LOGINVelove masih ragu untuk melakukan rencana Altares. "Ini nanti kalau mereka langsung di nikahin gimana dong?" bisik Velove lagi. "Aman aja, lagian papa udah sering ngomel ke Carlos." Velove akhirnya pasrah saat Altares tetap kekeh mau menghubungi Marko. Dia memilih untuk diam saja. Tapi itu juga ada baiknya mengingat apa yang terjadi kemarin. Biar sat set kata Altares, dan Velove hanya menuruti apa mau Altares hari ini. Marko yang berasa di kantor membelalakkan matanya membaca pesan singkat dari Altares. "Wah, harus cepet cepet ini biar nggak kabur." Marko bahkan meninggalkan meting nya kali ini karena ada hal yang lebih penting lainnya. Tapi saat dia sampai di ambang pintu dia menepuk keningnya pelan. "Lanjutkan meting nya, nanti katakan padaku hasilnya. Jika ada yang macam macam langsung pecat seperti biasa." Marko lalu pergi setelah mengatakan semua itu pada Dirga sang asisten. Dirga menghela napasnya panjang melihat tingkah Marko yang tiba tiba saja pergi da
Tubuh Leticia membeku, mendengar apa yang di katakan oleh Carlos membuat otaknya kosong. "Kenapa malah diam saja, kamu nggak mau nikah sama aku karena aku nggak seperti kak Altares?" tanya Carlos putus asa. Leticia langsung gelagapan, bukan itu yang ada dalam pikirannya. Tapi ajakan Carlos menikah saat ini dan secara blak blakan membuat nya kaget. "Tidak, bukan itu..... kenapa kamu malah berpikiran seperti itu. Apa kamu tak berpikir panjang saat kamu memintaku untuk menikah dengan mu?" Carlos terdiam, dia mulai mencerna perkataan Leticia saat ini. Dia mengusap wajahnya kasar saat dia sadar dia terlalu terburu buru. Apalagi saat mengajak menikah seorang wanita. "Maaf, aku panik tadi." Leticia mengambil napas panjang, sepertinya mereka harus bicara dengan kepala dingin. Tak bisa buru buru seperti ini. Apalagi ini kali kedua mereka bertemu. Rasanya aneh, dan bingung. Bagaimana tidak, pertemuan pertama langsung melakukan itu tanpa saling kenal. Dan kedua kalinya adalah ini.
Di depan Altares dan Velove sekarang terdapat dua orang yang sejak tadi terus menunduk. Velove dan Altares pun hanya diam menunggu mereka bicara. Tapi ternyata tad ada satupun dari Leticia atau Carlos yang mau membuka suaranya. "Jadi, sampai sejauh mana hubungan kalian berdua?" Tiba tiba Altares yang sudah jengah pun membuka suaranya. Dua orang di depannya ini masih setia dengan tak mau membuka mulut sama sekali. Velove yang kesal pun mencubit gemas pinggang Altares. Altares sudah meringis kesakitan saat ini. "Sakit sayang," bisik Altares. "Bikin mereka bicara Al, dari tadi diem semua. Ini bukan ajang buat diem dieman!" gerutu Velove kesal. Altares mengambil napas panjang kali ini, karena benar seperti dugaannya jika Carlos terlihat dengan malam panas dengan seorang wanita yang membuatnya terkejut adalah wanita yang terlibat malah sahabat Velove istrinya. Takdir macam apa yang sebenarnya terjadi."Carlos, jadi kamu nggak mau buka suara? Kalau kayak gitu lebih bai
Carlos yang mendapat pertanyaan dari Altares dan terkesan menyudutkannya itu menjadi panik. Ingatannya kembali pada beberapa malam yang sudah dia lewati. Malam panas dengan seorang wanita yang beberapa hari terus mengirimkan nya pesan tapi tak kunjung di balasnya. Carlos terlalu takut jika wanita itu tahu dia hanya seorang bawahan dan membuat wanita itu kabur nantinya. Altares yang melihat Carlos diam saja merasa aneh. Apalagi baru saja dia bertanya tentang masalah wanita pada Carlos. Puk.... Carlos langsung berjingkat saat Altares menepuk pelan pundaknya. Dan semakin Altares menatap curiga pada Carlos. "Ngapain malah melamun?" Carlos sedikit tergagap, tapi kemudian dia memilih untuk kembali diam dan menyalakan mobil itu. Altares yang melihat Carlos kembali diam tak memaksanya lagi. Dia tak bertanya apapun tapi dalam hati Altares penasaran dengan apa yang terjadi pada Carlos saat ini. # Di sisi lain ... Velove sudah kembali pulang. Dia mondar mandir di ruang teng
Velove dan Leticia sudah selesai dengan kelas mereka. Hari ini Altares tak pergi ke kampus karena dia akan ikut Mahen pergi mengurusi beberapa proyek yang juga melibatkan perusahaan Altares. "Vel, tumben suami kamu nggak nyariin dari tadi?" Leticia merasa aneh, karena siang ini Velove makan di kantin dengan tenang tanpa ada bunyi teror dari ponselnya. "Pergi sama Daddy. Mungkin masih sibuk." Leticia mengangguk mengerti, dia lalu tak bertanya lagi dan kembali menikmati makanannya sendiri. Velove merasa aneh karena hari ini Leticia tak terlihat bersemangat. Biasanya dia akan cerewet dan bercerita macam macam. "Cia, kamu ada masalah?" Leticia yang sejak tadi mengaduk aduk makanannya pun menggeleng cepat. Tapi Velove yang peka dengan perubahan orang sekitarnya tak langsung percaya dengan jawaban itu. Dia ingin tahu apa yang membuat Leticia menjadi lebih pendiam sesaat setelah dia menerima pesan dari seseorang. "Nggak usah bohong. Kalau kamu mau, aku bisa dengerin c
Tubuh Sasi semakin gemetar saat Carlos membongkar semuanya di depan banyak orang. Ibunya Sasi tak lagi bisa menyangkal karena apa yang di katakan Carlos semua kebenaran. Tak hanya itu, Sasi bahkan sampai terobsesi pada laki laki itu dan sampai membuat laki laki itu memilih untuk mengakhiri hidupnya karena takut dengan Sasi. Ibu Sasi ambruk ke lantai, dia tak tahu jika masalah ini kembali terjadi. Mereka mengira jika Sasi akan berhenti tapi pada akhirnya kembali lagi. Dan sekarang yang bermasalah dengan meraka adalah orang orang yang tak akan bisa berkompromi dalam hal apapun. Terlebih putri kesayangan mereka. Belum lagi ternyata laki laki yang di kejar dan di ganggu Sasi adalah suami sah nya. "Jadi apalagi yang ingin kalian bantah? Sudah jelas jika putri kalian melakukan tindakan kekerasan dan bully pada wanita lain. Dan juga setahu ku di kampus Luhan bukan kampus yang terlalu mengekang tapi tetap ada aturan. Tapi putri kalian membuat banyak wanita lain merasa terpojok. Dan tak h







