Jodoh itu tidak ada yang tahu, siapa sangka dicari-cari, ditunggu-tunggu ternyata ada di depan mata. Itulah yang kini terjadi pada gadis cantik, imut dan manis bernama Dea Ashyfa. Gadis berusia dua puluh tahun ini sedang bingung karena harus memberi jawaban kepada tiga laki-laki yang berniat melamarnya. Hingga abangnya memberi saran agar ia melaksanakan shalat istiharoh untuk meminta petunjuk kepada Sang pemberi jodoh. Tapi, siapa sangka ternyata yang ada di dalam mimpinya bukanlah orang yang melamarnya, melainkan orang yang tidak ia pikirkan sama sekali.
view moreBAB 1
“Abang Arfan! Ngapain di sini?” tanya Dea terkejut.
“Kenapa memangnya, ini ‘kan kamar Abang juga,” sahut Arfan yang heran dengan pertanyaan istrinya itu.Dea yang baru saja membuka pintu kamarnya, dikejutkan oleh sosok laki-laki yang sudah lama ia kenal sedang duduk manis di ranjangnya dan yang lebih mengejutkan lagi, sahabat dari kakaknya itu mengatakan kalau ini adalah kamarnya juga.“Aku enggak ngerti maksud Abang! Gimana bisa ini juga kamar Abang? Ini ‘kan kamarku,” protes Dea tidak terima.Arfan tetap tersenyum setelah mendengar penuturan Dea, walaupun bukan sekali ini saja sikap Dea jutek padanya, ia tidak pernah menanggapi perkataannya sama sekali, ia tau betul hati istrinya itu sangat baik.“Kamu itu istri Abang, Dea!” pungkas Arfan, ia beranjak dari ranjang dan menatap Dea yang masih berdiri di ambang pintu kamarnya.“Apa? Aku istri, Abang?” Dea terkejut, ”Abang mimpi apa ngelindur, bisa-bisanya bercanda seperti itu, enggak lucu tau, Bang!” tampik Dea kesal dengan wajah yang sudah merah padam.Arfan berjalan mendekati Dea, mencoba meraih tangan gadis yang ada di depannya, namun dia selalu saja menepis dan menghindarinya.“Siapa yang bercanda? Aku ini memang suami kamu Dea Ashyfa, masa’ kamu lupa, sih!” pekik Arfan lantang, “coba kamu lihat cincin ini! Kamu juga pakai, ‘kan?” Tunjuk Arfan pada cincin yang ia pakai di jari manisnya.Dea melirik jari manisnya, ia juga memakai cincin yang sama dengan yang Arfan pakai, “ini enggak mungkin, Abang! Dea itu belum menikah! Enggak mungkin kalau Abang itu suami Dea,” sergah Dea tidak terima dengan apa yang Arfan katakan padanya.Melihat Dea yang syok karen penuturannya, Arfan memilih diam dan tidak menjawab ucapan Dea, ia justru semakin mendekati Dea tanpa memperdulikan teriakannya sama sekali.“Jangan mendekat, Abang!” teriak Dea, ia memundurkan langkahnya beberapa langkah. “STOP, Bang Arfan!” teriak Dea lagi, tapi Arfan tidak mengindahkan ucapannya.Arfan semakin mendekati Dea dan menghapus jarak diantara mereka, lalu ia menatap wajah Dea yang terlihat ketakutan karena ulahnya.“Kenapa memangnya? Kamu itu ‘kan istri Abang, kenapa Abang tidak boleh mendekati kamu? Bahkan kalau Abang mau, Abang berhak menyentuhmu dan melakukan apapun padamu, Dea!” papar Arfan.Dea menggeleng sembari memundurkan langkahnya, hingga kini posisinya sudah berada di balik pintu kamarnya yang terkunci, entah kapan pintu itu terkunci, padahal tadi ia tidak merasa menguncinya.Dengan cepat Arfan meraih tangan Dea, menariknya agar semakin mendekat kepadanya, dan dengan sangat lembut Arfan membawa Dea ke dalam pelukannya.Dea yang diperlakukan seperti itu, hanya bisa pasrah, menerima semua yang dilakukan oleh laki-laki yang sejak tadi mengaku sebagai suaminya.“Kamu tau Sayang, malam ini kamu terlihat sangat cantik,” bisik Arfan dengan suara yang parau.Dea memejamkan matanya, ketika ia mendengar Arfan mengatakan itu padanya, ada rasa senang di hatinya, tapi ia mencoba menepis rasa itu.“Wajahmu, matamu, bibirmu , semuanya membuatku semakin tergila-gila padamu, Sayang!” bisik Arfan lagi sambil menyentuh semua yang ia sebutkan dengan jemarinya.Dea benar-benar tidak tau harus berbuat apa, ia ingin menolak dan melakukan perlawanan agar bisa terlepas dari dekapan laki-laki yang sedang memeluknya. Tapi rasanya percuma, tenaga Arfan pasti sangat kuat, ia tidak bisa untuk melawannya.Kalau saja, waktu SMA dulu Dea menuruti saran Angga untuk mengikuti eskul Bela Diri, pasti sekarang ia bisa melawan Arfan dengan sangat mudah dan tidak akan terjebak dengan situasi seperti ini.“Abang, Dea mohon, tolong lepaskan Dea,” lirih Dea memohon.“Abang tidak akan melepaskan kamu, Dea! Kamu itu milik Abang, istri Abang!” jelas Arfan, ia sedikit melonggarkan pelukannya ketika merasakan Dea kesulitan mengatur napasnya.Kesempatan ini Dea gunakan untuk meraup udara sebanyak-banyaknya, bahkan ia tidak memperdulikan Arfan yang masih menatapnya wajahnya.Dea menunduk, ketika ia merasakan Arfan mengeratkan kembali pelukannya, hembusan napas Arfan terasa hangat menerpa pipinya saat wajah Arfan semakin mendekati wajahnya.“Kenapa menunduk, Sayang? Apa suami tampanmu ini, tidak menarik di matamu? Sampai kamu tidak mau menatap wajahku,” Arfan mengusap lembut pipi Dea dengan jemari tangannya, membuat Dea sedikit meremang karena sentuhan laki-laki di depannya itu.Setelah beberapa detik merasakan sentuhan Arfan yang membuatnya terbuai, tiba-tiba Dea tersadar dan mendongakan wajahnya, ia memberanikan diri menatap laki-laki yang kini sedang menyentuh leher jenjangnya.Arfan yang merasa ada peluang, dengan cepat menarik tekuk Dea dan langsung mengecup bibir ranum milik Dea, mengecapnya dengan sangat lembut, tanpa meminta persetujuannya terlebih dahulu.‘My First Kiss’ batin Dea menjerit.Dea membulatkan matanya, meronta-ronta agar Arfan menghentikan aksinya ini. Bukannya melepaskan, Arfan justru semakin memperdalam ciumannya, bahkan Arfan tidak memberikan celah sedikitpun agar ia bisa terlepas dari kukungannya.Dea mencoba peruntungannya sekali lagi, berusaha melepaskan diri dari laki-laki yang telah mengambil ciuman pertamanya dan dengan tenaga yang tersisa, akhirnya Dea berhasil mendorong Arfan menjauh darinya.Bruuk ….“Astagfirullah,” ucap Dea.“Aduh! Sakit banget, Ya Allah!” Dea memegang bokongnya yang terasa sakit.Netranya kini menelusuri sudut-sudut kamar, Dea mengingat-ingat apa yang baru saja terjadi padanya.‘Ternyata cuma mimpi,’ gumam Dea.Angga yang melewati kamar Dea menghentikan langkahnya, sayup-sayup ia mendengar suara adiknya yang mengaduh dari dalam kamar, dengan sedikit berlari ia membuka kenop pintu kamar Dea, lalu masuk ke dalam kamar dan menghampiri adiknya yang sedang duduk di lantai.“Kamu kenapa, Dek? Ngapain duduk di lantai?” tanya Angga.“Bantuin Dea bangun dulu, Abang!” ujar Dea dengan gaya manjanya.Angga dengan sigap langsung membantu adiknya bangun, lalu memapah tubuh mungil Dea dan mendudukannya di kursi yang berada di kamar.”Kamu kenapa, Dek? Kok bisa sampai jatuh? Kamu mimpi sambil ngelindur apa gimana si, Dek?” tanya Angga penasaran.“Iya, Bang, Dea mimpi! Mimpinya aneh banget,” Dea bergidik mengingat mimpinya barusan.Angga menatap bingung pada adiknya, ia tidak mengerti apa yang dimaksud oleh Dea tentang mimpinya yang aneh sampai bisa membuat adiknya terjatuh dari ranjang.‘Apa dia mimpi dikejar-kejar hantu dan melompat ke jurang untuk menyelamatkan dirinya, makanya dia bisa terjatuh,’ batin Angga.“Memangnya kamu mimpi apa, Dek?” tanya Angga.“Dea, mimpi Bang Arfan!” jawab Dea.“Arfan!” pekik Angga, dan dia mengerutkan dahinya.Dea mengangguk mengiyakan apa yang Angga katakan, Angga yang mendengar itu, langsung mengganti posisi duduknya menjadi menghadap Dea, ia benar-benar penasaran dengan apa yang akan diceritakan adiknya.Angga benar-benar fokus mendengarkan semuanya cerita adiknya itu, sesekali ia juga tersenyum menggoda ketika Dea menceritakan hal yang lucu tentang mimpinya itu.“Kamu sebut nama Arfan juga ya, diistikharah kamu, Dek?” tanya Angga, setelah Dea selesai bercerita.Dea membulatkan matanya, sedikit kesal pada abangnya itu karena ia menanyakan hal yang tidak masuk akal, mana mungkin ia menyebut nama Arfan di dalam doanya, Arfan saja tidak melamarnya, bahkan menyatakan perasaan padanya saja tidak pernah.“Enggaklah, Bang!! Kepikiran namanya aja enggak pernah, Bang!” tukas Dea.“Mungkin Arfan itu jodoh kamu, Dek!” canda Angga dengan tawanya yang ringan.Dea menatap tajam abangnya yang sedang tertawa menggodanya, ia benar-benar kesal padanya, apa dia tidak tahu, kalau ia tidak suka pada Arfan, padahal ia sudah sering mengatakannya. “Enggak mungkin, Bang! Jangan ngaco, deh!” protes Dea tidak percaya dengan apa yang Angga katakan, “Bang Arfan itu enggak mungkin jodoh Dea, enggak mungkin!” tampik Dea, lalu ia pergi meninggalkan Angga keluar dari kamarnya.***
BAB 16Sesuai keinginan Dea, kini mereka sudah berada di sebuah pasar raya yang ada di belakang komplek perumahannya.Awalnya, Arfan ingin mengajak istrinya makan malam di restauran mewah yang ada di Jakarta Utara. Tapi, semuanya gagal total karena tiba-tiba Dea meminta berhenti di tempat ini.“Kenapa baksonya enggak dimakan, Bang? Abang enggak suka ya?” Dea menatap mangkok bakso milik Arfan yang masih terisi penuh.“Suka!” jawab Arfan datar.“Kalau suka dimakan dong, apa mau aku suapi?” tutur Dea basa-basi, mana mungkin ia berani melakukan itu di tempat umum seperti ini.Berbeda dengan Arfan, ia justru tersenyum senang setelah mendengar istrinya mengatakan itu, dengan cepat ia mengangguk dan memberikan mangkok bakso miliknya pada Dea.“Kenapa ini diberikan kepadaku? Abang enggak suka baksonya ya?” Dea menatap suaminya dengan tatapan bingung.“Suapi!” pinta Arfan sambil menaik turunkan alisnya.“Hah? Maksudnya?” bukannya tidak menge
BAB 15 “Siapa yang mencariku, Bi?” tanya Arfan. “Saya tidak tau, Pak! Dia tidak menyebutkan namanya,” sahut Mbok Surti. Arfan berjalan menuruni tangga menuju ruang tamu, ia ingin tahu siapa orang yang mencarinya di jam-jam kerja seperti ini. Sedangkan Dea melanjutkan masuk ke kamar ditemani Mbok Surti Sampai di bawah, Arfan menghampiri tamunya dan ternyata dia adalah salah satu karyawan di perusahaannya. “Selamat siang, Pak! Maaf karena saya telah mengganggu waktu istirahat bapak,” ucap karyawan Arfan yang bernama Danu. “Ada perlu apa kamu ke sini?” Arfan menatap Danu, kini dia sedang menundukan wajahnya. “Sa—Saya mau minta tolong, Pak! Saya butuh pinjaman, sepuluh juta saja, Pak!” terang Danu. Sebenarnya, Danu merasa segan mengatakan ini pada Arfan, tapi hanya Arfan satu satunya harapannya, ia sudah mencari pinjaman ke tempat lain dan tidak ada satu pun orang yang membantunya. “Kalau boleh tau, untuk apa uang sebanyak itu?” tanya Arfan. Bagai
BAB 14 “Cie… Cie… Sekarang sudah panggil sayang-sayang ya?” goda Angga. “Apa sih, Abang! Jangan mulai deh!” kesal Dea. Kini wajah Dea sudah memerah karena menahan marah dan malu. Bagaimana tidak, ini pertama kalinya ada laki-laki yang memanggil sayang di depan keluarganya. “Abang, jangan digoda terus adiknya,” tegur Bunda Ana,”nanti kamu juga akan seperti Arfan jika sudah menikah, itu adalah hal yang wajar, Nak!” tambahnya. “Iya, Bunda! Maaf,” ucap Angga sambil terkekeh, lalu ia melanjutkan sarapannya kembali, begitu juga dengan semua yang ada di sana kecuali Dea. Rasa laparnya tiba-tiba hilang, tapi jika tidak makan pasti bunda akan menegurnya, mubajir juga kalau makanannya dibuang, terpaksa Dea menghabiskan makanan yang sudah ada di piringnya. Setelah menyelesaikan sarapannya, Dea pamit pergi ke kamarnya, ia akan berkemas dan merapikan baju-baju yang dibawa ke rumah barunya. Melihat istrinya pergi, Arfan ikut menyusulnya ke kamar, tapi
BAB 13“Maksud Abang apa? Kenapa melakukan ini semua?” Dea memberikan paket yang tadi sudah ia buka pada Arfan.“Kenapa dikembalikan? Kamu tidak suka dengan hadiah yang saya berikan padamu?” tanya Arfan.Bukannya menjawab pertanyaan suaminya, Dea malah beranjak dan pergi, dengan cepat Arfan menarik pergelangan tangan istrinya, hingga membuat dia jatuh di atas pangkuannya.“Jangan pernah pergi dalam keadaan marah, selesaikan dulu, Dea!” Arfan melingkarkan tangannya di pinggang Dea.“Lepas, Bang! Jangan seperti ini,” Dea mencoba melepaskan tangan Arfan.“Jelaskan dulu, kenapa kamu mengembalikan barang pemberian saya? Apa kamu tidak menyukainya?” tanya Arfan lagi.Dea menghela napasnya, menyentuh tangan suaminya yang masih berada di pingganggnya.“Aku lebih suka Abang memberikannya sendiri tanpa melalui orang lain. Itu akan lebih berkesan untukku,” papar Dea.Arfan melepaskan tangannya, lalu meminta Dea berbalik menatapnya. Dengan perl
BAB 12Dea mendorong tubuh Arfan hingga membuat dia terhempas ke lantai, ia benar-benar tidak ada pilihan lain selain melakukan itu.Arfan menahan rasa sakit di bokongnya, lalu ia beranjak dan duduk kembali di sisi ranjang. Arfan baru tahu satu hal, ternyata tenaga istrinya kuat juga, bisa mendorongnya sampai terjatuh ke lantai.“Abang mau ngapain lagi?” Dea memundurkan dirinya dan menjauh dari Arfan.“Kenapa mendorong saya, Dea?” bukannya menjawab pertanyaan istrinya, Arfan malah menanyakan hal lain.Dea menatap suaminya dengan tatapan waspada, sejak tadi dia selalu membuatnya spot jantung, beruntung ia tidak memiliki riwayat penyakit jantung.“Salah Abang, kenapa melakukan itu padaku,” papar Dea kesal.“Memangnya saya melakukan apa?” tanya Arfan tidak mengerti dengan apa yang istrinya katakan.“Tadi Abang mau--” Dea tidak melanjutkan ucapannya.Arfan menyipitkan matanya, menatap istrinya yang diam dan tidak melanjutkan ucapannya.
BAB 11Hari pernikahan yang ditentukan oleh Arfan tiba. Acara dilaksanakan secara sederhana dan berlangsung di rumah Dea, itu semua atas permintaan Dea karena menyetujui keinginan Arfan untuk menyelenggarakan pernikahan secepatnya. Tidak ada resepsi mewah seperti yang Arfan inginkan, bahkan Arfan hanya boleh mengundang teman-teman dekatnya saja yang menghadiri resepsi pernikahan mereka.Dea menatap pantulan dirinya di cermin yang ada di kamarnya, hari ini ia terlihat sangat berbeda dari biasanya, kebaya putih yang dihiasai payet mutiara membuatnya terlihat sangat anggun dan cantik.“Kamu terlihat sangat cantik, Dek! Arfan pasti langsung terpesona jika melihatmu seperti ini,” Angga menatap takjub adiknya, dilihat dari sisi manapun Dea terlihat sangat cantik dan mempesona.“Terima kasih atas pujiannya, Abang!” Dea menoleh pada Angga, ”baru sadar ya, punya adik yang cantiknya maksimal sepertiku?” Dea menaik turunkan alisnya sambil tersenyum.Angga memutar
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Mga Comments