Share

KEPILUAN

Penulis: teh sit
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-20 13:59:17

Sierra tergesa-gesa, dia tidak melihat kearah jalan yang dia lalui, sehingga dia tidak melihat bahaya yang sedang mengintai dirinya..

Saat Sierra tersadar, dia sedang di ikuti. Langkahnya terus berjalan cepat, melihat ke kanan dan ke kiri.

"Kamu tidak akan bisa lari dari kami." Ujarnya, menatap Sierra sinis.

"Untuk apa kalian mengangguku, saya tidak kenal dengan kalian!" Sierra berjalan mundur, menghindar dari mereka yang berjumlah cukup banyak.

"Ya, tapi kami kenal siapa dirimu!" ujarnya, dengan senyuman menyeringai.

Sierra berlari menjauhi mereka, tapi sayangnya.. Langkah Sierra ter-susul.

"Kau tidak akan bisa lari dari kami." Mereka tersenyum sinis, seolah-olah akan mendapatkan suatu hal yang besar.

"Jangan harap! Saya tidak akan menyerahkan diri kepada para bajingan seperti kalian!" hardik Sierra.

Sierra melawan semua preman itu, bukan lawan satu persatu, tapi semua dia lawan.

 Sierra kehabisan tenaga, dia terjatuh.

"Kau tidak akan bisa lari dari kami," ucapnya dengan tatapan sinis.

Napas Sierra ter-engah-engah..

Saat mereka akan melukai Sierra, sontak saja ada yang menolong Sierra.

"Dor"

Satu pistol melenyapkan semua orang yang akan melukai Sierra.

"Berani-beraninya dengan wanita, dasar pengecut!"

Dia menaruh kembali senjata api yang dia pakai, lalu dia menolong Sierra.

"Terima kasih sudah menolong saya," ucap Sierra, tanpa melihat siapa orang yang sudah menolong dirinya.

"Saya berhutang nyawa denganmu, dan saya tidak suka itu, sekarang kita impas," ujarnya.

Mendengar suara itu, Sierra merasa tidak asing.. Lalu dia melirik kearahnya.

"Kamu.."

"Ya, saya tidak sengaja melihat kamu sedang melawan mereka semua," ujar Zane dengan mimik wajah yang dingin.

"Saya permisi dulu," pamit Sierra, dia tidak biasa ber-basa-basi dengan orang asing.

"Tunggu.." Zane menarik tangan Sierra dengan lembut.

Sierra langsung melepaskan tangan Zane.

"Kita tidak mempunyai urusan apa pun," ungkap Sierra.

"Ada yang ingin saya tanyakan denganmu," ucap Zane.

Sierra membalikan tubuhnya, lalu menatap kearah Zane.

"Ada apa? Saya tidak mempunyai banyak waktu, untuk berbincang dengan orang asing," kata Sierra.

"Dasar wanita angkuh," batin Zane kesal.

"Hello, kenapa bengong?" ujar Sierra.

"Kenapa kamu dikejar mereka?" tanya Zane.

"Saya tidak tahu, bahkan saya tidak mengenal mereka," jawab Sierra ketus.

Mendengar jawaban Sierra, Zane tidak lagi menanyakan apa pun.

"Hari sudah malam, biar saya antarkan pulang," kata Zane,

"Perempuan tidak baik sendiri saat malam seperti ini," lanjut Zane.

"Tidak, terima kasih, saya sudah biasa hidup sendiri, tanpa bantuan siapa pun," jawab Sierra, menolak ajakan Zane.

Mendengar tolakan dari Sierra, Zane merasa geram.

"Masuk!" titah Zane.

Sierra menatap sorot mata Zane merasa seram, karena dia tidak biasa akan hal itu.

"Saya tidak mau punya hutang balas budi denganmu, makanya saya memastikan kalo kamu baik-baik saja sampai ke rumah," ujar Zane kesal.

Sierra hanya menghela napas, dia tidak mau berurusan dengan siapa pun, termasuk dengan Zane.

"Saya terima tawaran anda," kata Sierra, dia langsung masuk kedalam mobil milik Zane.

Zane tersenyum sinis, dia bisa menaklukan seorang perempuan yang keras kepala seperti Sierra.

Di dalam mobil, keduanya hening, tanpa mengeluarkan suara, keduanya sibuk dengan pikiran masing-masing.

Tapi, suara tembakan dari arah luar, membuyarkan lamunan mereka.

"Cih, sial.. Mereka benar-benar bajingan!" gumam Zane kesal.

"Siapa mereka?" tanya Sierra, tapi tidak ada raut wajah panik.

"Kamu diam, dan jangan keluar dari mobil," ucap Zane.

Sierra hanya mengangguk, Sierra melihat kearah Zane..

"Siapa pria itu, kenapa aku seperti pernah bertemu," batin Sierra, matanya tidak lepas dari sosok Zane.

Tapi, Sierra tidak tega melihat Zane melawan beberapa orang asing itu, Sierra keluar dari mobil, tapi sebelum dia benar-benar keluar, Sierra membawa satu pistol yang tergeletak dibawah tempat duduknya.

"Dor"

"Dor.."

Sierra berhasil melumpuhkan musuh Zane, yang akan melukai dirinya.

Zane cukup kaget dengan apa yang Sierra lakukan, dia tidak menyangka kalo Sierra mempunyai kemampuan menembak musuh dengan tepat, dan cepat.

"Ayo cepat masuk kedalam mobil, sepertinya mereka membawa rombongan lain," kata Sierra, dia menarik Zane, masuk ke dalam mobil.

Zane langsung bergegas, meninggalkan tempat tersebut, bukannya dia tidak mampu melawan musuhnya, tapi karena dia sedang bersama Sierra, perempuan asing.

"Tembakanmu tepat sasaran, kamu belajar dimana?" tanya Zane penasaran.

"Aku tidak belajar, mungkin tadi cuman reflek saja," jawab Sierra.

Zane hanya mengangguk, belum tepat waktunya untuk menanyakan masalah pribadi Sierra.

 Akhirnya keduanya sampai di depan rumah Sierra, rumah minimalis impian Sierra sedari dia kuliah.

"Terima kasih sudah mengantarkan saya pulang dengan selamat," ucap Sierra tersenyum.

Zane mengangguk, dia tersenyum menatap Sierra.

Lalu, Sierra berpamitan, dia akan masuk ke dalam rumah, tapi..

"Tunggu."

Sierra membalikan tubuhnya, lalu menatap Zane.

"Mungkin lucu rasanya, kalo kita tidak berkenalan," ujar Zane.

"Xavier Zane Alveric.."

Dia tersenyum, mengulurkan tangannya kearah Sierra.

Lalu, Sierra menerima uluran tangan Zane.

"Queen Nara Sierra."

"Semoga kita bertemu kembali, esok, lusa, atau selamanya kita akan terikat," ujar Zane tersenyum menyeringai.

Sierra hanya menjawab dengan senyuman, tanpa menjawab ucapan Zane.

"Dia benar-benar perempuan beda," batin Zane.

Setelah memastilan Sierra masuk kedalam rumah, baru Zane meninggalkan Sierra.

***

Sedangkan disisi lain..

"Dasar anak kurang ajar, Lo selalu mempermalukan keluarga ini!.."

"Alleta yang malang," batin wanita itu, dengan sinis.

"Cukup bu, jangan menyiksa aku terus," ucap Alleta, memohon kepada sang ibu tiri, yang selalu menyiksa dirinya.

Setelah ibunya meninggal, beberapa tahun yang lalu, serangan jantung karena mengetahui sang suami berselingkuh dengan wanita lain, sampai mempunyai anak.

"Jangan panggil saya ibu, saya bukan ibumu. Ibumu sudah mati," teriak wanita tua itu.

Setiap Alleta pulang ke rumah, pasti dia akan kena omelan atau pukulan dari ibu tiri dan adik tirinya.

Wajah Alleta sudah memar, karena mendapatkan pukulan dari wanita tua itu, Alleta tidak punya cukup tenaga melawan ibu tirinya yang jahat itu.

Sang ayah? Dia tidak membela Alleta, karena alasan tidak mau kehilangan istrinya.

"Ibu, kita usir saja dia, kenapa masih tinggal disini," ucap Karina, sang adik tiri.

"Benar kata kamu sayang, lagian dia tidak menguntungkan bagi kita!"

Karina mengangguk, dia tersenyum sinis menatap kearah Alleta.

"Segera kemasi barang-barangmu, dan tingggalkan rumah ini!"

"Aku akan pergi, tapi tidak sekarang, ini sudah malam," ucap Alleta, dia mengeluarkan suaranya meskipun takut.

 Tapi, ibu dan adik tirinya tidak mempunyai iba sedikit pun, mereka tetap kekeh dengan keputusannya.

"Ayah," ucap Alleta, dia menatap karah sang ayah, berharap akan mendapatkan belaan dari sang ayah.

"Pergi dari rumah ini, dan jangan kembali kesini, kau bukan anakku!"

"Duar"

Rasanya sesak sekalu, meskipun perlakuan sang ayah selama ini tidak baik, tapi tetap saja rasanya sesak, saat sang ayah mengatakan demikian.

"Pergi.."

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • JERAT OBSESI SANG MAFIA    KAYLA TERLUKA

    Kaya dengan Sierra hampir saja kalah melawan mereka semua, tapi kedatangan Zane dengan Alvaro menyelematkan mereka berdua."Berhenti kalian!" titah Zane.Mendengar suara Zane yang sudah tidak asing ditelinganya, mereka langsung menunduk sopan kearah Zane."Kalian sudah menyakiti calon istri saya, saya pastikan tidak akan mengampumi kalian!" ancam Zane."Tuan Zane! Maaf kalau saya tidak tahu kalau salah satu wanita ini adalah calon istri anda!" Pria paruh baya yang akan menikahi Aletta itu lemas, saat mendengar kebenaran yang Zane katakan. "Bawa mereka, dan berikan mereka hukuman yang setimpal!" titah Zane, kepada semua bodyguardnya.Tentunya semua bodybuard Zane bukan orang sembarangan, mereka orang terlatih yang tidak bisa dikalahkan begitu saja. "Sierra, kamu nggak apa-apa?" tanya Zane yang terlihat khawatir.Sierra tidak menjawab pertanyaan Zane, dia lebih fokus kepada kondisi Kayla, yang sepertinya lebih parah melebihi dirinya."Kay, ayo kita ke RS, sekarang!" ajak Sierra."Sie,

  • JERAT OBSESI SANG MAFIA    DI CULIK

    "Sierra, siapa pria itu?" tanya Karel,Karel cukup kaget, karena baru pertama kalinya dia melihat Sierra bersama pria asing, dan cukup romantis."Oh, Karel.. Aku kira siapa," ujar Sierra,"Kenalkan, dia kekasih aku," lanjut Sierra."Tidak mungkin, kamu bohong, 'kan," kata Karel tak percaya."Aku serius, dia kekasih aku, maaf baru mengenalkannya denganmu," ujar Sierra tersenyum."Saya Xavier Zane Alveric, pasti anda tahu siapa saya."Zane mengulurkan tangannya."Apa!! Tuan Xavier, kenapa Sierra bisa mempunyai hubungan dengan keluarga Alveric, mereka berbahaya," batin Karel, dia cukup khawatir dengan keselamatan Sierra."Karel, kenapa kamu bengong?" tanya Sierra.Karel menarik tangan Sierra."Sakit Karel, ada apa kamu menarik tanganku, hah!" Sierra menarik tangannya."Maaf, Sierra. Tapi, kenapa bisa kamu mempunyai hubungan dengan pria itu, maksudku.. Dengan keluarga Alveric, mereka berbahaya. Mustahil rasanya kalau kamu tidak tahu siapa mereka," ujar Karel tak percaya."Memangnya, kena

  • JERAT OBSESI SANG MAFIA    PERMAINAN AKAN DI MULAI

    Breaking newsPembunuhan berantai terjadi di hutan, 10 orang tewas, dengan luka-luka yang tidak biasa..Akhir-akhir ini, sering terjadi pembunuhan berantai ditempat yang berbeda, tapi. Ada sayatan luka yang sama, seolah si pembunuh memberikan sebuah kode.[Pelaku belum ditemukan]Zane membaca berita itu, dia tidak terlalu kaget, karena dirinya seorang mafia, yang sering membunuh lawannya sendiri, tapi. Zane cukup penasaran, dalang dibalik pembunuhan yang terjadi akhir-akhir ini."Al, kira-kira, siapa dibalik semua ini?" tanya Zane, sembari menatap kearah luar."Saya tidak tahu, karena mereka cukup lihai dalam menyembunyikan jati dirinya," jawab Alvaro.Alvaro sudah berusaha mencari tahu, tapi nihil, dia tidak menemukan jejak apapun."Mereka selalu membuat sayatan di kulit korban, dengan desain yang sama," ucap Zane."Dan sampai saat ini, tidak ada tahu, siapa mereka sebenarnya," jawab Alvaro.Zane menghembuskan napas kasar, dia tidak mau terlalu ikut campur dengan urusan orang lain, s

  • JERAT OBSESI SANG MAFIA    BERPURA-PURA

    Langkahnya gontai, menelusuri lorong jalan yang sepi, suara koper terdengar nyaring, dia.. Alleta, seorang gadis yang baru saja di usir dari rumahnya."Ibu, bagaimana bisa, aku hidup tanpa dirimu.""Ayah sudah berubah, bu, dia tidak sayang denganku lagi, tolong bawa aku dari sini bu, peluk aku."Suara pilu, terdengar dari mulut Alleta, dia benar-benar terluka atas perlakuan sang ayah.Alleta bingung, dia harus pergi kemana.Setelah melamun cukup lama di sisi jalan sepi itu.."Sierra, aku bisa kerumah dia," batin Alleta.Alleta bergegas menuju ke rumah sang sahabat, karena itu satu-satunya harapan terakhir dia.Alleta mengetuk pintu rumah Sierra, tapi Sierra tak kunjung membukanya."Mungkin Sierra sudah tidur," batin Alleta.Alleta putus asa, dia bingung harus pergi kemana, karena rumah Kayla cukup jauh dari sana, apa lagi hari sudah malam.Namun.. Saat Alleta akan meninggalkan kediaman Sierra, tiba-tiba pintu rumah terbuka."Ya, siapa?" tanya Sierra, sembari mengucek matanya, karena t

  • JERAT OBSESI SANG MAFIA    KEPILUAN

    Sierra tergesa-gesa, dia tidak melihat kearah jalan yang dia lalui, sehingga dia tidak melihat bahaya yang sedang mengintai dirinya..Saat Sierra tersadar, dia sedang di ikuti. Langkahnya terus berjalan cepat, melihat ke kanan dan ke kiri."Kamu tidak akan bisa lari dari kami." Ujarnya, menatap Sierra sinis."Untuk apa kalian mengangguku, saya tidak kenal dengan kalian!" Sierra berjalan mundur, menghindar dari mereka yang berjumlah cukup banyak."Ya, tapi kami kenal siapa dirimu!" ujarnya, dengan senyuman menyeringai.Sierra berlari menjauhi mereka, tapi sayangnya.. Langkah Sierra ter-susul."Kau tidak akan bisa lari dari kami." Mereka tersenyum sinis, seolah-olah akan mendapatkan suatu hal yang besar."Jangan harap! Saya tidak akan menyerahkan diri kepada para bajingan seperti kalian!" hardik Sierra.Sierra melawan semua preman itu, bukan lawan satu persatu, tapi semua dia lawan. Sierra kehabisan tenaga, dia terjatuh."Kau tidak akan bisa lari dari kami," ucapnya dengan tatapan sini

  • JERAT OBSESI SANG MAFIA    PETUNJUK

    "Pria asing itu kemana, ya. Tiba-tiba menghilang tanpa memberi kabar," batin Sierra, aneh. "Sierra, kenapa kamu bengong?" tanya Kayla, menyenggol bahu Sierra."Ah, aku tidak apa-apa, Kay. Hanya ada masalah kecil," jawab Sierra tersenyum simpul."Kalo ada apa-apa, jangan sungkan buat cerita sama aku dan juga Alleta," ujar Kayla tersenyum."Aku pasti akan cerita sama kalian, kalo ada masalah," jawab Sierra tersenyum Kayla mengelus pundak Sierra, dia cukup tahu bagaimana kehidupan Sierra selama ini, nyaris seperti dirinya."Wah ada cewek-cewek cantik nih."Sierra dengan Kayla dikagetkan dengan kedatangan segerombolan preman."Pergi kalian, jangan ganggu kami!" usir Kayla.Segerombolan preman itu menertawakan ucapan Kayla, mereka memandang rendah kepada kedua wanita tersebut."Kalian fikir, kami akan takut? Hah! Tidak akan!""Jangan salahkan kami, kalo kalian pulang babak belur," lontar Kayla, dia tersenyum sinis."Dari pada banyak ngomong, mending ikut kita, kita senang-senang yuk!""B

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status