Share

JODOH HASIL RAMPASAN
JODOH HASIL RAMPASAN
Author: Manda Azzahra

Part 1

"Kau benar-benar ingin bercerai?" tanya pria yang kini sedang berdiri di hadapanku. Aku mengangguk, mengiyakan pertanyaan itu.

"Hanya karena kau melihat aku berbicara dengan Kania?" Aku kembali mengangguk. Kali ini dengan mata yang mulai menghangat.

Ada rasa sesak setiap kali suamiku_ Haikal _ menyebut kembali nama itu dengan bibirnya. Seolah sebuah kata-kata yang sengaja dia ciptakan untuk menyakiti perasaanku.

"Cemburu?" Dia kembali bertanya. Aku diam tak mau menjawab. Kemudian membuang pandangan. 

"Aku tak sengaja bertemu dengannya." Nada suaranya terdengar rendah. Hingga aku kembali merasa bersalah. "Dan itu hanya sebentar. Tak ada hal istimewa yang kami bicarakan."

Aku memandang wajah tirus berkulit putih itu, lalu kembali menundukkan pandangan. Sejak aku tahu hatinya tak mungkin lagi bisa kumiliki, aku tak berani lagi memandang wajahnya berlama-lama. Bukan karena dia melarang atau tak membalasnya, tapi akulah yang merasa takut.

Takut melihat wajah kecewanya yang mungkin hingga kini masih membenciku.

"Kita sudah menikah. Aku tak mungkin melakukan perbuatan rendah dengan menjalin hubungan dengan wanita lain," tuturnya yang membuatku semakin bertambah rendah diri.

"Tapi tetap saja dia selalu istimewa di hati abang." Entah kenapa bibirku bergetar mengucapkan kalimat itu. "Sama sekali tak ada tempat untukku, kan?" 

Mendung yang tadi bergelayut di pelupuk mata, kini telah jatuh bagai gerimis membasahi pipi. Aku semakin menunduk agar pria gagah itu tak melihatnya dan merasa kasihan padaku.

Bisa kudengar kalau suamiku menghela napas dengan kasar. Lalu sedikit membungkuk untuk menyamakan tinggi tubuhnya denganku yang kini sedang duduk di tepi ranjang.

"Kau sudah tahu itu sejak awal, tapi masih memaksa untuk menikah. Salahku di mana?" Dia berucap dengan hati-hati.

Aku kembali menoleh ke arahnya. Melihat wajah itu dari jarak dekat. Tampan dan begitu... dewasa.

"Maaf." Hanya itu yang aku ucapkan. Lalu kembali menangis.

*

Semua memang salahku. Memaksa pria yang jelas-jelas sudah punya kekasih untuk menikahiku. Memanfaatkan keadaan keluarganya yang sedang terdesak hingga mau tak mau menerima bantuan dan syarat dari keluargaku.

Telah kupikirkan matang-matang. Baiknya kulepaskan saja dia.

Enam bulan sudah aku mencoba menarik perhatiannya sebagai istri. Seperti kisah novel-novel romantis yang kubaca, banyak pernikahan tanpa cinta akan tetap berakhir dengan malam pertama yang lucu dan berkesan. Entah diawali dengan pertengkaran, lalu berakhir dengan jatuh terpeleset, kemudian saling berpelukan.

Romantis, bukan?

Meski malam pertama tak melakukan ritual pengantin, tetap saja akan ada adegan yang membuat kami saling berdebar dan berakhir dengan sebuah keakraban. Tapi ternyata aku salah. Kisah romantis dalam novel sepertinya bukan untukku. Atau semua itu hanya kisah fiktif belaka.

Pria berusia dua puluh lima tahun itu bersikap biasa saja. Tak ada rasa canggung atau malu-malu saat menghadapi wanita yang telah sah dan halal untuk dia sentuh. Tingkah polahnya masih tetap menganggapku sebagai adik dari sahabatnya. Datar-datar saja. Tak seperti jantungku yang dag dig dug tak beraturan.

Bukan aku berharap nafkah batin sebagai seorang istri. Karena aku pun belum pernah merasakannya. Tak tahu apakah rasanya benar-benar enak atau tidak. Aku hanya berharap dia mau memelukku saja. Memberikan ciuman di kening seperti yang aku lihat saat dia melakukannya pada Kania, kekasihnya sebelum menikahiku.

Apa aku semenjijikkan itu. Hingga melakukan hal-hal seperti orang berpacaran saja dia tidak mau. Aku tahu bang Haikal tak sereligius seorang ustadz. Tapi setiap masuk adzan, aku selalu melihatnya berwudhu untuk mengerjakan perkara lima waktu. Paling tidak laki-laki seperti itu paham akan ilmu agama walau hanya sekedar kewajiban sebagai suami. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status