🏵️🏵️🏵️
Leo sangat terkejut mendengar teriakan Rania. Pemuda itu segera berlari menuju pintu kamar mandi. Ia panik karena takut terjadi sesuatu terhadap istrinya. Ia pun mengetuk pintu sambil memanggil gadis yang ia cintai tersebut. Ia berusaha meyakinkan diri bahwa Rania baik-baik saja.
“Sayang, ada apa? Buka pintunya!”
Rania tidak memberikan respons, tetapi justru makin takut karena lampu yang berada tidak jauh darinya, berkelip tidak hanya sekali. Ia pun memilih keluar dari bathtub lalu meraih handuk untuk menutupi tubuhnya. Ia berniat akan mengenakan pakaian, tetapi dirinya lupa kalau tadi tidak membawa baju ganti.
Kini, ia tidak memiliki pilihan lain. Ia berpikir akan meminta Leo mengambil pakaiannya di tas yang ia bawa dari rumah orang tuanya. Namun, ia bingung karena merasa canggung jika Leo harus melihat isi tasnya. Ia benar-benar dihadapkan pada situasi yang serba salah.
“Sayang, kenapa diam aja? Buka pintunya. Kamu baik-baik aja, ‘kan?” Leo kembali mengetuk pintu.
Mendengar suara Leo, Rania pun makin yakin untuk meminta pemuda itu mengambil pakaiannya karena tidak ingin berlama-lama di kamar mandi. Di samping itu, ia takut jika lampu yang kini sedang berkelip akan padam. Ia tidak sanggup berada dalam ruangan gelap.
“Iya, Bang, aku baik-baik aja.” Rania pun memberikan sahutan.
“Syukurlah. Aku merasa lega. Tapi kenapa tadi kamu teriak?”
“Nggak ada apa-apa, kok.” Rania memberikan balasan.
“Ya, udah. Cepetan keluar. Jangan lama-lama di kamar mandi.” Leo tersenyum sambil membayangkan apa yang akan Rania pikirkan setelah mendengar ucapannya.
“Nggak perlu nakut-nakutin aku.” Rania berusaha menyingkirkan rasa takut yang sejak tadi telah menghampirinya.
“Siapa yang nakut-nakutin? Aku, kan, hanya bilang, jangan lama-lama di kamar mandi. Apalagi ini udah malam.” Rania tidak tahu kalau saat ini, Leo tertawa pelan di balik pintu.
Rania makin takut mendengar ucapan Leo. Sebelum ia meminta bantuan laki-laki itu mengambil pakaiannya, lampu yang tadi berkelip tiba-tiba padam. Ia pun kembali berteriak lalu berjalan meraba untuk meraih pintu. Ia tidak peduli lagi kalau saat ini, hanya mengenakan handuk.
Setelah pintu terbuka, ia langsung menabrakkan tubuhnya ke dada Leo. Ia tidak tahu kalau pemuda yang baru resmi berstatus sebagai suaminya tersebut, kini tersenyum bahagia karena telah berhasil mendekap tubuhnya. Leo segera menuntun gadis pujaannya itu ke tempat tidur. Apa yang seharusnya terjadi, maka terjadilah.
“Kamu melanggar kesepakatan kita.” Rania sangat malu, tetapi juga kesal.
“Aku udah pernah bilang, aku bisa khilaf.” Leo mengingatkan apa yang pernah ia ucapkan sebelum pernikahan mereka. Saat ini, kedua insan itu duduk bersebelahan di tempat tidur.
“Kalau aku hamil, gimana?”
Leo meraih tangan Rania lalu berkata, “Kenapa kamu harus bingung? Kamu itu punya suami.”
“Tapi aku masih kuliah. Perjalananku masih panjang. Aku juga punya impian dan cita-cita.”
“Siapa bilang wanita hamil nggak boleh kuliah? Siapa bilang wanita hamil nggak boleh punya impian dan cita-cita?”
“Tapi aku takut kalau ngidam. Takut kegiatanku terbengkalai. Aku udah sering lihat orang ngidam. Mereka tampak lemah karena capek muntah. Lemah karena nggak selera makan. Kalau itu terjadi padaku, aku harus gimana?”
“Kamu tenang aja. Semoga nanti aku yang merasakan itu. Aku suamimu, bisa saja aku yang ngidam saat istri hamil.”
Leo pun mendekap tubuh Rania yang telah ia miliki seutuhnya. Ia sangat bahagia karena wanita itu telah menyerahkan kesuciannya. Ia makin kagum dan terpesona karena Rania tidak hanya cantik di luar.
“Terima kasih atas semuanya.” Leo mendaratkan kecupan di dahi Rania.
Rania hanya bergeming. Ia tidak memberikan respons sama sekali. Saat ini, ia tidak tahu apakah dirinya menyesal atau tidak. Satu hal yang ada dalam pikirannya sekarang, ia belum sanggup membayangkan jika dirinya hamil sambil mengikuti kegiatan perkuliahan.
‘Kenapa aku nggak bisa mengontrol diri?’ Begitu jeritan batin Rania. ‘Aku belum mengenal dirinya sepenuhnya. Bagaimana kalau ia memilik masa lalu yang datang tiba-tiba?’
============
🏵️🏵️🏵️Leo tidak mampu berkata-kata setelah melihat istri yang sangat ia cintai, kini berdiri di hadapannya. Ia pun langsung mendekap wanita itu, tetapi penolakan yang ia dapatkan. Rania meronta-ronta hingga berhasil melepaskan pelukan Leo. Ia masih sangat kesal terhadap laki-laki itu.Orang tua Rania yang sejak tadi duduk di ruang keluarga, langsung memasuki kamar putri mereka tersebut. Mereka sangat heran melihat sang anak bungsu yang menjauh dari Leo, bahkan mendorong tubuh laki-laki itu.Bu Farida berusaha membujuk Rania lalu memeluknya. Wanita paruh baya itu mengajak Rania duduk di tempat tidur dan memintanya menceritakan apa yang terjadi. Sementara Leo langsung berlutut di depan istri yang sangat ia cintai tersebut.“Sayang, kamu kenapa?” Leo meraih tangan Rania lalu menggenggamnya.“Sampai kapan kamu bohongin aku terus?” Rania langsung melontarkan pertanyaan itu kepada Leo.“Bohong apa, Sayang? Aku nggak ngerti.” Leo tidak mengerti dengan ucapan Rania.“Hebat kamu, Bang. Kamu
🏵️🏵️🏵️Dua bulan berlalu, tetapi Leo masih belum mampu menceritakan apa yang membuatnya merasa bersalah terhadap Rania. Ia sangat tahu seperti apa sifat istrinya tersebut. Ia tidak ingin terjadi kesalahpahaman lagi di antara mereka.Leo juga tidak ingin mengganggu kebahagiaan Rania saat ini, di mana wanita itu sangat senang menyaksikan pernikahan Azzam—kakak semata wayangnya. Rania mengaku terharu karena akhirnya melihat Azzam menikah dengan Ayu.Bukan hanya itu saja alasan yang membuat Leo belum mampu mengutarakan kejujuran kepada Rania. Ia juga tidak ingin melihat istrinya sedih. Apalagi saat ini, Leo sedang mengharapkan keajaiban agar Rania kembali hamil.“Bang, kita nginap di sini aja, ya, malam ini.” Rania berharap agar Leo memenuhi keinginannya untuk menginap di rumah orang tuanya setelah acara pernikahan Azzam dan Ayu selesai.“Iya, Sayang. Aku ngikut aja.” Leo mengembangkan senyuman di depan Rania.“Terima kasih, Bang.” Rania bahagia mendengar jawaban Leo. Ia pun mengajak su
🏵️🏵️🏵️Rania kembali menginjakkan kaki di rumah keluarga Leo. Ia tidak tahu apakah hatinya bahagia atau justru sebaliknya. Di satu sisi, ia merasa bahwa sewajarnya dirinya berada di rumah suaminya. Namun di sisi lain, ia tetap kesal mengingat Laura.Kini, Rania merebahkan tubuh di kamar. Ia ingin menanyakan tentang Laura. Namun sebelum niat itu terucap, Leo pun memintanya untuk mendengar penjelasan tentang Laura. Rania terkejut, tetapi juga bahagia setelah mengetahui keadaan Laura yang sebenarnya.Rania ingin memeluk Leo karena menganggap laki-laki itu tetap setia dengan cintanya terhadapnya. Namun, ia mencoba untuk menahan diri dan berpura-pura bersikap biasa saja walaupun hati kecilnya mengatakan kalau ia sangat bahagia saat ini.“Kok, respons kamu biasa aja, Sayang? Kamu nggak bahagia?” Leo tidak mengerti dengan sikap yang ditunjukkan istrinya.“Aku harus bilang apa?” Rania memberikan balasan dengan nada santai.“Aku sudah menepati janjiku untuk membuktikan kalau aku hanya milikm
🏵️🏵️🏵️Tiga bulan berlalu, penyelidikan Leo tentang niat Laura, akhirnya membuahkan hasil. Kini, kenyataan yang sebenarnya pun terungkap. Laura sengaja mengaku mengandung anak Leo karena dirinya ingin mendapatkan laki-laki yang ia cintai tersebut.Laura tidak dapat mengelak lagi saat keluarga Leo memeriksakan usia kandungannya ke rumah sakit hari ini. Dalam perkiraan ketika kepulangan Leo dari Thailand, seharusnya usia kehamilan Laura memasuki delapan bulan, tetapi kenyataannya sungguh di luar dugaan.Bu May selama ini sudah menaruh curiga melihat bentuk perut Laura yang tidak sewajarnya. Dugaan wanita paruh baya itu benar-benar membuat hati Leo bahagia. Usia kehamilan Laura baru memasuki lima bulan. Ia telah melakukan kebohongan besar demi mewujudkan keinginannya.Sejak Leo meninggalkan Thailand tujuh bulan yang lalu, Laura merasa hancur. Ia pun sering menghabiskan waktunya di tempat hiburan malam didampingi Siwat. Oleh karena keduanya sedang dalam keadaan mabuk, hubungan yang belu
🏵️🏵️🏵️Pak Bagas dan Bu Farida terkejut melihat Rania yang langsung berlari menuju kamarnya. Kedua orang tua itu tidak mengerti kenapa anak bungsu mereka tiba-tiba kembali pulang tanpa memberi kabar sebelumnya. Sementara Azzam menghampiri ayah dan ibunya yang sedang bersantai di depan TV. Ia tidak lupa membawa masuk koper milik Rania.Azzam pun memilih duduk menghadap Pak Bagas dan Bu Farida. Ia meminta agar kedua orang tuanya tersebut tidak terkejut dengan apa yang akan ia sampaikan. Azzam merasa berat untuk menyampaikan apa yang terjadi terhadap Rania kepada ayah dan ibunya, tetapi ia ingin tetap jujur dengan kenyataan yang sebenarnya.Azzam menghela napas lalu mulai menceritakan penderitaan yang Rania alami saat ini. Ia berusaha tenang mengungkapkan fakta tentang Leo. Pak Bagas dan Bu Farida kembali terkejut dan mereka mengaku tidak percaya dengan apa yang Azzam sampaikan.“Nggak mungkin Azzam bohong, Pah, Mah. Nia sedih banget sekarang. Dari rumah Leo sampai ke sini, dia nangis.
🏵️🏵️🏵️Rania menepati janji yang pernah ia ucapkan, mencabut gugatan cerai dari pengadilan. Terbukti saat ini, dirinya kembali tinggal di rumah Leo. Ia bahkan lebih bahagia daripada saat awal menikah. Kini, tiga bulan telah berlalu, Rania pun memasuki tingkat akhir dalam pendidikannya di STIE Pembangunan Tanjungpinang. Ia sangat bahagia karena Leo selalu memberikan dukungan dan semangat kepadanya. Di samping itu, hubungan mereka juga makin membaik dan mesra.Akan tetapi, Rania sering merasa bersalah karena menganggap dirinya tidak mampu memenuhi harapan Leo. Ia takut jika tidak dapat memberikan keturunan untuk keluarga suaminya. Ia sering sedih mengingat keadaannya yang sekarang.“Kenapa kamu masih mempertahankan aku, Bang? Gimana kalau aku nggak bisa kasih keturunan untuk keluargamu?" Rania mengingatkan kembali tentang kekurangan yang ia miliki saat ini.“Aku terima kamu apa adanya, Sayang. Kamu jangan ngomong seperti itu.”“Mungkin kamu bisa terima aku, tapi bagaimana dengan Papi