Masuk"Pria asing itu kemana, ya. Tiba-tiba menghilang tanpa memberi kabar," batin Sierra, aneh.
"Sierra, kenapa kamu bengong?" tanya Kayla, menyenggol bahu Sierra. "Ah, aku tidak apa-apa, Kay. Hanya ada masalah kecil," jawab Sierra tersenyum simpul. "Kalo ada apa-apa, jangan sungkan buat cerita sama aku dan juga Alleta," ujar Kayla tersenyum. "Aku pasti akan cerita sama kalian, kalo ada masalah," jawab Sierra tersenyum Kayla mengelus pundak Sierra, dia cukup tahu bagaimana kehidupan Sierra selama ini, nyaris seperti dirinya. "Wah ada cewek-cewek cantik nih." Sierra dengan Kayla dikagetkan dengan kedatangan segerombolan preman. "Pergi kalian, jangan ganggu kami!" usir Kayla. Segerombolan preman itu menertawakan ucapan Kayla, mereka memandang rendah kepada kedua wanita tersebut. "Kalian fikir, kami akan takut? Hah! Tidak akan!" "Jangan salahkan kami, kalo kalian pulang babak belur," lontar Kayla, dia tersenyum sinis. "Dari pada banyak ngomong, mending ikut kita, kita senang-senang yuk!" "Bajingan!" kesal Kayla. "Kita lari saja dari sini, aku malas meladeni mereka," bisik Sierra. "Aku juga maunya gitu, tapi lihat.. Mereka banyak sekali, dan mereka tidak akan membiarkan kita pergi begitu saja," balas Kayla dengan bisikan. Sierra mengangguk.. Segerombolan preman itu mendekat kearah mereka. "Jangan harap, kalian bisa menyentuh kami,' ujar Seirra. Terjadi perkelahian antara delapan orang preman, dengan dua wanita. Sierra tidak terlalu fokus, entah kenapa fikirannya seperti kacau, memikirkan seseorang. Sehingga membuat dia tak sengaja terjatuh karena pukulan preman itu. "Ra, kamu ngak apa-apa?" tanya Kayla dengan raut wajah panik. Belum sempat Sierra jawab, dia sudah melihat preman itu akan melukai sang sahabat. "Kay, awas!" teriak Sierra. Kayla berhasil menyelamatkan dirinya. "Bajingan, kali ini aku tidak akan diam saja," geram Kayla. Kayla benar-benar menghajar mereka semua tanpa ampun. "Kalo kalian berani lagi sama kita, gua akan langsung mengirim kalian ke neraka!" teriak Kayla. Semua preman itu meninggalkan mereka, dengan wajah yang sudah babak belur, karena hajaran Kayla. "Sierra, kamu nggak apa-apa?" tanya Kayla cemas. "Hanya perutku saja yang sakit, yang lain aman," jawab Sierra. "Kita ke RS aja, yuk. Kamu harus periksa keadaan kamu," ajak Kayla, dia benar-benar khawatir dengan kondisi sang sahabat. "Aku nggak apa-apa, besok juga sembuh," ujar Sierra tersenyum, dia tidak mau melihat melihat Kayla khawatir. "Yasudah, kita pulang kalo begitu," ajak Kayla. Keduanya memutuskan untuk pulang terlebih dahulu, agar Sierra bisa istirahat, kebetulan jarak rumahnya sudah dekat, jadi tidak banyak memakan waktu saat di perjalanan. "Aku akan menginap disini," ucap Kayla. "Aku senang sekali, jangan lupa ajak Alleta, nanti dia merajuk," ujar Sierra. "Aku sudah menghubungi dia, mungkin sebentar lagi akan kesini," kata Kayla. "Kalo mengingat Alleta, aku jadi sedih," ucap Sierra, "Sudah 3 kali, dia gagal menikah, apa lagi mengingat keluarganya yang jahat banget, aku jadi gak tega," lanjut Sierra. "Apa kita carikan laki-laki baik, yang akan menerima kekurangan dan kelebihan dia, ya. Supaya dia tidak patah hati terus," ujar Kayla. "Tapi, aku takut kalo Alleta tersinggung dengan apa yang akan kita lakukan," kata Sierra. "Kamu benar juga," jawab Kayla bingung. *** Sementara dikota lain. "Al, kamu yakin kalo ini semua identitas perempuan yang saya maksud?" tanya Zane. "Benar tuan," jawab Alvaro, sang asisten sekaligus teman masa kecilnya. "Seperti ada yang terlewatkan, tapi apa," gumam Zane bingung. Tapi, Zane sangat percaya dengan kemampuan Alvaro, karena Alvaro sangat lihai dalam urusan mencari tahu identitas orang lain. "Bagaimana dengan pencarian gadis itu, apa sudah ada petunjuk?" tanya Zane. "Maaf tuan, kalo masalah itu, kami benar-benar belum mendapatkan petunjuk apapun," jawab Alvaro. "Sebenarnya dimana gadis itu, kenapa susah sekali mencari dia, padahal saya sudah berjanji kepada tuan Watson, kalo saya akan menjaga dia," ucap Zane. Lamunan Zane buyar, kala seorang bodyguard masuk kedalam ruangan pribadinya.. "Ada apa, sepertinya penting sekali?" tanya Zane, dengan raut wajah dingin seperti biasanya. "Saya menemukan sesuatu, dan mungkin ini akan menjadi petunjuk." Zane langsung melihat kearah sang bodyguard. "Kalung berlian, dan didalamnya foto keluarga Watson," ucap Zane. Setelah mengambil kalung itu, Zane langsung mengusirnya. "Kalung ini, kenapa seperti tidak asing, saya pernah melihat kalung ini, tapi dimana," batin Zane. Zane terus menatap kalung berlian itu, akhirnya dia mempunyai satu bukti kuat, untuk mencari keturunan Watson yang hilang, 10 tahun yang lalu. "Alvaro, prihal satu anak laki-laki Watson, dia sekarang bagaimana?" tanya Zane. "Dia selamat, tapi dia cacat," jawab Alvaro. Ya, ada dua yang selamat dari keluarga Watson kala itu, Zane dengan semua anak buahnya telat menyelamatkan tuan Watson, dan juga nyonya Watson. "Apa dia tahu, kalo adik perempuannya masih hidup?" tanya Zane. "Kemungkinan dia tahu, karena dia sempat menanyakan prihal itu kepada saya," jawab Alvaro. "Cari dokter yang bisa menyembuhkan dia, akan mudah mencari keturunan Watson, dengan bantuan kakaknya," titah Zane. "Baik, akan saya lakukan," jawab Alvaro. Perbincangan keduanya buyar, kala mendengar suara senjata api bersahutan diluar markas mereka. "Siapa yang sudah menyelinap, habisi dia!" Zane dengan Alvaro bergegas keluar dari ruangan itu, masing-masing membawa senjata api yang selalu mereka gunakan. "Dor" "Dor" "Dor" Suara tembakan bersahutan, Zane dengan Alvaro berhasil melumpuhkan musuhnya dengan hitungan detik. "Kurang ajar, berani-beraninya dia menyelinap kedalam markas ini!" geram Zane. "Sepertinya mereka kiriman dari salah satu musuh kita, tuan. Mereka mempunyai tato elang," ujarnya. "Cari tahu, kalo sudah mendapatkan jawabannya, serang, dan lenyapkan markas mereka!" titah Zane, dengan penuh emosi. Zane sangat tidak menyukai ketenangannya diusik.. "Alvaro, urus mereka!" titah Zane. Zane meninggalkan markasnya, markas turun temurun dari para kakek, dan Zane terpaksa harus menjadi penerus mereka, menjadi ketua black iblis. Saat diperjalanan, ketenangan Zane kembali diusik, dia benar-benar kesal. "Bajingan, para hama itu selalu menganggu hidup saya," batin Zane kesal. Zane keluar dari mobil mewah itu, dia tidak pernah takut akan semua hal, kecuali kehilangan orangtuanya. "Badebah!, kalian memang hama!" "Tunggu, saya tidak mau berdebat dengan dirimu, tuan Xavier Zane Alveric." "Lalu, untuk apa kau menghalangi jalanku!" ujar Zane, "Seorang Xavier Zane Alveric, tidak mempunyai banyak waktu, apa lagi untuk meladeni hama seperti dirimu," lanjut Zane. Zane selalu sombong dan angkuh, saat berhadapan dengan semua musuhnya, siapapun tidak boleh ada yang merendahkan dirinya. "Bagaimana kalo kita kerja sama, untuk menghabisi ketua mafia elang," seseorang itu menawarkan kerja sama. "Terima kasih atas tawarannya, tapi sedikitpun saya tidak tertarik dengan tawaran anda," jawab Zane dengan nada suara angkuh, "Tidak ada seorang musuh yang bekerja sama, berjalanlah di jalan masing-masing!" ***Kaya dengan Sierra hampir saja kalah melawan mereka semua, tapi kedatangan Zane dengan Alvaro menyelematkan mereka berdua."Berhenti kalian!" titah Zane.Mendengar suara Zane yang sudah tidak asing ditelinganya, mereka langsung menunduk sopan kearah Zane."Kalian sudah menyakiti calon istri saya, saya pastikan tidak akan mengampumi kalian!" ancam Zane."Tuan Zane! Maaf kalau saya tidak tahu kalau salah satu wanita ini adalah calon istri anda!" Pria paruh baya yang akan menikahi Aletta itu lemas, saat mendengar kebenaran yang Zane katakan. "Bawa mereka, dan berikan mereka hukuman yang setimpal!" titah Zane, kepada semua bodyguardnya.Tentunya semua bodybuard Zane bukan orang sembarangan, mereka orang terlatih yang tidak bisa dikalahkan begitu saja. "Sierra, kamu nggak apa-apa?" tanya Zane yang terlihat khawatir.Sierra tidak menjawab pertanyaan Zane, dia lebih fokus kepada kondisi Kayla, yang sepertinya lebih parah melebihi dirinya."Kay, ayo kita ke RS, sekarang!" ajak Sierra."Sie,
"Sierra, siapa pria itu?" tanya Karel,Karel cukup kaget, karena baru pertama kalinya dia melihat Sierra bersama pria asing, dan cukup romantis."Oh, Karel.. Aku kira siapa," ujar Sierra,"Kenalkan, dia kekasih aku," lanjut Sierra."Tidak mungkin, kamu bohong, 'kan," kata Karel tak percaya."Aku serius, dia kekasih aku, maaf baru mengenalkannya denganmu," ujar Sierra tersenyum."Saya Xavier Zane Alveric, pasti anda tahu siapa saya."Zane mengulurkan tangannya."Apa!! Tuan Xavier, kenapa Sierra bisa mempunyai hubungan dengan keluarga Alveric, mereka berbahaya," batin Karel, dia cukup khawatir dengan keselamatan Sierra."Karel, kenapa kamu bengong?" tanya Sierra.Karel menarik tangan Sierra."Sakit Karel, ada apa kamu menarik tanganku, hah!" Sierra menarik tangannya."Maaf, Sierra. Tapi, kenapa bisa kamu mempunyai hubungan dengan pria itu, maksudku.. Dengan keluarga Alveric, mereka berbahaya. Mustahil rasanya kalau kamu tidak tahu siapa mereka," ujar Karel tak percaya."Memangnya, kena
Breaking newsPembunuhan berantai terjadi di hutan, 10 orang tewas, dengan luka-luka yang tidak biasa..Akhir-akhir ini, sering terjadi pembunuhan berantai ditempat yang berbeda, tapi. Ada sayatan luka yang sama, seolah si pembunuh memberikan sebuah kode.[Pelaku belum ditemukan]Zane membaca berita itu, dia tidak terlalu kaget, karena dirinya seorang mafia, yang sering membunuh lawannya sendiri, tapi. Zane cukup penasaran, dalang dibalik pembunuhan yang terjadi akhir-akhir ini."Al, kira-kira, siapa dibalik semua ini?" tanya Zane, sembari menatap kearah luar."Saya tidak tahu, karena mereka cukup lihai dalam menyembunyikan jati dirinya," jawab Alvaro.Alvaro sudah berusaha mencari tahu, tapi nihil, dia tidak menemukan jejak apapun."Mereka selalu membuat sayatan di kulit korban, dengan desain yang sama," ucap Zane."Dan sampai saat ini, tidak ada tahu, siapa mereka sebenarnya," jawab Alvaro.Zane menghembuskan napas kasar, dia tidak mau terlalu ikut campur dengan urusan orang lain, s
Langkahnya gontai, menelusuri lorong jalan yang sepi, suara koper terdengar nyaring, dia.. Alleta, seorang gadis yang baru saja di usir dari rumahnya."Ibu, bagaimana bisa, aku hidup tanpa dirimu.""Ayah sudah berubah, bu, dia tidak sayang denganku lagi, tolong bawa aku dari sini bu, peluk aku."Suara pilu, terdengar dari mulut Alleta, dia benar-benar terluka atas perlakuan sang ayah.Alleta bingung, dia harus pergi kemana.Setelah melamun cukup lama di sisi jalan sepi itu.."Sierra, aku bisa kerumah dia," batin Alleta.Alleta bergegas menuju ke rumah sang sahabat, karena itu satu-satunya harapan terakhir dia.Alleta mengetuk pintu rumah Sierra, tapi Sierra tak kunjung membukanya."Mungkin Sierra sudah tidur," batin Alleta.Alleta putus asa, dia bingung harus pergi kemana, karena rumah Kayla cukup jauh dari sana, apa lagi hari sudah malam.Namun.. Saat Alleta akan meninggalkan kediaman Sierra, tiba-tiba pintu rumah terbuka."Ya, siapa?" tanya Sierra, sembari mengucek matanya, karena t
Sierra tergesa-gesa, dia tidak melihat kearah jalan yang dia lalui, sehingga dia tidak melihat bahaya yang sedang mengintai dirinya..Saat Sierra tersadar, dia sedang di ikuti. Langkahnya terus berjalan cepat, melihat ke kanan dan ke kiri."Kamu tidak akan bisa lari dari kami." Ujarnya, menatap Sierra sinis."Untuk apa kalian mengangguku, saya tidak kenal dengan kalian!" Sierra berjalan mundur, menghindar dari mereka yang berjumlah cukup banyak."Ya, tapi kami kenal siapa dirimu!" ujarnya, dengan senyuman menyeringai.Sierra berlari menjauhi mereka, tapi sayangnya.. Langkah Sierra ter-susul."Kau tidak akan bisa lari dari kami." Mereka tersenyum sinis, seolah-olah akan mendapatkan suatu hal yang besar."Jangan harap! Saya tidak akan menyerahkan diri kepada para bajingan seperti kalian!" hardik Sierra.Sierra melawan semua preman itu, bukan lawan satu persatu, tapi semua dia lawan. Sierra kehabisan tenaga, dia terjatuh."Kau tidak akan bisa lari dari kami," ucapnya dengan tatapan sini
"Pria asing itu kemana, ya. Tiba-tiba menghilang tanpa memberi kabar," batin Sierra, aneh. "Sierra, kenapa kamu bengong?" tanya Kayla, menyenggol bahu Sierra."Ah, aku tidak apa-apa, Kay. Hanya ada masalah kecil," jawab Sierra tersenyum simpul."Kalo ada apa-apa, jangan sungkan buat cerita sama aku dan juga Alleta," ujar Kayla tersenyum."Aku pasti akan cerita sama kalian, kalo ada masalah," jawab Sierra tersenyum Kayla mengelus pundak Sierra, dia cukup tahu bagaimana kehidupan Sierra selama ini, nyaris seperti dirinya."Wah ada cewek-cewek cantik nih."Sierra dengan Kayla dikagetkan dengan kedatangan segerombolan preman."Pergi kalian, jangan ganggu kami!" usir Kayla.Segerombolan preman itu menertawakan ucapan Kayla, mereka memandang rendah kepada kedua wanita tersebut."Kalian fikir, kami akan takut? Hah! Tidak akan!""Jangan salahkan kami, kalo kalian pulang babak belur," lontar Kayla, dia tersenyum sinis."Dari pada banyak ngomong, mending ikut kita, kita senang-senang yuk!""B