Share

SEPASANG MATA

last update Terakhir Diperbarui: 2022-02-04 03:22:29

BAB 2

Dingin hembusan angin malam menerpa wajah Dea, membuatnya sedikit menggigil dan akhirnya ia memutuskan untuk masuk kembali ke kamarnya.

Sampai di kamar, Dea membaringkan tubuhnya, mencari posisi nyaman, agar ia bisa tidur dengan nyenyak. Tiba-tiba ia teringat mimpinya kembali, apalagi ucapan Angga yang mengatakan kalau Arfan adalah jodohnya masih terngiang-ngiang di telinganya.

“Ini semua gara-gara abang yang memberi saran itu padaku!” decak Dea.

Flashback ….

“Abang, bantuin Dea mikir dong! Dea bingung, nih!” keluh Dea pada Anggara, ia menarik-narik tangan kakaknya yang baru saja keluar kamar, hampir saja Angga terjatuh karena ulahnya itu.

“Abang harus bantu apa, Dek?” Angga menghentikan langkahnya, ”lagian Abang ‘kan enggak kenal sama laki-laki yang katanya melamar kamu itu, lebih baik kamu pikir-pikir dulu aja deh, jangan asal pilih laki-laki yang tidak jelas bibit, bebet, dan bobotnya.” Angga berjalan menuju sofa yang ada di ruang keluarga.

Mendengarkan ocehan adiknya itu, membuat kepalanya jadi pening. Apalagi Ini sudah kesekian kalinya Dea menanyakan hal yang sama padanya.

Dea mengikuti langkah Angga yang berjalan dengan sangat cepat di depannya, niatnya meminta solusi pada Angga ternyata sia-sia, abangnya bahkan tidak menghiraukannya sama sekali.

“Tapi Bang, Dea takut salah pilih, makanya Abang bantuin Dea ya, please …!” Dea ikut duduk di samping Anggara dengan wajah memohon.

Angga menjentikkan jarinya lalu menatap Dea dangan senyum lebarnya, tiba-tiba saja terlintas satu ide yang muncul di kepalanya.

“Nah, dari pada kamu bingung, lebih baik kamu coba shalat istiharah aja, Dek! Minta sama Allah, supaya kamu diberikan petunjuk sama Allah,” saran Angga.

Dea terdiam sejenak, mencerna apa yang baru saja Angga katakan padanya. Sebenarnya, Dea sedikit tau perihal shalat istikharah untuk meminta jodoh terbaik. Tapi, ia belum pernah mencobanya, karena baru sekarang ia mengalami hal semacam ini.

“Kenapa baru kepikiran sekarang sih, Bang? Kalau aja dari kemarin-kemarin Abang ngasih sarannya, pasti masalahku sudah selesai!” dengus Dea kesal.

“Abang ‘kan baru dapat wangsitnya sekarang, Dek! Baru dapat idenya sekarang,” kilah Angga menampilkan senyum lebarnya.

“Apa sih, Bang! Enggak usah ngadi-ngadi deh, enggak lucu tau! Lagian, wangsit dari mana, coba? Dasar Abang aneh!” pekik Dea mencibir.

Angga mengatupkan bibirnya, sedikit kesal dengan apa yang adiknya itu katakan, sudah diberi saran, malah mencibir abangnya, beruntung dia adik kesayangan, jadi ia tidak terlalu mempermasalahkannya.

“Dek, sekarang kamu coba aja dulu saran dari Abang,” usul Angga, ”semoga kamu mendapatkan jawaban yang terbaik ya, Dek!” sambung Angga.

“Siap, Bang! Makasih ya sarannya. Abang memang The Best, deh!” puji Dea tersenyum manis, ia juga menampilkan kedua jempol tanganya.

————

Malam ini, Dea menjalankan saran dari Angga dengan penuh harapan dan keyakinan, ia juga sudah mempersiapkan dirinya, siapapun kelak yang menjadi suaminya, ia akan menerima dengan ikhlas dan akan mencintainya dengan sepenuh hati.

(Ya Allah … Hamba mohon, tolong berikan petunjuk-Mu! Siapa yang harus aku pilih untuk menjadi jodohku. Apakah Naufal, Bayu, atau Bisma yang pantas menjadi suamiku? Tolong yakinkan hati ini kepada pilihan-Mu, Ya Allah!) Begitulah kira-kira doa yang dipanjatkan oleh Dea di Istikharahnya malam ini.

Setelah selesai, Dea melipat mukenanya dan meletakan kembali di nakas yang ada di kamarnya, lalu ia beranjak menuju kasur king size bermotif bunga lily berwarna biru muda untuk menyelami mimpi indahnya.

Flashback off ….

Mimpi semalam benar-benar mengganggu pikiran Dea, ia sampai tidak bisa tidur lagi karena wajah Arfan selalu muncul setiap ia memejamkan mata.

Usai melaksanakan shalat subuh, Dea memutuskan keluar dari kamarnya dan menuju dapur, lebih baik ia membantu bundanya membuat sarapan dari pada selalu teringat dengan mimpinya semalam.

“Pagi, Bunda!” Dea menghampiri bundanya yang ada di dapur.

“Pagi juga, sayang!” sahut Bunda Ana.

“Masak apa, Bunda?” tanya Dea, ketika melihat bundanya yang sedang mengaduk-aduk makanan yang ada di wajan.

Bunda melirik Dea sekilas, lalu kembali fokus pada masakannya, menambahkan sedikit penyedap rasa dan bumbu lain agar masakannya semakin menggugah selera.

“Bunda lagi masak nasi goreng, Nak!” jawab Bunda, “tumben kamu, pagi-pagi sudah di dapur, biasanya keluar kamar kalau sudah Bunda panggil,” celetuk Bunda.

Dea mengatupkan bibirnya, ia juga melipat tangan di dada, merasa kesal karena bundanya itu malah mencibirnya, padahal ia sedang dalam mode galau.

“Ish, Bunda! Kok gitu sih ngomongnya,” protes Dea.

Bunda melirik Dea, ia tau putrinya itu sedang merajuk karena ucapannya barusan. Sebenarnya, ia hanya ingin menggoda Dea saja, tapi sepertinya putrinya itu sedang sensitif dan mudah tersinggung.

“Maafin Bunda deh! Bunda enggak bermaksud untuk men--” ucapan Bunda terpotong oleh Angga yang datang dari arah ruang tamu.

“Wahh … Baunya harum sekali, Bunda! Angga jadi laper, nih!” potong Angga menghampiri Bunda dan Dea yang berada di dapur.

Bunda dan Dea melirik Angga dengan tatapan jengah, Angga memang selalu seperti itu, datang tiba-tiba dan lupa mengucapkan salam. Padahal, Bunda selalu mengingatkannya agar selalu mengucapkan salam jika ia memasuki rumah.

“Sudah pulang, Angga? Kok enggak bareng sama ayah?” Bunda menoleh Angga yang berdiri di pintu dapur.

“Enggak, Bun! Ayah mau jenguk Pak Mulyadi dulu sama bapak-bapak pengurus mesjid! Sudah tiga hari beliau tidak datang ke mesjid, katanya sedang sakit, Bun!” jelas Angga, kemudian ia duduk di kursi meja makan.

Bunda lanjut menyajikan nasi goreng yang sudah matang ke dalam piring yang sudah disediakan. Tidak lupa, ia juga menambahkan telur ceplok dan acar timun di piring Angga sesuai dengan pesanan yang selalu Angga pinta.

“Ya sudah, lebih baik sekarang kalian sarapan dulu. Nih, nasi gorengnya sudah siap!” Bunda meletakan makanannya di atas meja, “katanya, Abang sudah lapar!” sambung Bunda.

“Iya, Bunda! Terima kasih ya, Bun!” ujar Angga.

“Sama-sama, Sayang …!” sahut Bunda tersenyum manis.

————

Sekitar pukul 07.35, Angga sudah rapih dengan baju kerjanya dan sudah siap berangkat ke kantor. Berbeda dengan adiknya, ia masih berbaring santai di sofa ruang keluarga sembari membaca novel yang baru di beli dan belum sempat ia baca.

Beberapa minggu ini, Dea memang sedang disibukkan dengan tugas-tugas kuliahnya, hampir setiap hari Dea selalu berangkat pagi dan pulang sore, karena ia harus mencari bahan-bahan materi untuk pembahasan dengan dosen pembimbingnya di kampus.

“Dea! Kamu enggak ke kampus?” tanya Angga ketika melihat Dea sedang berbaring santai di sofa.

“Nanti siang, Abang!” jawab Dea santai dan masih fokus membaca novelnya.

Angga mengembuskan napas berat, melihat Dea yang masih saja santai sambil membaca novel, membuat ia ingin marah pada adiknya itu.

“Meskipun kamu kuliah siang, jangan berleha-leha gitu dong, Dek! Lebih baik kamu mengerjakan hal-hal yang bermanfaat. Bantu bunda beres-beres rumah atau apa gitu, Dek!” protes Angga kesal.

“Iya, nanti Dea beresin rumah! Kalau sudah selesai bacanya,” sahut Dea, tanpa menoleh pada Angga.

Sejak tadi ada sepasang mata yang sedang memperhatikan Dea, tapi ia tidak menyadarinya. Padahal, dia selalu tersenyum ketika melihat tingkah lucu Dea yang kadang menyebalkan dan menggemaskan itu.

“Kuliah siang ya, Dea?” tanya seseorang yang suaranya sangat Dea kenal dan pastinya itu bukan suara Angga, sontak Dea langsung menoleh dan memastikan orang yang ada di belakangnya.

Degg …!

Dea benar-benar terkejut ketika tau siapa orang yang baru saja bertanya padanya, rasanya ia ingin menghilang saja agar tidak bertemu dengan laki-laki yang sejak semalam mengganggu pikirannya dan membuatnya begadang karena tidak bisa tidur.

“Abang Arfan!”

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • JODOH ISTIKHARAH   YANG TIDAK DIINGINKAN

    BAB 16Sesuai keinginan Dea, kini mereka sudah berada di sebuah pasar raya yang ada di belakang komplek perumahannya.Awalnya, Arfan ingin mengajak istrinya makan malam di restauran mewah yang ada di Jakarta Utara. Tapi, semuanya gagal total karena tiba-tiba Dea meminta berhenti di tempat ini.“Kenapa baksonya enggak dimakan, Bang? Abang enggak suka ya?” Dea menatap mangkok bakso milik Arfan yang masih terisi penuh.“Suka!” jawab Arfan datar.“Kalau suka dimakan dong, apa mau aku suapi?” tutur Dea basa-basi, mana mungkin ia berani melakukan itu di tempat umum seperti ini.Berbeda dengan Arfan, ia justru tersenyum senang setelah mendengar istrinya mengatakan itu, dengan cepat ia mengangguk dan memberikan mangkok bakso miliknya pada Dea.“Kenapa ini diberikan kepadaku? Abang enggak suka baksonya ya?” Dea menatap suaminya dengan tatapan bingung.“Suapi!” pinta Arfan sambil menaik turunkan alisnya.“Hah? Maksudnya?” bukannya tidak menge

  • JODOH ISTIKHARAH   BERKENCAN

    BAB 15 “Siapa yang mencariku, Bi?” tanya Arfan. “Saya tidak tau, Pak! Dia tidak menyebutkan namanya,” sahut Mbok Surti. Arfan berjalan menuruni tangga menuju ruang tamu, ia ingin tahu siapa orang yang mencarinya di jam-jam kerja seperti ini. Sedangkan Dea melanjutkan masuk ke kamar ditemani Mbok Surti Sampai di bawah, Arfan menghampiri tamunya dan ternyata dia adalah salah satu karyawan di perusahaannya. “Selamat siang, Pak! Maaf karena saya telah mengganggu waktu istirahat bapak,” ucap karyawan Arfan yang bernama Danu. “Ada perlu apa kamu ke sini?” Arfan menatap Danu, kini dia sedang menundukan wajahnya. “Sa—Saya mau minta tolong, Pak! Saya butuh pinjaman, sepuluh juta saja, Pak!” terang Danu. Sebenarnya, Danu merasa segan mengatakan ini pada Arfan, tapi hanya Arfan satu satunya harapannya, ia sudah mencari pinjaman ke tempat lain dan tidak ada satu pun orang yang membantunya. “Kalau boleh tau, untuk apa uang sebanyak itu?” tanya Arfan. Bagai

  • JODOH ISTIKHARAH   ISTANA IMPIAN

    BAB 14 “Cie… Cie… Sekarang sudah panggil sayang-sayang ya?” goda Angga. “Apa sih, Abang! Jangan mulai deh!” kesal Dea. Kini wajah Dea sudah memerah karena menahan marah dan malu. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya ada laki-laki yang memanggil sayang di depan keluarganya. “Abang, jangan digoda terus adiknya,” tegur Bunda Ana,”nanti kamu juga akan seperti Arfan jika sudah menikah, itu adalah hal yang wajar, Nak!” tambahnya. “Iya, Bunda! Maaf,” ucap Angga sambil terkekeh, lalu ia melanjutkan sarapannya kembali, begitu juga dengan semua yang ada di sana kecuali Dea. Rasa laparnya tiba-tiba hilang, tapi jika tidak makan pasti bunda akan menegurnya, mubajir juga kalau makanannya dibuang, terpaksa Dea menghabiskan makanan yang sudah ada di piringnya. Setelah menyelesaikan sarapannya, Dea pamit pergi ke kamarnya, ia akan berkemas dan merapikan baju-baju yang dibawa ke rumah barunya. Melihat istrinya pergi, Arfan ikut menyusulnya ke kamar, tapi

  • JODOH ISTIKHARAH   MENEPATI JANJI

    BAB 13“Maksud Abang apa? Kenapa melakukan ini semua?” Dea memberikan paket yang tadi sudah ia buka pada Arfan.“Kenapa dikembalikan? Kamu tidak suka dengan hadiah yang saya berikan padamu?” tanya Arfan.Bukannya menjawab pertanyaan suaminya, Dea malah beranjak dan pergi, dengan cepat Arfan menarik pergelangan tangan istrinya, hingga membuat dia jatuh di atas pangkuannya.“Jangan pernah pergi dalam keadaan marah, selesaikan dulu, Dea!” Arfan melingkarkan tangannya di pinggang Dea.“Lepas, Bang! Jangan seperti ini,” Dea mencoba melepaskan tangan Arfan.“Jelaskan dulu, kenapa kamu mengembalikan barang pemberian saya? Apa kamu tidak menyukainya?” tanya Arfan lagi.Dea menghela napasnya, menyentuh tangan suaminya yang masih berada di pingganggnya.“Aku lebih suka Abang memberikannya sendiri tanpa melalui orang lain. Itu akan lebih berkesan untukku,” papar Dea.Arfan melepaskan tangannya, lalu meminta Dea berbalik menatapnya. Dengan perl

  • JODOH ISTIKHARAH   PANGGIL SAYANG

    BAB 12Dea mendorong tubuh Arfan hingga membuat dia terhempas ke lantai, ia benar-benar tidak ada pilihan lain selain melakukan itu.Arfan menahan rasa sakit di bokongnya, lalu ia beranjak dan duduk kembali di sisi ranjang. Arfan baru tahu satu hal, ternyata tenaga istrinya kuat juga, bisa mendorongnya sampai terjatuh ke lantai.“Abang mau ngapain lagi?” Dea memundurkan dirinya dan menjauh dari Arfan.“Kenapa mendorong saya, Dea?” bukannya menjawab pertanyaan istrinya, Arfan malah menanyakan hal lain.Dea menatap suaminya dengan tatapan waspada, sejak tadi dia selalu membuatnya spot jantung, beruntung ia tidak memiliki riwayat penyakit jantung.“Salah Abang, kenapa melakukan itu padaku,” papar Dea kesal.“Memangnya saya melakukan apa?” tanya Arfan tidak mengerti dengan apa yang istrinya katakan.“Tadi Abang mau--” Dea tidak melanjutkan ucapannya.Arfan menyipitkan matanya, menatap istrinya yang diam dan tidak melanjutkan ucapannya.

  • JODOH ISTIKHARAH   MENIKAH

    BAB 11Hari pernikahan yang ditentukan oleh Arfan tiba. Acara dilaksanakan secara sederhana dan berlangsung di rumah Dea, itu semua atas permintaan Dea karena menyetujui keinginan Arfan untuk menyelenggarakan pernikahan secepatnya. Tidak ada resepsi mewah seperti yang Arfan inginkan, bahkan Arfan hanya boleh mengundang teman-teman dekatnya saja yang menghadiri resepsi pernikahan mereka.Dea menatap pantulan dirinya di cermin yang ada di kamarnya, hari ini ia terlihat sangat berbeda dari biasanya, kebaya putih yang dihiasai payet mutiara membuatnya terlihat sangat anggun dan cantik.“Kamu terlihat sangat cantik, Dek! Arfan pasti langsung terpesona jika melihatmu seperti ini,” Angga menatap takjub adiknya, dilihat dari sisi manapun Dea terlihat sangat cantik dan mempesona.“Terima kasih atas pujiannya, Abang!” Dea menoleh pada Angga, ”baru sadar ya, punya adik yang cantiknya maksimal sepertiku?” Dea menaik turunkan alisnya sambil tersenyum.Angga memutar

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status