Share

Part 9

Author: Manda Azzahra
last update Last Updated: 2022-07-05 15:09:01

Aku langsung mendongak karena tak mengenali sepatu itu. Lalu Kulihat sesosok pria yang tadi kutemui sedang berdiri menatapku. 

Aku langsung bangkit dan berdiri. Mengusap air mata dengan menekuk jari telunjuk. Menyelipkan rambutku ke belakang telinga yang kurasa tadi sedikit acak-acakan. Bima tak boleh melihat keadaanku yang kacau seperti ini.

"Sedang apa kau di sini?" Aku balik bertanya.

"Pulang. Itu mobilku." Dia menunjuk dengan dagu ke samping mobil yang kami bawa tadi.

Aku hanya ber oh ria saja. Tak ingin bertanya lebih jauh.

"Kau sendiri? Kenapa menangis?"

"Aku? Siapa yang menangis? Aku baik-baik saja." Aku berdusta agar dia tak bertanya lagi. 

Dia menatapku heran. Raut wajahnya jelas tak percaya pada pengakuanku.

"Kenapa sendirian? Mana suamimu?"

"Oh, itu... dia...."

"Aku di sini. Ada perlu apa mencariku?" Suara bariton itu tiba-tiba muncul dari balik punggungnya. 

Aku langsung menekuk wajah begitu melihatnya. Meski di depan orang lain aku baik-baik saja, tetap saja tak bisa kusembunyikan rasa sakit ini begitu berhadapan langsung dengannya.

"Oh, maaf. Aku Bima. Teman SMP Dwi." Bima mengulurkan tangannya pada suamiku.

"Haikal. Suami Dwi." Mereka kini sedang berjabat tangan. Saling menggenggam dan menatap satu sama lain.

"Aku mau pulang!" Aku langsung menyela acara perkenalan mereka. Tak mau sampai orang lain terlibat jauh tentang masalah yang baru saja aku alami.

Sejurus kemudian suamiku menekan tombol pada kunci mobil, aku langsung masuk tanpa berpamitan pada Bima.

*

"Kau kenapa lagi?" Bang Haikal bertanya begitu sampai di rumah.

Tak sepatah kata pun yang kuucapkan di sepanjang perjalanan. Dia menahan tanganku saat hendak membuka pintu kamar.

"Abang yang kenapa? Kemarin Abang bilang tidak sengaja bertemu dengannya. Apa sekarang juga begitu?" Aku mengungkapkan perasaan tanpa basa-basi.

"Apa maksudmu? Atau kau...." Dia terlihat memikirkan sesuatu. "Kau juga melihat Kania di sana?"

"Lihatlah. Abang bahkan tidak sadar kalau aku berdiri di samping Abang karena terlalu fokus menatap wajahnya." Lagi-lagi aku tak bisa menahan tangis.

Dia terkejut mendengar ucapanku. Kemudian mengusap kasar rambutnya seperti sedang frustasi.

"Jadi itu bukan khayalan? Kau benar-benar melihatnya?" Kata-kata itu terdengar begitu menyakitkan.

Sebuah khayalan, katanya? Benar saja. Selama ini suamiku benar-benar tak bisa lepas dari bayang-bayang masa lalunya. Dan itu membuatku hatiku semakin hancur.

"Abang janjian dengannya? Abang sengaja menyuruh dia datang agar kalian bisa bertemu, kan?" Aku menuding tanpa berpikir lagi.

"Kau bicara apa? Sudah kubilang aku tak pernah lagi berhubungan dengannya sejak pernikahan kita. Kenapa kau masih tak percaya?"

"Abang masih mau bilang kalau pertemuan itu juga tak sengaja? Abang berselingkuh, kan?"

"Jangan bicara sembarangan, Dwi! Kau pikir aku laki-laki macam apa?"

"Lalu kenapa bisa ada Kania di sana?"

"Kenapa tanya padaku? Temanmu yang mengadakan pesta. Kenapa tak kau tanyakan saja padanya?!"

Aku terdiam. 

Dea? Apa sahabatku itu sengaja mengundang Kania agar bertemu dengan suamiku? Untuk apa? Tidak mungkin dia melakukan hal yang jelas-jelas bisa melukai perasaanku.

Apa dia mulai mengkhianatiku? Tapi kenapa? Apa salahku?

"Masuklah ke kamar. Kau terlihat kacau." Dia berbalik menuju ke ruang tamu.

"Abang mau kemana?" tanyaku heran. Kenapa dia tak ikut masuk ke kamarnya.

"Mengembalikan mobil."

Mengembalikan mobil? Kenapa tadi tak sekalian singgah saja? Kenapa harus mengantarku dulu pulang ke rumah. Atau jangan-jangan itu hanya alasan saja agar bisa bertemu dengan Kania? Apa setelah aku berlari ke parkiran tadi, dia sempat mengobrol dan berjanji akan bertemu? Lalu kata khayalan tadi hanya sebuah sandiwara?

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 83 (Ending)

    "Sudah kubilang itu bukan urusanmu. Kau semakin lancang, Bim. Aku tak mau punya teman sepertimu!" Kubuang muka, tanda tak terima dengan sikapnya."Aku mendengar pembicaraanmu saat di toko buku. Kenapa tak menurut saja? Suamimu bahkan ingin menjauh dengan kembali menyekolahkanmu." Ucapannya kini tak lagi kasar. Terkesan seperti memohon pengertian.Aku menelan ludah. Lalu beralih kembali menatap wajahnya. Begitukah cara dia mengungkapkan perasaannya? Sama sekali tak ada bedanya denganku. Egois dan selalu menggunakan berbagai cara."Kau mengikuti kami?" Aku langsung menebak.Dia sama sekali tidak menyangkal. Malah memandangku dengan sorot mata yang... mungkin meminta pengertian."Sikapmu sama sekali tidak mencerminkan mahasiswa terpelajar, Bim. Kau seperti....""Ya! Aku terlihat seperti orang gila, kan?!" Menggeram dia menebak ucapanku yang terhenti. "Aku sama sepertimu. Jatuh cinta pada orang yang salah."Mata itu kini

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 82

    Setelah menjalani proses yang memakan waktu cukup lama, akhirnya pengadilan memutuskan Kania bersalah. Dia dijatuhi hukuman dua tahun kurungan.Aku merasa lega, bukan hanya karena tindakan kekerasan yang dia lakukan terhadapku. Namun juga karena sikapnya yang selama ini terus menerus meneror batinku. Membuatku merasa tak layak dicintai oleh suamiku sendiri. Juga membuat bang Haikal selalu merasa rendah diri dan takut mencintai wanita sepertiku, meski telah sah menjadi isterinya.Masih kuingat dengan jelas wajah terakhir gadis itu sebelum petugas membawanya. Tak ada penyesalan terlihat di sana. Seolah apa yang dia lakukan bukanlah sesuatu yang salah. Di sidang-sidang sebelumnya pun dia selalu mengumpat jika sedang berpapasan denganku. Mengatakan kalau dia belum kalah, dan akan merebut kembali miliknya yang telah aku curi.Matanya jelas masih begitu berharap agar bisa bertemu lagi dengan suamiku. Memang selama sidang berlangsung, hanya sekali mantan kekasihnya itu

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 81

    "Jangan pedulikan ucapan mereka, Bang." Aku mulai merayu saat mendatangi suamiku di kamarnya. Aku membantu melepaskan kemeja yang tadi dia pakai.Entahlah. Masih canggung rasanya bagi kami untuk bersatu dan menempati kamar yang sama. Hingga kami masih harus saling menghampiri jika ada yang ingin dibicarakan."Sudah kubilang aku tak apa-apa." Bang Haikal tersenyum sembari memakai kaos oblong tipis untuk tidur. Lalu seenaknya membuka kancing dan resleting celana panjang, lalu menurunkannya tanpa pemberitahuan."Ish, Abang!" Tubuhku refleks berbalik memunggunginya. Malu jika melihat sesuatu yang sebenarnya sudah pernah aku rasakan."Kau kenapa?" Dia berjalan dengan suara yang kian mendekat."Kenapa buka celana di hadapanku?" Aku merengek."Kau ini aneh. Seperti tidak pernah melihatnya saja." Bang Haikal berjalan mendekati pintu dan menggantung celana panjang tadi. Kini dia sudah terlihat memakai celana pendek di bawah lutut."Tapi

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 80

    Bima tampak masih sangat tenang meski semua orang menatapnya. Ingin sekali rasanya aku mencekik lehernya karena telah membuat suamiku kembali memikirkan hal yang bukan-bukan tentang aku dan dia.Bang Haikal pasti berpikir kalau Bima masih menaruh perhatian dan mencari cara agar bisa mendekatkan diri denganku. Tanpa dia tahu, kini aku dan Bima terlibat selisih paham karena kekurang ajaran mahasiswa psikologi itu.Jika malam ini sampai terjadi masalah lagi di antara kami karena Bima, aku bersumpah akan melempar kaca jendelanya hingga pecah. Aku lelah dengan semua masalah yang seperti tidak ada habisnya."Wah, Bima baik sekali. Kau dengar itu, Dwi?" Ibu tampak lebih mengagumi pemuda itu dari sebelumnya. "Harusnya kau juga bersemangat seperti Bima. Bukannya kalian seumuran? Kau bisa mengejar ketertinggalan jika belajar bersama Bima."Aku mendesis pelan. Ibu seolah-olah masih menaruh harapan agar aku juga memiliki antusias seperti Bima. Menjadi anak perempuan

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 79

    Aku rasa sikapku selama ini terlalu kasar menghadapinya. Dari caranya menatapku tadi, seperti ingin menyapa dan menanyakan kabarku. Namun hal itu urung dia lakukan, karena Kania langsung menarik tangannya, dan menyeretnya menjauh dari kami.Tak lama kulihat sebuah mobil Daihatsu Sigra berhenti menghampiri mereka. Lalu gadis yang masih menatapku dengan penuh kebencian itu menghilang bersama ibunya saat mobil itu melintasi dan meninggalkan tempat."Singgah ke rumah, ya, Dwi. Biar nanti Haikal suruh menjemputmu di rumah." Ibu merangkulku hendak menuju mobil.Aku melirik Bima sekilas."Iya, Bu. Bang Haikal pasti akan bergegas menjemput jika tahu aku tidak di rumah." Sengaja aku bicara berlebihan agar Bima tahu bahwa hubungan rumah tanggaku tak seperti yang dia pikirkan.Dia hanya menatapku tajam tanpa mengucap sepatah kata pun.*[Norak!] Sebuah pesan whatsapp masuk atas nama Bima.Mataku membesar saat membacanya. Aku yang duduk di bangku belakang mobil milik ayah langsung membalasnya.[K

  • JODOH HASIL RAMPASAN   Part 78

    "Sudah mulai nakal kau rupanya, ya." Bang Haikal menyentil keningku dengan jemarinya. Membuat bibirku mengerucut dibuatnya."Makanya jangan menyuruhku yang bukan-bukan. Lebih baik aku mengurus sepuluh anak daripada memegang buku pelajaran," protesku.Dia tertawa kecil. "Kalau soal membantah, kau memang juaranya." Bang Haikal mengacak-acak rambutku.Aku tersenyum malu. Menganggap bahwa hal itu adalah suatu pujian, bukan lagi sebuah sindiran yang dia alamatkan untuk mengejekku seperti biasanya.*Siang ini aku menemani Dea ke toko buku. Tadi aku menghampirinya di kampus, lalu pergi bersama dengan Honda Brio merah-nya. Hal rutin yang sering kami lakukan saat bahan bacaan di rumah sudah habis.Dea terkikik geli saat aku menceritakan ide bang Haikal yang ingin kembali menyekolahkanku. Aku mencubit bahunya karena terus-terusan meledek, bahwa suamiku mungkin amnesia dan tak lagi mengenalku. Si bodoh yang ingin cepat-cepat lulus SMA agar bisa menikah dengan pria impiannya."Wanita yang baik

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status