🏵️🏵️🏵️
Cuaca tampak cerah walaupun hari sudah sore. Leo sangat menikmati suasana saat ini, tetapi tidak dengan Rania. Gadis itu masih bingung harus menentukan keputusan. Ia tidak mengerti kenapa pertemuannya dengan laki-laki yang baru ia kenal itu, akhirnya membawa perasaan yang membingungkan.
Saat ini, posisi Leo dan Rania sedang duduk berhadapan. Mereka masih terdiam dengan pikiran masing-masing. Leo ingin memulai pembicaraan, tetapi merasa sungkan karena melihat wajah Rania yang murung.
Sementara itu, Rania tidak tahu harus memulai dari mana untuk memberikan jawaban kepada Leo. Ia mengaku mengagumi pemuda itu, tetapi pernikahan belum tebersit dalam benaknya karena belum siap menjadi seorang istri.
“Apa jawaban kamu, Nia?” Leo pun akhirnya membuka suara.
“Aku harus jawab apa? Kenapa kamu senekat ini?” Rania mulai menunjukkan wajah kesalnya.
“Apa salah jika aku ingin menghalalkan gadis yang kudambakan?”
“Dambakan? Apa kamu nggak ingat kalau pertemuan kita hanya dua jam? Itu sama dengan 120 menit. Waktu yang sangat singkat. Bagaimana mungkin kamu langsung melamarku? Ini lelucon.”
“Keseriusanku kamu anggap lelucon?”
“Aku nggak tahu apa yang ada dalam pikiranmu.”
“Dalam pikiranku ingin mempersunting dirimu.”
“Tapi aku belum siap jadi istrimu.”
“Ingat, Nia, aku lebih tua darimu. Kenapa dari tadi nggak ada panggilan ‘Abang’ untukku? Padahal awal pertemuan kita, kamu masih lembut walaupun bawel.”
“Biarin. Sekarang kamu mau apa?”
“Aku mau nikah denganmu.”
Tiba-tiba suasana hening. Rania tidak tahu lagi harus bagaimana memberikan penjelasan kepada Leo. Namun, Leo tidak tinggal diam, ia tetap berusaha meyakinkan Rania agar bersedia menikah dengannya. Ia pun akhirnya memberikan penjelasan, kenapa ingin melamar gadis pujaannya itu.
Ia mengaku kalau awal pertemuannya dengan Rania telah menumbuhkan sebuah rasa yang berbeda. Ia tidak tahu kenapa perasaan yang disebut dengan cinta itu, tiba-tiba muncul. Ia yakin telah merasakan cinta pada pandangan pertama.
Setelah ia mengukir nama Rania di hatinya, ia pun mencari tahu tentang sang gadis pujaan yang ternyata merupakan sosok yang ia idamkan karena memiliki banyak prestasi dan dermawan. Ia makin terharu karena di balik kecerewetan mahasiswi yang ia suka tersebut, tersimpan sifat mengagumkan.
Di samping itu, ia makin yakin kalau dirinya ditakdirkan berjodoh dengan Rania karena ayah mereka telah saling kenal sejak masih SMP. Ia mengambil kesimpulan kalau pertemuan yang tidak disengaja dengan Rania merupakan jalan yang telah diberikan oleh Yang Kuasa.
“Sayang, ini udah hampir dua jam. Pembicaraan kalian belum kelar juga?” Bu Farida tiba-tiba muncul saat Leo dan Rania masih berbincang.
“Iya, Mah. Banyak yang harus diobrolin.” Rania memberikan alasan kepada ibunya.
“Papa bilang ngobrol dua jam, artinya nggak harus dua jam. Sekarang cepetan masuk karena yang lain udah pada nungguin dari tadi.” Bu Farida menunjukkan wajah serius.
“Sebentar, Mah, sedikit lagi.”
“Ya, udah ... Mama tunggu di dalam.” Bu Farida pun beranjak kembali memasuki rumah.
Setelah mendengar penjelasan Leo panjang lebar, akhirnya Rania pun memutuskan untuk menerima lamaran. Namun, ia mengajukan beberapa syarat. Ia melakukan itu karena belum memiliki cinta terhadap pemuda itu.
“Baiklah, aku akan menerima lamaranmu, Bang.” Rania akhirnya berhasil mengeluarkan kata-kata itu.
“Serius?” Leo sedikit terkejut.
“Iya, tapi ada syaratnya.”
“Apa syaratnya?”
“Kamu harus janji untuk tidak memaksaku menjalankan kewajiban sebagai seorang istri sebelum aku benar-benar mengetahui perasaanku. Terus, kita juga tidurnya nggak boleh satu tempat tidur, harus pisah.”
“Iya, aku janji. Tapi kalau aku khilaf, gimana?” Leo mengembangkan senyumnya.
“Aku serius. Aku nggak sedang bercanda.” Rania kesal mendengar jawaban Leo.
“Iya, maaf. Aku juga bercanda.”
Perbincangan Leo dan Rania berlangsung selama dua jam, kini mereka pun kembali memasuki ruang tamu. Rania akhirnya memberikan jawaban di depan kedua keluarga. Semuanya sangat bahagia mendengar keputusan yang disampaikan oleh gadis cantik itu.
Leo tiba-tiba membisikkan sesuatu kepada Rania. “Setelah 120 menit, akhirnya kamu resmi jadi calon istriku.”
🏵️🏵️🏵️
Sebulan berlalu, Leo dan Rania akhirnya resmi menjadi pasangan suami istri. Sebelum akad nikah, Rania meminta maaf kepada Azzam. Ia merasa bersalah karena akan segera menikah sebelum sang kakak mengikat hubungan suci dengan Ayu—kekasihnya.
“Maafin aku, Bang. Aku nggak bermaksud untuk langkahin Abang, tapi Papa dan Mama bilang kalau jodoh itu jangan ditunda-tunda.” Rania menyampaikan ucapan maaf kepada Azzam seminggu sebelum acara pernikahannya dengan Leo.
“Santai aja, Dek. Kamu nggak perlu merasa bersalah. Abang nggak merasa dilangkahin, kok. Abang, kan masih muda, he-he! Lagi pun, kamu itu cewek. Mungkin kalau kamu cowok, Abang bisa marah.” Azzam mengusap-usap kepala adiknya.
Rania sangat bersyukur karena Azzam tidak mempermasalahkan status dirinya yang harus menikah lebih dulu. Kini, gadis cantik itu sudah resmi menjadi seorang istri dan berada di kamar yang sama dengan Leo. Baginya, ini masih seperti mimpi.
“Sayang, kamu nggak mandi?” Rania terkejut mendengar suara Leo yang baru keluar dari kamar mandi. Saat ini, gadis itu sedang duduk di tempat tidur. Ia masih mengenakan gaun pengantin.
“Apa? Sayang?” Rania risi mendengar sapaan yang Leo gunakan.
“Kenapa? Sekarang kamu udah sah menjadi istriku. Wajar, dong, aku memanggilmu dengan sebutan itu.” Ucapan Leo sangat sering membuat Rania kesal.
Gadis itu kembali mengingat percakapan mereka sebelum acara pernikahan. Kala itu, Leo menjemputnya ke kampus. Pemuda tersebut langsung meraih tangannya yang sedang berbicara dengan seorang mahasiswa.
“Apa-apaan, sih, Bang? Lepasin!” Leo pun melepaskan genggamannya.
“Aku minta maaf. Aku hanya merasa cemburu melihat keakraban kamu dengan cowok tadi.” Leo pun menyatukan kedua telapak tangannya di depan Rania.
“Belum nikah aja, kamu udah seperti ini.”
“Maaf. Aku seperti ini karena belum tahu perasaan kamu padaku.”
“Tapi kamu nggak perlu seperti tadi. Aku malu. Kamu nggak lihat tatapan mereka ke kita?”
“Maka dari itu, mulai sekarang, kamu harus jaga jarak dengan cowok-cowok lain.”
“Kamu nyebelin.”
“Aku bermaksud baik, Nia. Coba kamu Bayangin kalau kita udah nikah, tapi kamu masih sedekat tadi dengan cowok lain, apa nggak salah?”
“Tapi sekarang kita belum nikah.”
“Iya, tahu. Tapi kamu harus belajar.”
“Terserah.”
Saat itu, Rania merasa kalau Leo telah mengekang dirinya. Ia pun menceritakan apa yang terjadi kepada ibunya. Namun, wanita yang telah melahirkan dirinya tersebut membenarkan tindakan Leo.
“Leo itu udah melakukan hal yang benar, Sayang. Seorang istri harus bisa menjaga jarak dengan lelaki yang bukan mahramnya.” Kata-kata itu yang terlontar dari bibir Bu Farida kala itu.
Rania pun berusaha mengerti dan menerima pendapat ibunya. Sejak saat itu, ia mulai menjaga jarak dengan mahasiswa-mahasiswa di kampusnya, walaupun ia tidak setuju sepenuhnya dengan apa yang diucapkan oleh orang terdekatnya.
Kini, ia sudah resmi menyandang status sebagai pendamping hidup Leo. Ia berjanji akan berusaha menempatkan diri sebagai istri walaupun belum merasakan cinta terhadap suaminya itu.
“Jangan mendekat!” Rania menggeser posisi duduknya ketika Leo mendekatinya.
“Kenapa, Sayang?”
“Kamu lupa dengan janji kita?”
“Nggak. Aku hanya ingin peluk. Nggak boleh?” Leo berharap mendapatkan izin dari wanita yang kini sudah resmi menjadi istrinya itu.
“Tetap nggak boleh.” Rania mengelak.
“Ya, udah, aku mau ambil bantal sama guling aja. Aku tidur di sofa.”
Leo segera meraih benda yang ia butuhkan. Namun, sebelum beranjak, ia mendaratkan ciuman di kening Rania. Wanita itu pun sangat kesal karena menganggap Leo telah melanggar kesepakatan mereka.
“Baaang!” Rania pun menjerit.
“Sayang, suaramu. Gimana kalau ada yang dengar? Kamu lupa kalau keluarga masih pada ngumpul di ruang TV? Walaupun kamar kita di lantai dua, tapi suara kamu yang sekencang ini bisa kedengaran sampai ke bawah.”
“Itu semua karena kamu.” Rania tidak mampu menahan air matanya agar tidak jatuh. Ia malu jika keluarga Leo mendengar teriakannya.
“Jangan nangis, dong. Aku benar-benar minta maaf. Aku janji nggak akan mengulanginya lagi sebelum kamu izinin.” Leo meraih tangan Rania, tetapi langsung ditepiskan.
“Minggir! Aku mau mandi.” Rania pun beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi.
“Mau ditemenin, nggak? Ini udah malam, loh!” Leo kembali menggoda Rania yang akhirnya tersenyum mendengar tawaran suaminya tersebut.
Awalnya, Rania menerima pinangan Leo karena tidak ingin mengecewakan orang tuanya. Di samping itu, ia juga mengagumi pemuda yang kini berstatus sebagai suaminya itu. Namun, melihat perhatian Leo dalam sebulan terakhir ini, ia memiliki kebanggaan tersendiri.
Ketika ia sedang asyik memanjakan diri di bathtub, tiba-tiba lampu kamar mandi berkelip. Ia pun ketakutan lalu menjerit. "Bang Leooo!"
============
🏵️🏵️🏵️Leo tidak mampu berkata-kata setelah melihat istri yang sangat ia cintai, kini berdiri di hadapannya. Ia pun langsung mendekap wanita itu, tetapi penolakan yang ia dapatkan. Rania meronta-ronta hingga berhasil melepaskan pelukan Leo. Ia masih sangat kesal terhadap laki-laki itu.Orang tua Rania yang sejak tadi duduk di ruang keluarga, langsung memasuki kamar putri mereka tersebut. Mereka sangat heran melihat sang anak bungsu yang menjauh dari Leo, bahkan mendorong tubuh laki-laki itu.Bu Farida berusaha membujuk Rania lalu memeluknya. Wanita paruh baya itu mengajak Rania duduk di tempat tidur dan memintanya menceritakan apa yang terjadi. Sementara Leo langsung berlutut di depan istri yang sangat ia cintai tersebut.“Sayang, kamu kenapa?” Leo meraih tangan Rania lalu menggenggamnya.“Sampai kapan kamu bohongin aku terus?” Rania langsung melontarkan pertanyaan itu kepada Leo.“Bohong apa, Sayang? Aku nggak ngerti.” Leo tidak mengerti dengan ucapan Rania.“Hebat kamu, Bang. Kamu
🏵️🏵️🏵️Dua bulan berlalu, tetapi Leo masih belum mampu menceritakan apa yang membuatnya merasa bersalah terhadap Rania. Ia sangat tahu seperti apa sifat istrinya tersebut. Ia tidak ingin terjadi kesalahpahaman lagi di antara mereka.Leo juga tidak ingin mengganggu kebahagiaan Rania saat ini, di mana wanita itu sangat senang menyaksikan pernikahan Azzam—kakak semata wayangnya. Rania mengaku terharu karena akhirnya melihat Azzam menikah dengan Ayu.Bukan hanya itu saja alasan yang membuat Leo belum mampu mengutarakan kejujuran kepada Rania. Ia juga tidak ingin melihat istrinya sedih. Apalagi saat ini, Leo sedang mengharapkan keajaiban agar Rania kembali hamil.“Bang, kita nginap di sini aja, ya, malam ini.” Rania berharap agar Leo memenuhi keinginannya untuk menginap di rumah orang tuanya setelah acara pernikahan Azzam dan Ayu selesai.“Iya, Sayang. Aku ngikut aja.” Leo mengembangkan senyuman di depan Rania.“Terima kasih, Bang.” Rania bahagia mendengar jawaban Leo. Ia pun mengajak su
🏵️🏵️🏵️Rania kembali menginjakkan kaki di rumah keluarga Leo. Ia tidak tahu apakah hatinya bahagia atau justru sebaliknya. Di satu sisi, ia merasa bahwa sewajarnya dirinya berada di rumah suaminya. Namun di sisi lain, ia tetap kesal mengingat Laura.Kini, Rania merebahkan tubuh di kamar. Ia ingin menanyakan tentang Laura. Namun sebelum niat itu terucap, Leo pun memintanya untuk mendengar penjelasan tentang Laura. Rania terkejut, tetapi juga bahagia setelah mengetahui keadaan Laura yang sebenarnya.Rania ingin memeluk Leo karena menganggap laki-laki itu tetap setia dengan cintanya terhadapnya. Namun, ia mencoba untuk menahan diri dan berpura-pura bersikap biasa saja walaupun hati kecilnya mengatakan kalau ia sangat bahagia saat ini.“Kok, respons kamu biasa aja, Sayang? Kamu nggak bahagia?” Leo tidak mengerti dengan sikap yang ditunjukkan istrinya.“Aku harus bilang apa?” Rania memberikan balasan dengan nada santai.“Aku sudah menepati janjiku untuk membuktikan kalau aku hanya milikm
🏵️🏵️🏵️Tiga bulan berlalu, penyelidikan Leo tentang niat Laura, akhirnya membuahkan hasil. Kini, kenyataan yang sebenarnya pun terungkap. Laura sengaja mengaku mengandung anak Leo karena dirinya ingin mendapatkan laki-laki yang ia cintai tersebut.Laura tidak dapat mengelak lagi saat keluarga Leo memeriksakan usia kandungannya ke rumah sakit hari ini. Dalam perkiraan ketika kepulangan Leo dari Thailand, seharusnya usia kehamilan Laura memasuki delapan bulan, tetapi kenyataannya sungguh di luar dugaan.Bu May selama ini sudah menaruh curiga melihat bentuk perut Laura yang tidak sewajarnya. Dugaan wanita paruh baya itu benar-benar membuat hati Leo bahagia. Usia kehamilan Laura baru memasuki lima bulan. Ia telah melakukan kebohongan besar demi mewujudkan keinginannya.Sejak Leo meninggalkan Thailand tujuh bulan yang lalu, Laura merasa hancur. Ia pun sering menghabiskan waktunya di tempat hiburan malam didampingi Siwat. Oleh karena keduanya sedang dalam keadaan mabuk, hubungan yang belu
🏵️🏵️🏵️Pak Bagas dan Bu Farida terkejut melihat Rania yang langsung berlari menuju kamarnya. Kedua orang tua itu tidak mengerti kenapa anak bungsu mereka tiba-tiba kembali pulang tanpa memberi kabar sebelumnya. Sementara Azzam menghampiri ayah dan ibunya yang sedang bersantai di depan TV. Ia tidak lupa membawa masuk koper milik Rania.Azzam pun memilih duduk menghadap Pak Bagas dan Bu Farida. Ia meminta agar kedua orang tuanya tersebut tidak terkejut dengan apa yang akan ia sampaikan. Azzam merasa berat untuk menyampaikan apa yang terjadi terhadap Rania kepada ayah dan ibunya, tetapi ia ingin tetap jujur dengan kenyataan yang sebenarnya.Azzam menghela napas lalu mulai menceritakan penderitaan yang Rania alami saat ini. Ia berusaha tenang mengungkapkan fakta tentang Leo. Pak Bagas dan Bu Farida kembali terkejut dan mereka mengaku tidak percaya dengan apa yang Azzam sampaikan.“Nggak mungkin Azzam bohong, Pah, Mah. Nia sedih banget sekarang. Dari rumah Leo sampai ke sini, dia nangis.
🏵️🏵️🏵️Rania menepati janji yang pernah ia ucapkan, mencabut gugatan cerai dari pengadilan. Terbukti saat ini, dirinya kembali tinggal di rumah Leo. Ia bahkan lebih bahagia daripada saat awal menikah. Kini, tiga bulan telah berlalu, Rania pun memasuki tingkat akhir dalam pendidikannya di STIE Pembangunan Tanjungpinang. Ia sangat bahagia karena Leo selalu memberikan dukungan dan semangat kepadanya. Di samping itu, hubungan mereka juga makin membaik dan mesra.Akan tetapi, Rania sering merasa bersalah karena menganggap dirinya tidak mampu memenuhi harapan Leo. Ia takut jika tidak dapat memberikan keturunan untuk keluarga suaminya. Ia sering sedih mengingat keadaannya yang sekarang.“Kenapa kamu masih mempertahankan aku, Bang? Gimana kalau aku nggak bisa kasih keturunan untuk keluargamu?" Rania mengingatkan kembali tentang kekurangan yang ia miliki saat ini.“Aku terima kamu apa adanya, Sayang. Kamu jangan ngomong seperti itu.”“Mungkin kamu bisa terima aku, tapi bagaimana dengan Papi