentang dunia bisnis di internet. Andai saja ia punya sedikit rasa ketertarikan di sana, Angela mungkin akan tahu siapa Devano Christian Alexander dan tidak akan pernah berani bertindak sebodoh ini.

“Kamu bodoh sekali, Angela, kamu bodoh sekali.” Angela bangkit sambil meracau, membenturkan pelan keningnya kedinding, meratapi kebodohannya.

“Kamu pasti akan di penjara, Angela, kamu akan membusuk di penjara!”

Angela benar-benar menyesal, seharusnya ia bisa lebih pintar sedikit membaca keadaan. Semua baru terasa masuk akal sekarang. Mobil mewah, pakaian mewah, wajah tertutup rapat saat datang ke klub, griya tawang, Hendrix dan rumah besar ini. Tidak mungkin dengan kekayaan melimpah seperti Devano hanya golongan orang biasa.

Decitan pintu terbuka terdengar. Tubuh Angela seketika membeku, tidak berani bergerak bahkan untuk bernafas sekalipun.

“Ngapain di situ?” Suara berat Devano menyapu indra pendengaran Angela yang semakin membuatnya merinding.

Devano menatap heran Angela. Gadis itu berdiri menghadap dinding sudah seperti seorang anak yang sedang meratapi kesalahannya.

“Kamu tuli?” kata Devano lagi saat tidak mendapat jawaban dari Angela.

“Ti-tidak, aku hanya sedang bosan saja,” jawab Angela dengan susah payah. Aura Devano terasa begitu menakutkan sekarang, padahal beberapa menit yang lalu pria itu terlihat biasa saja di mata Angela.

Devano mengernyit mendengar jawaban Angela. “Gadis aneh.” Devano menggeleng pelan memilih untuk tidak memedulikan gadis itu.

Ia berjalan menuju nakas di samping ranjang, meraih ponselnya dan kembali melangkah keluar kamar.

Mendengar suara pintu yang kembali ditutup. Angela langsung ambruk ke lantai diiringi dengan helaan napas lega. “Hah, aku hampir mati tadi.”

________

Hampir satu jam kemudian. Hendrix akhirnya datang dengan menenteng dua buah tas besar di tangannya.

Angela menutup mulutnya dengan kedua tangan saat Devano membuka resleting kedua tas itu dan mengobok-ngobok isi di dalamnya. “Uang asli sampai ke dalam-dalam.”

Angela mengangguk dengan ragu. “Te-terima kasih,” katanya pelan.

Sebelah sudut bibir Devano terangkat menciptakan smirk. “Kau memerasku, tidak patut mengucapkan terima kasih!” balas Devano pedas yang berhasil membuat Angela meneguk ludahnya secara kasar.

“Sekarang mana ponselmu?” Devano mengulurkan tangannya.

Angela berbalik, mengambil ponsel yang masih ia selipkan di antara dua dadanya diiringi dengan wajah yang memerah menahan malu.

Hendrix segera memejamkan matanya dan Devano mengumpat keras.

“Shit! Kenapa masih menyimpannya di situ? Apa tidak ada tempat lain!”

“Aku takut kamu akan merampasnya secara paksa,” jawab Angela sambil mengutak-atik ponselnya sebentar mencari video itu lalu menyerahkannya pada Devano.

“Hapus sendiri biar kamu percaya.”

Devano mengambilnya secara kasar, membolak-balikkan ponsel jadul itu sebentar seolah sedang menelisik. Sedetik kemudian, setelah mendapatkan apa yang ia cari, Devano langsung membongkarnya. Ya, sebuah memori card.

“Yak! Apa yang kau lakukan?” Angela berteriak panik. Bukannya menghapus video itu, Devano malah merusak ponsel kesayangannya.

Setelah mendapatkan memori card itu, Devano mengembalikan ponsel Angela dengan cara dilempar. Untung saja Angela sigap menangkapnya, kalau tidak, sudah dapat dipastikan ponsel jadul itu akan hancur lebur tak tersisa.

Devano menyeringai sambil memperlihatkan benda kecil dalam genggamannya pada Angela. “Aku anggap 10 Milyar ini hutang. Kamu harus melunasinya dalam enam bulan ini kalau tidak mau video kamu yang sudah memerasku tersebar luas di media.”

Devano beranjak pergi dari kamar itu bersama Hendrix meninggalkan Angela yang membeku bersama dua tas penuh berisikan uang berwarna pink muda yang terlihat begitu menggiurkan.

Angela terduduk lemas di lantai. Keadaan berbalik dengan begitu cepat, semuanya semakin rumit, Ia sudah berurusan dengan orang yang salah.

“ARGHH, SEHARUSNYA AKU SENDIRI YANG MENGHAPUS VIDEO ITU!” Angela berteriak sekuat tenaga tanpa memedulikan lagi jika suaranya bisa saja terdengar sampai luar sana.

“KAMU BODOH, ANGELA, KAMU SANGAT BODOH.” Angela bergulung-gulung di lantai bagai cacing kepanasan. Kemana ia harus mencari uang 10 milyar lagi?

Ah, apa ia kembalikan saja uang ini pada Devano dan merelakan rumah peninggalan orang tuanya?

Angela segera bangkit dan berlari keluar mendatangi Devano. Yah, tidak apa-apa, sepertinya pilihan ini lebih baik daripada harus menanggung hutang pada pria itu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status