Beranda / Romansa / JODOHKU MIRIP OM-OM / Bingung dan Heran

Share

Bingung dan Heran

last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-26 00:24:50

🏵️🏵️🏵️

Seminggu berlalu, akhirnya keluarga Om Haris berkunjung ke rumahku. Orang tuanya sangat baik kepadaku, tetapi sangat berbeda dengan Bella—adik bungsunya yang selalu menunjukkan tatapan tajam. Mungkin selisih usia kami sekitar empat tahun, dia lebih tua dariku.

Aku tidak mengerti kenapa pandangannya seperti tidak menyukai diriku. Namun, aku tetap berharap semoga ini hanya perasaanku saja karena sangat tidak baik jika harus berprasangka buruk terhadap orang lain.

Kini, kedua keluarga masih membicarakan rencana pernikahanku dan Om Haris. Laki-laki itu tiba-tiba melihat ke arahku. Kejadian ini tidak seperti biasanya. Dulu, dia tidak pernah menoleh sedikit pun untuk melirikku.

Bagiku, Om Haris adalah laki-laki serius dan sangat jarang mengembangkan senyuman. Namun hari ini, dia menunjukkan jejeran gigi putihnya di hadapanku. Ketampanan yang dia miliki makin sempurna dengan wajahnya yang tampak berseri-seri.

“Kapan pernikahan anak-anak kita dilangsungkan, Pak Budi?” tanya Pak Arfan—papi Om Haris, kepada Bapak.

“Sebaiknya kita tanya mereka, Pak,” jawab Bapak.

“Bagaimana, Haris dan Nak Tika?” Pak Arfan melihat ke arahku.

Aku tidak sanggup memberikan jawaban, bibir ini seolah-olah tidak mampu mengeluarkan kata-kata. Aku hanya bisa menunduk sambil menunggu apa yang akan disampaikan Om Haris. Mungkin lebih baik menyerahkan keputusan ini kepadanya.

“Bagaimana pendapat kamu, Dek?” Laki-kaki itu tiba-tiba bertanya kepadaku. Aku sangat terkejut karena sebelumnya, aku tidak pernah berbicara langsung dengannya.

“Saya ngikut aja.” Aku memberikan jawaban dengan yakin.

“Itu artinya kamu setuju menikah dalam waktu dekat ini karena saya ingin pernikahan diadakan secepatnya.” Dia memberikan pernyataan yang membuatku tidak mampu untuk menolaknya.

“Iya … saya setuju.” Jawaban itu keluar dengan yakin dari bibirku.

“Terima kasih, Dek.” Om Haris kembali mengembangkan senyuman kepadaku.

Walaupun aku belum siap secara lahir dan batin untuk menyandang status sebagai istri, tetapi hati kecilku mengatakan tetap bersedia menikah dengan Om Haris. Semua itu aku lakukan untuk memenuhi permintaan orang tuaku yang saat ini terlihat sangat bahagia. 

Bapak dan Ibu menunjukkan wajah berseri-seri menyambut kedatangan keluarga Om Haris. Mereka terlihat lebih bersemangat dari biasanya. Aku bangga menyaksikan keceriaan yang mereka tunjukkan.

“Baiklah, karena kedua calon mempelai sudah setuju, maka sebaiknya acara pernikahan kita adakan dua minggu lagi.” Pak Arfan menentukan waktu pernikahan tersebut.

Sebenarnya, aku sedikit terkejut mendengar waktu yang telah ditentukan, tetapi aku berusaha tenang agar tidak mengundang kecurigaan di depan anggota keluarga Om Haris. Ternyata dua minggu lagi, statusku akan berubah menjadi seorang istri, mendampingi laki-laki yang tidak pernah ada dalam pikiranku sebelumnya.

“Kenapa diam aja? Pasti langsung setuju, dong, nikah dengan kakakku. Wanita mana, sih, yang nggak mau jadi istri seorang pengusaha sukses di kota ini?” Bella tiba-tiba membuka suara, sambil melihat ke arahku.

“Jaga bicaramu, Bel.” Om Haris memberikan balasan sembari menunjukkan wajah kesalnya di depan Bella.

“Itu kenyataan, Kak.” Bella masih tetap melanjutkan ucapannya.

“Bella! Bersikap sopanlah pada calon kakak iparmu!” Pak Arfan menaikkan suara terhadap anak bungsunya itu.

“Hebat, ya, sekarang. Semua belain dia.” Bella justru tidak berusaha untuk diam.

“Sayang, nggak boleh ngomong seperti itu. Seharusnya kamu bangga dan bersyukur karena Kakak kamu akhirnya bertemu dengan wanita pilihannya. Kita harus berterima kasih pada Tika karena telah bersedia menjadi calon pendamping hidup Kakak kamu.” Bu Shinta—mami Om Haris, memberikan penjelasan kepada Bella.

“Iya, deh, terserah. Di mata keluarga saat ini, Bella yang salah.” Bella berdiri lalu beranjak ke luar rumah.

Aku merasa serba salah dihadapkan pada posisi sekarang ini. Jika aku tidak menerima lamaran Om Haris, orang tuaku akan sangat sedih. Namun, setelah aku menerima pernikahan ini, justru adik kandung Om Haris yang memberikan respons menyakitkan.

Bu Shinta menghampiriku lalu berkata, “Nak Tika, ucapan Bella jangan dibawa ke hati, ya. Kami bersyukur karena kamu besedia menerima Haris sebagai calon suamimu.” 

“Iya, Buk, saya mengerti. Saya tidak tersinggung sedikit pun dengan ucapannya karena saya ikhlas menerima lamaran ini.” Aku berusaha meyakinkan Bu Shinta.

“Terima kasih, Nak Tika.” Bu Shinta menggenggam jemariku.

“Iya, Buk. Sama-sama.” Aku mengembangkan senyuman di depan wanita tersebut.

Om Haris melihat ke arahku dengan senyuman yang tidak dapat kuartikan. Kenapa laki-laki itu sekarang berubah sangat ramah dan tidak dingin seperti biasanya? Aku berusaha membalasnya dengan sikap salah tingkah.

============

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • JODOHKU MIRIP OM-OM    Canggung

    🏵️🏵️🏵️Aku tidak terbangun untuk melaksanakan salat Subuh, badan terasa capek hingga tidak menyadari kalau hari sudah pagi. Aku tidak mengerti kenapa tadi malam tidur sangat pulas dan tidak seperti biasanya.“Pagi, Sayang.” Aku terkejut melihat Mas Haris duduk di samping tempat tidur. Di tangannya ada segelas susu dan beberapa keping roti di piring kecil. “Maaf, Mas, saya kesiangan.” Aku langsung duduk sambil menutupi tubuh dengan selimut. Tiba-tiba aku merasa canggung di depannya.“Kamu tidurnya nyenyak banget, saya nggak tega mau bangunin mandi sebelum salat Subuh.” Aku merasakan pipi ini memanas karena mengingat apa yang terjadi tadi malam.“Seharusnya Mas tetap bangunin saya. Apa kata Papi dan Mami jika mengetahui saya baru bangun?” Aku benar-benar merasa bersalah.“Mereka pasti ngerti, Sayang. Santai aja.” Mas Haris tersenyum kepadaku.“Ngerti apa maksudnya, Mas?”“Ngerti dengan pengantin baru.”“Saya harus gimana, nih, Mas?”“Udah, nggak apa-apa. Ini aja Mami yang minta saya

  • JODOHKU MIRIP OM-OM    Unboxing

    🏵️🏵️🏵️Hati ini masih terus bertanya, kenapa adik iparku sendiri sepertinya sangat tidak suka dengan keberadaanku di rumah ini. Dari awal pertemuan, Bella telah menunjukkan sikap aneh dan tatapan penuh kebencian.Dulu, aku menganggap kalau itu hanya perasaanku saja. Aku tidak ingin berprasangka buruk terhadapnya. Namun, ternyata sikap kasar yang dia tunjukkan di depanku tidak hanya sekali, tetapi ini untuk ketiga kalinya.“Bella mengatakan yang sebenarnya, Pih.” Bella dengan santai memberikan jawaban.“Kenapa kamu ngomong seperti itu, Bel?” tanya Mas Haris kepada adiknya itu.“Apa salah kalau aku jujur, Kak?” Bella justru balik bertanya.“Jaga bicaramu! Tika itu kakak iparmu, istri Kakak. Kamu harus menghormatinya!” Mas Haris menaikkan suara.“Sekarang Kakak udah berani bentak aku hanya karena wanita itu?” Bella menunjuk ke arahku.“Diam kamu, Bella!” Mas Haris terlihat marah.Aku memegang lengan Mas Haris untuk menenangkannya. “Sudah, Mas, saya yang salah. Sebaiknya saya makan di

  • JODOHKU MIRIP OM-OM    Status Baru

    🏵️🏵️🏵️Hari ini, statusku resmi menjadi istri Om Haris. Inilah jalan hidup dan kenyataan yang harus kuhadapi, di mana gadis berusia delapan belas tahun telah memiliki pasangan halal.Resepsi pernikahan berlangsung dengan penuh kemegahan dan kemewahan. Seorang pengusaha sukses yang berasal dari keluarga terpandang, menikahi gadis biasa dan masih sangat muda dibandingkan dirinya.Akan tetapi, selisih usia kami tidak membuatku menyesal atau merasa tidak beruntung. Semua itu kulakukan demi meringankan beban Ibu yang harus rela menjadi tulang punggung semenjak Bapak tertimpa musibah.Om Haris telah berjanji akan membantu kebutuhan keluargaku. Dia juga akan membiayai pengobatan Bapak dan sekolah Tiwi. Aku sangat bangga dan bersyukur karena dengan adanya pernikahan ini, maka orang-orang tersayang tidak akan merasa kekurangan lagi seperti sebelumnya.Sudah terlalu lama Ibu menanggung dan memikul beban menjadi tulang punggung. Saat itu, aku hanya mampu memberikan dukungan kepada beliau agar

  • JODOHKU MIRIP OM-OM    Cincin Pernikahan

    🏵️🏵️🏵️Tiga hari setelah kedatangan keluarga Om Haris ke rumahku, laki-laki itu kini kembali menemuiku lalu menghampiri Bapak yang sedang berada di ruang tamu dan duduk di kursi roda. Aku menyuguhkan minuman kepadanya layaknya sebagai tamu.Saat aku melangkah dan ingin kembali ke dapur, Om Haris justru mencegahku. “Duduk di sini aja, Dek, saya mau ngomong sesuatu.” Om Haris benar-benar berubah menurutku. Sekarang, dia sangat ramah dan tidak cuek seperti biasanya. Dia bersikap seolah-olah kami telah terbiasa dekat satu sama lain, padahal kenyataan sebelumnya, dia tidak pernah menyapaku.Akhirnya, aku duduk di samping Bapak. “Mau ngomong apa?” tanyaku kepada Om Haris.“Saya ingin mengajak kamu cari cincin pernikahan kita. Sebenarnya saya bisa langsung beli sendiri, tapi saya juga ingin agar kamu ikut memilihnya.” Ternyata tujuan laki-laki itu kembali berkunjung ke rumahku untuk menemaninya mencari cincin pernikahan kami.“Tapi ….”“Nggak apa-apa, Nak. Kamu boleh pergi bersama calon

  • JODOHKU MIRIP OM-OM    Bingung dan Heran

    🏵️🏵️🏵️Seminggu berlalu, akhirnya keluarga Om Haris berkunjung ke rumahku. Orang tuanya sangat baik kepadaku, tetapi sangat berbeda dengan Bella—adik bungsunya yang selalu menunjukkan tatapan tajam. Mungkin selisih usia kami sekitar empat tahun, dia lebih tua dariku.Aku tidak mengerti kenapa pandangannya seperti tidak menyukai diriku. Namun, aku tetap berharap semoga ini hanya perasaanku saja karena sangat tidak baik jika harus berprasangka buruk terhadap orang lain.Kini, kedua keluarga masih membicarakan rencana pernikahanku dan Om Haris. Laki-laki itu tiba-tiba melihat ke arahku. Kejadian ini tidak seperti biasanya. Dulu, dia tidak pernah menoleh sedikit pun untuk melirikku.Bagiku, Om Haris adalah laki-laki serius dan sangat jarang mengembangkan senyuman. Namun hari ini, dia menunjukkan jejeran gigi putihnya di hadapanku. Ketampanan yang dia miliki makin sempurna dengan wajahnya yang tampak berseri-seri.“Kapan pernikahan anak-anak kita dilangsungkan, Pak Budi?” tanya Pak Arfa

  • JODOHKU MIRIP OM-OM    Keputusan Mengenutkan

    🏵️🏵️🏵️“Bagaimana mungkin Tika nikah dengan laki-laki yang lebih pantas jadi ayah untuk Tika, Buk?” Aku sangat terkejut mendengar keputusan sepihak dari wanita yang telah melahirkanku.“Ini demi pengobatan Bapak, juga masa depan kamu, Nak.” Ibu memberikan alasan yang sulit aku mengerti.“Kenapa harus dengan laki-laki itu, Buk? Usia kami terpaut dua puluh tahun. Dia lebih cocok dijadikan sebagai om, bukan suami.” Aku tetap berusaha menyadarkan Ibu.“Kamu harus berpikir untuk ke depannya. Hanya dia yang mampu dan bersedia meringankan penderitaan kita. Kamu harus lihat adik kamu yang masih butuh biaya untuk sekolah, sedangkan Bapak sudah setahun ini tidak dapat memenuhi kebutuhan keluarga kita.” “Tapi, Buk ….” Aku menjeda karena tidak tahu harus berkata apa.“Dia orang baik, Nak. Dia juga sangat mencintaimu.”“Apa? Itu nggak mungkin, Buk.”Aku tidak percaya tentang kata cinta yang Ibu ucapkan.“Haris sendiri yang mengatakannya. Dia menunggumu selama berbulan-bulan. Setelah kamu dinyat

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status