Share

PETUNJUK

Author: teh sit
last update Last Updated: 2025-10-20 13:58:46

"Pria asing itu kemana, ya. Tiba-tiba menghilang tanpa memberi kabar," batin Sierra, aneh.

 "Sierra, kenapa kamu bengong?" tanya Kayla, menyenggol bahu Sierra.

"Ah, aku tidak apa-apa, Kay. Hanya ada masalah kecil," jawab Sierra tersenyum simpul.

"Kalo ada apa-apa, jangan sungkan buat cerita sama aku dan juga Alleta," ujar Kayla tersenyum.

"Aku pasti akan cerita sama kalian, kalo ada masalah," jawab Sierra tersenyum

 Kayla mengelus pundak Sierra, dia cukup tahu bagaimana kehidupan Sierra selama ini, nyaris seperti dirinya.

"Wah ada cewek-cewek cantik nih."

Sierra dengan Kayla dikagetkan dengan kedatangan segerombolan preman.

"Pergi kalian, jangan ganggu kami!" usir Kayla.

Segerombolan preman itu menertawakan ucapan Kayla, mereka memandang rendah kepada kedua wanita tersebut.

"Kalian fikir, kami akan takut? Hah! Tidak akan!"

"Jangan salahkan kami, kalo kalian pulang babak belur," lontar Kayla, dia tersenyum sinis.

"Dari pada banyak ngomong, mending ikut kita, kita senang-senang yuk!"

"Bajingan!" kesal Kayla.

"Kita lari saja dari sini, aku malas meladeni mereka," bisik Sierra.

"Aku juga maunya gitu, tapi lihat.. Mereka banyak sekali, dan mereka tidak akan membiarkan kita pergi begitu saja," balas Kayla dengan bisikan.

Sierra mengangguk..

Segerombolan preman itu mendekat kearah mereka.

"Jangan harap, kalian bisa menyentuh kami,' ujar Seirra.

Terjadi perkelahian antara delapan orang preman, dengan dua wanita.

Sierra tidak terlalu fokus, entah kenapa fikirannya seperti kacau, memikirkan seseorang. Sehingga membuat dia tak sengaja terjatuh karena pukulan preman itu.

"Ra, kamu ngak apa-apa?" tanya Kayla dengan raut wajah panik.

Belum sempat Sierra jawab, dia sudah melihat preman itu akan melukai sang sahabat.

"Kay, awas!" teriak Sierra.

Kayla berhasil menyelamatkan dirinya.

"Bajingan, kali ini aku tidak akan diam saja," geram Kayla.

Kayla benar-benar menghajar mereka semua tanpa ampun.

"Kalo kalian berani lagi sama kita, gua akan langsung mengirim kalian ke neraka!" teriak Kayla.

Semua preman itu meninggalkan mereka, dengan wajah yang sudah babak belur, karena hajaran Kayla.

"Sierra, kamu nggak apa-apa?" tanya Kayla cemas.

"Hanya perutku saja yang sakit, yang lain aman," jawab Sierra.

"Kita ke RS aja, yuk. Kamu harus periksa keadaan kamu," ajak Kayla, dia benar-benar khawatir dengan kondisi sang sahabat.

"Aku nggak apa-apa, besok juga sembuh," ujar Sierra tersenyum, dia tidak mau melihat melihat Kayla khawatir.

"Yasudah, kita pulang kalo begitu," ajak Kayla.

Keduanya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, agar Sierra bisa istirahat, kebetulan jarak rumahnya sudah dekat, jadi tidak banyak memakan waktu saat di perjalanan.

"Aku akan menginap disini," ucap Kayla.

"Aku senang sekali, jangan lupa ajak Alleta, nanti dia merajuk," ujar Sierra.

"Aku sudah menghubungi dia, mungkin sebentar lagi akan kesini," kata Kayla.

 "Kalo mengingat Alleta, aku jadi sedih," ucap Sierra,

"Sudah 3 kali, dia gagal menikah, apa lagi mengingat keluarganya yang jahat banget, aku jadi gak tega," lanjut Sierra.

"Apa kita carikan laki-laki baik, yang akan menerima kekurangan dan kelebihan dia, ya. Supaya dia tidak patah hati terus," ujar Kayla.

"Tapi, aku takut kalo Alleta tersinggung dengan apa yang akan kita lakukan," kata Sierra.

"Kamu benar juga," jawab Kayla bingung.

***

Sementara dikota lain.

"Al, kamu yakin kalo ini semua identitas perempuan yang saya maksud?" tanya Zane.

"Benar tuan," jawab Alvaro, sang asisten sekaligus teman masa kecilnya.

"Seperti ada yang terlewatkan, tapi apa," gumam Zane bingung.

Tapi, Zane sangat percaya dengan kemampuan Alvaro, karena Alvaro sangat lihai dalam urusan mencari tahu identitas orang lain.

"Bagaimana dengan pencarian gadis itu, apa sudah ada petunjuk?" tanya Zane.

"Maaf tuan, kalo masalah itu, kami benar-benar belum mendapatkan petunjuk apapun," jawab Alvaro.

"Sebenarnya dimana gadis itu, kenapa susah sekali mencari dia, padahal saya sudah berjanji kepada tuan Watson, kalo saya akan menjaga dia," ucap Zane.

 Lamunan Zane buyar, kala seorang bodyguard masuk kedalam ruangan pribadinya..

"Ada apa, sepertinya penting sekali?" tanya Zane, dengan raut wajah dingin seperti biasanya.

"Saya menemukan sesuatu, dan mungkin ini akan menjadi petunjuk."

Zane langsung melihat kearah sang bodyguard.

"Kalung berlian, dan didalamnya foto keluarga Watson," ucap Zane.

Setelah mengambil kalung itu, Zane langsung mengusirnya.

"Kalung ini, kenapa seperti tidak asing, saya pernah melihat kalung ini, tapi dimana," batin Zane.

Zane terus menatap kalung berlian itu, akhirnya dia mempunyai satu bukti kuat, untuk mencari keturunan Watson yang hilang, 10 tahun yang lalu.

"Alvaro, prihal satu anak laki-laki Watson, dia sekarang bagaimana?" tanya Zane.

"Dia selamat, tapi dia cacat," jawab Alvaro.

Ya, ada dua yang selamat dari keluarga Watson kala itu, Zane dengan semua anak buahnya telat menyelamatkan tuan Watson, dan juga nyonya Watson.

"Apa dia tahu, kalo adik perempuannya masih hidup?" tanya Zane.

"Kemungkinan dia tahu, karena dia sempat menanyakan prihal itu kepada saya," jawab Alvaro.

 "Cari dokter yang bisa menyembuhkan dia, akan mudah mencari keturunan Watson, dengan bantuan kakaknya," titah Zane.

"Baik, akan saya lakukan," jawab Alvaro.

Perbincangan keduanya buyar, kala mendengar suara senjata api bersahutan diluar markas mereka.

"Siapa yang sudah menyelinap, habisi dia!"

Zane dengan Alvaro bergegas keluar dari ruangan itu, masing-masing membawa senjata api yang selalu mereka gunakan.

"Dor"

"Dor"

"Dor"

Suara tembakan bersahutan, Zane dengan Alvaro berhasil melumpuhkan musuhnya dengan hitungan detik.

"Kurang ajar, berani-beraninya dia menyelinap kedalam markas ini!" geram Zane.

"Sepertinya mereka kiriman dari salah satu musuh kita, tuan. Mereka mempunyai tato elang," ujarnya.

"Cari tahu, kalo sudah mendapatkan jawabannya, serang, dan lenyapkan markas mereka!" titah Zane, dengan penuh emosi.

Zane sangat tidak menyukai ketenangannya diusik..

"Alvaro, urus mereka!" titah Zane.

Zane meninggalkan markasnya, markas turun temurun dari para kakek, dan Zane terpaksa harus menjadi penerus mereka, menjadi ketua black iblis.

Saat diperjalanan, ketenangan Zane kembali diusik, dia benar-benar kesal.

"Bajingan, para hama itu selalu menganggu hidup saya," batin Zane kesal.

Zane keluar dari mobil mewah itu, dia tidak pernah takut akan semua hal, kecuali kehilangan orangtuanya.

"Badebah!, kalian memang hama!"

"Tunggu, saya tidak mau berdebat dengan dirimu, tuan Xavier Zane Alveric."

"Lalu, untuk apa kau menghalangi jalanku!" ujar Zane,

"Seorang Xavier Zane Alveric, tidak mempunyai banyak waktu, apa lagi untuk meladeni hama seperti dirimu," lanjut Zane.

Zane selalu sombong dan angkuh, saat berhadapan dengan semua musuhnya, siapapun tidak boleh ada yang merendahkan dirinya.

"Bagaimana kalo kita kerja sama, untuk menghabisi ketua mafia elang," seseorang itu menawarkan kerja sama.

"Terima kasih atas tawarannya, tapi sedikitpun saya tidak tertarik dengan tawaran anda," jawab Zane dengan nada suara angkuh,

"Tidak ada seorang musuh yang bekerja sama, berjalanlah di jalan masing-masing!"

***

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JERAT OBSESI SANG MAFIA    MISI RAHASIA

    "Alvaro, lihat RS itu!" Zane menunjuk kearah bangunan megah itu, kalau di lihat dari luar, itu hanya sebuah RS biasa, selain Zane, tidak ada yang tahu kalau di balik RS itu menyimpan sebuah rahasia yang cukup menegangkan. "RS itu, di sana tempat orang-orang gila menjual organ-organ dalam tubuh manusia!" "Merek menculik anak-anak, atau menipu orang dewasa dengan pekerjaan, lalu membawanya kesana!" Zane mengajak Alvaro masuk, karena Alvaro harus mengetahui dibalik RS itu ada apa. "Seperti RS biasa, banyak orang berlalu lalang di sini, dan juga banyak pasien yang berobat kesini." Tidak ada keanehan dalam pandangan Alvaro, sama persis seperti pandangan orang awam yang berobat ke RS itu. "Semua orang yang tidak tahu gelapnya RS ini memang akan mengatakan hal demikian! Mereka sering kali tidak sadar kalau sudah masuk kedalam RS ini, mereka akan kehilangan!" Dengan suara yang pelan, Zane menjelaskan hal dasar tentang RS itu. "Kehilangan? Maksud tuan?" tanya Alvaro, dia

  • JERAT OBSESI SANG MAFIA    KIRAIN MALING!

    "Semalam, gua pulang sama siapa?" tanya Sierra, yang baru saja bangun dari tidurnya. Dia masih sangat ngantuk sekali. "Tidurlah lagi aja, Lo pasti masih ngantuk 'kan!" suruh Aletta. "Gua harus ke restoran Letta!" ujar Sierra. "Udah, Lo tidur aja dirumah, biar gua yang ke restoran," kata Aletta. "Lo yakin?" tanya Sierra, "Lo nggak sibuk?" "Enggak kok, aku lagi free," jawab Aletta tersenyum. "Yaudah, gua percaya sama Lo," kata Sierra. Aletta langsung pergi meninggalkan Sierra, sedang 'kan Sierra masuk kedalam kamarnya lagi, dia akan melanjutkan tidurnya, karena merasa masih mengantuk. Sedangkan Aletta baru saja sampai ke restoran, dia sudah melihat kalau restoran sudah ramai pengunjung, meskipun masih siang. "Selamat siang nona Aletta," sapanya, dengan nada sopan. "Selamat siang!" jawab Aletta, "Hari ini saya yang akan mengurus restoran, nona Sierra sedang sakit," sambung Aletta. "Baik nona Aletta!" Semua pegawai di sana, sudah tahu siapa Aletta dan juga Kayla, jadi saat

  • JERAT OBSESI SANG MAFIA    MISI YANG GAGAL

    "Damn! Siapa yang sudah menggagalkan rencana kita!" "Ini diluar kendali kita, tuan!" kata Alvaro, menundukan kepalanya."Selama ini kita selalu berhasil melakukan transaksi dipelabuhan itu, tapi kenapa sekarang gagal!" Amarah Zane marah padam.Alvaro hanya terdiam, karena dia tahu kalau transaksi barang ilegal ini harus secepatnya dikirim, tapi seseorang sudah menggagalkannya."Cari tahu, siapa dibalik semua ini!" titah Zane."Baik tuan, saya akan mencari orang itu, dan akan membawanya kesini," jawab Alvaro."Pastikan bawa dia hidup-hidup, akan aku bunuh dengan cara mengerikan!" "Baik tuan!" jawab Alvaro.Setelah mengatakan itu, Zane langsung meninggalkan markas, dengan perasaan yang masih emosi."Sial, bajingan!" Zane memukul setir mobilnya. ***Sedangkan di sisi lain, Sierra kembali ke restorannya, meskipun hari sudah malam, tapi restorannya masih ramai.Sierra mengganti baju, lalu dia kembali keruangannya."Capek juga, ya!" batin Sierra, dia menghela napas berat."Selamat mala

  • JERAT OBSESI SANG MAFIA    BERLIAN

    Pagi-pagi sekali, Sierra sudah disibukan dengan pekerjaan rumah, dia membagi pekerjaan rumahnya dengan Aleta, agar cepat selesai.Aletta memasak, agar saat Sierra selesai membereskan rumah, dia bisa langsung makan."Sie, kalau capek, diem dulu aja, makan kue buatan gua dulu," kata Aletta."Tanggung Let, ini sebentar lagi selesai kok," jawab Sierra tersenyum."Yaudah deh, gua nggak bisa maksa," ujar Aletta, menggelengkan kepalanya.Keduanya melanjutkan pekerjaan masing-masing sampai selesai, lalu mereka makan. Karena kalau menunggu Kayla akan lama, Kayla izin pulang, karena ada kepentingan mendadak.Saat mereka sedang makan, bel rumah berbunyi."Nggak mungkin Kayla, dia 'kan kalau kesini suka langsung masuk aja," kata Sierra."Lo buka aja, siapa tahu ada tamu penting," ujar Aletta."Mengganggu waktu makan, aja!" kesal Sierra.Dengan terpaksa, Sierra membuka pintu rumah.. Saat dia membukanya, Sierra kaget dengan kedatangan seseorang yang cukup dia kenal."Sayang!" sapa Malaikha, dengan

  • JERAT OBSESI SANG MAFIA    MISI YANG SAMA

    "Jadi, apa yang membuat Lo datang kesini dengan wajah yang masam?" tanya Sierra."Gua butuh bantuan Aletta!" jawab Kayla."Butuh bantuan apa, Kay?" tanya Aletta."Seseorang telah meretas data perusahaan gua, dan mungkin yang melakukannya orang perusahaan, sehingga gua kecolongan," kata Kayla kesal."Pantas saja datang dalam keadaan kesal," sahut Sierra."Kirim data-datanya, biar gua cari tahu," pinta Aletta."Gua udah kirim ke email Lo, lihat aja," kata Kayla."Oke, tunggu sebentar. Gua pasti akan menemukan orang yang Lo maksud," ujar Aletta.Aletta memang seorang hacker, identitasnya tersembunyi, tapi dialah yang selama ini menutupi identitas kedua sahabatnya yang asli, sehingga tidak ada satupun orang yang tahu siapa mereka. Karena Aletta benar-benar menyembunyikannya, siapapun tidak ada yang bisa menandingi kemampuan Aletta, dalam meretas identitas seseorang."Karyawan Lo yang menjual data perusahaan Lo, informasi lengkapnya udah gua kirim ke email Lo," kata Aletta.Hanya dalam wak

  • JERAT OBSESI SANG MAFIA    MEMILIKI

    Sierra terdiam mematung, saat Zane mendekati wajah Sierra dengan sangat intens."Zane, apa-apaan sih!" Suara Sierra seperti terhenti, dia menelan ludahnya.Zane langsung mencium Sierra dengan sangat lembut, naluri nafsunya meningkat saat Sierra mengatakan kalau Zane tidak tampan.Sierra melotokan matanya, dia tidak percaya dengan apa yang Zane lakukan itu, dia akan menolak. Tetapi tenaga Zane lebih kuat dari dirinya, sehingga Sierra hanya diam mematung."Itu hukuman untukmu!" kata Zane."Hukuman? Memangnya apa yang sudah aku lakukan?" tanya Sierra."Saya tahu kalau kamu mengatakan, saya itu tidak tampan!" jawab Zane.Sierra tertawa, mendengar alasan Zane."Kan memang standar ganteng itu beda-beda, kamu tidak bisa memaksa 'kan aku untuk melihat kamu tampan," ujar Sierra."Diamlah, jangan sampai saya bersikap yang lebih dari tadi," kata Zane."Aku tidak takut!" ancam Sierra,"Lagian kita tidak mempunyai hubungan apa-apa, kita hanya pacaran pura-pura, kamu harus ingat itu!" Sierra kemba

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status