Share

Cuti

Auteur: Dian Alfina
last update Dernière mise à jour: 2024-05-28 00:59:50

"Diamlah bajingan! Lebih baik kau tutup mulut baumu itu!" ketus Jeremy.

"Sialan!" gerutu Frans.

Namun, Jeremy tak membalasnya.

Kepalanya kini semakin pusing.

Apa yang dikatakan Frans itu benar. Sebentar lagi Robert pulang dan pasti menanyakan soal anak.

"Argh! Brengsek!" teriaknya.

Anna yang keras kepala ditambah Jeremy yang seenaknya, tidak ada yang saling mengalah. Membuat darah Jeremy selalu mendidih bila berinteraksi dengan Anna.

Jeremy menarik nafas panjang kemudian menghembuskan pelan, mencoba fokus untuk kembali bekerja. "Katakan apa jadwalku sampai minggu depan!"

"Nanti dan besok kau ada jadwal meeting siang. Lusa kau harus terbang ke Singapore selama 3 hari. Dan di hari Sabtu kau ada undangan dari Mr Rafael untuk menghadiri perayaan lamarannya." Frans menerangkan semua kegiatan Jeremy.

Setidaknya Jeremy merasa puas untuk tidak bertemu Anna selama 3 hari, ia bisa merefreshingkan kepalanya meskipun tidak akan bisa. Baru kali ini ada sosok asing yang membuat Jeremy tidak betah berada di rumahnya sendiri.

"Baiklah aku akan siap-siap untuk meeting sebentar lagi," ujar Jeremy.

Tiba-tiba pintu ruangannya dibuka oleh seseorang, "Siapa yang menyuruhmu pergi bekerja anak nakal!"

Jeremy terkesiap melihat Robert datang, pasalnya Robert menyuruhnya untuk cuti terlebih dahulu. Mungkin maksud Robert memberi waktu untuk Jeremy menghabiskan waktu bersama Anna, nyatanya baru 2 menit bersama Anna membuat emosi Jeremy naik sampai ke ubun-ubun.

"Sudah papa katakan kalau papa tidak mengizinkan kau pergi bekerja!"

"Pa dengarkan Jeremy dulu, banyak pekerjaan yang tidak bisa Jeremy tinggal." sergahnya.

"Papa tidak peduli, bukankah papa sudah menyuruhmu untuk cuti hah!"

Kalau sudah begini, Jeremy tidak lagi bisa membantah Robert. "Baiklah aku akan pulang!" sahut Jeremy pasrah.

"Cancel jadwal penerbangannya Frans!" titah Robert.

Jeremy mendelik seketika, "Tidak bisa begitu Pa!" tolak Jeremy. Ia kira Robert menyuruhnya pulang hanya hari ini.

"Kalau kau menolak papa akan tambah cutimu menjadi satu bulan!"

Ingin rasanya Jeremy mengumpat kasar sembari berteriak. Ini gila, jika semua orang mengingkan cuti kerja berbeda dengan Jeremy. Laki-laki itu terlalu menggilai kerja dan ada alasan lain yang membuatnya malas pulang, yaitu bertemu Anna.

"Terserah papa saja!" Jeremy beranjak dari sana dengan wajah penuh emosi.

Frans terkikik geli, baru saja tadi ia bicarakan namun tidak di gubris oleh Jeremy dan sekarang perkataannya terjadi benar.

Jeremy masuk ke dalam BMW keluaran terbaru miliknya, ia mengendarai seperti orang kesetanan. Dan terpaksa ia balik ke mansionnya.

Anna mengerutkan kening saat melihat Jeremy pulang sepagi ini. "Dasar mentang-mentang bos bisa pulang seenaknya!" celetuk Anna asal. Kali ini untung saja Jeremy tidak mendengarnya.

Saat hendak kembali masuk ke dalam kamar, Anna mendengar seseorang datang. Anna menoleh dan melihat Robert, "Selamat pagi menantu." sapanya.

Anna berlalu mendekat, "Selamat pagi Pa. Kapan papa pulang?" Sahut Anna menyambut papa mertuanya datang.

"Baru saja, dan aku langsung pergi ke sini,"

"Papa udah sarapan?"

"Kebetulan belum." kekehnya.

"Kalau begitu mari sarapan dulu Pa," Anna mengajak Robert untuk pergi ke meja makan. Ia mengambilkan nasi dan juga lauk untuk Robert, bahkan Jeremy saja belum ia perlakukan seperti ini.

"Di mana Jeremy, An?"

"Sebentar lagi Anna panggilkan pa." Anna menuangkan segelas air putih untuk Robert.

"Apa anak itu terus bekerja setelah kalian menikah?"

Anna tampak bingung harus menjawab apa, lebih baik ia menjawab dengan jujur. "Iya pa."

"Dasar! Padahal aku sudah menyuruhnya untuk cuti." rupanya Robert belum puas memarahi Jeremy. "Gerald, di mana cucuku itu An?"

Berbeda dengan Jeremy, Robert begitu sayang kepada Gerald. Meskipun ia tau bahwa Gerald bukan cucu kandungnya, namun Robert tidak peduli. Ia sangat sayang kepada Gerald, tidak seperti Jeremy.

"Anna panggilkan dulu ya pa. Tampaknya Gerald akan senang." kata Anna sambil mengulum senyum.

Anna beranjak pergi ke kamarnya guna memanggil Gerald. Dilihatnya anak laki-lakinya itu tampak fokus dengan gambar yang sedang ia warnai, sampai-sampai Gerald tak sadar ada Anna masuk ke dalam kamar.

"Sayang?" panggil Anna.

Gerald menoleh, "Ada apa Mom."

"Lihatlah, ada yang menunggumu di meja makan."

Gerald langsung mengerti siapa yang di maksud Anna. "Kakek?" pekiknya.

Anna mengangguk. Seketika ia berlari ke bawah, terdengar teriakannya memanggil Robert.

"Kakek!"

***

"Oh Astaga cucuku sekarang sudah besar ya?"

Gerald menubruk tubuh pria paruh baya itu, "Gerald rindu kakek." adunya.

"Wah begitukah? Kakek juga rindu Gerald."

Gerald sudah lama tidak bertemu Robert. Robert pun juga tidak bisa menjenguk Gerald setiap hari. Anna merasa lega saat mengetahui ada orang lain di keluarga Jeremy yang menerima Gerald. Dari mata Robert, Anna melihat tulusnya rasa sayang yang dia berikan kepada Gerald.

Baru saja Anna hendak memanggil Jeremy, laki-laki itu turun dari anak tangga.

"Rupanya kau tau papa datang Jer!"

Jeremy masih kesal dengan Robert. "Hmm." sahutnya.

Anna yang mendengar itu memelototkan matanya tajam ke arah Jeremy. Bisa-bisa ia menjawab sekenanya kepada Robert. "Dasar manusia tidak beradab!" batinnya.

"Kalian bersiaplah, papa sudah beli tiket untuk kalian terbang ke Maladewa. Ya itu hadiah pernikahan kalian."

Maladewa atau sering disebut Maldives adalah tempat bulan madu yang sangat cocok untuk pasutri baru. Rupanya Robert sengaja memberikan tiket liburan untuk Anna dan juga Jeremy.

Sontak Jeremy menolak, "Pa! Aku tidak setuju."

Continuez à lire ce livre gratuitement
Scanner le code pour télécharger l'application

Latest chapter

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Penggoda

    "Cih aku saja jijik melihat wajahmu," batin Jeremy ,namun ia tak langsung menangkis wanita itu yang kini menggerayai wajahnya. Jeremy hanya ingin tau seberapa berani ia kepadanya, dan lihat saja apa yang akan Jeremy lakukan. "Oh ya, dengar-dengar kau sudah menikah? Bagaimana dengan istri barumu? Aku tebak kamu tidak bahagia kan bersamanya? Kamu tidak merasa puas dengannya 'kan?" Ia terus mengoceh, sedangkan Jeremy mencoba meredam emosinya sebelum menghempaskan wanita itu dari hadapannya. "Di sini panas, apakah ac-nya rusak? Boleh tidak jika aku membuka kemeja saja, aku sangat gerah Jer," Tanpa rasa malu di hadapan Jermey ia membuka kemejanya hingga menyisahkan bra berwarna merah menyala dengan bawahannya yang masih lengkap. "Nah begini lebih baik." Meski disuguhkan tubuh Maureen, Jeremy sama sekali tidak terangsang. Yang ada di kepalanya hanya bentuk tubuh Anna, bahkan ia terus membandingkan tubuh Maureen dengan body sexy Anna. Maureen semakin berani, sekarang wanita itu d

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Kembali Datang

    Jeremy meringis kecil mengingat apa yang Frans katakan tadi. Ia sendiri bingung antara, apakah dirinya benar menyukai Anna atau tidak, kebimbangan itu membuat kepalanya pusing sendiri. "Kau bodoh atau bagaimana sih Jer?" tanya Frans yang tidak percaya bila Jeremy masih bimbang dengan perasaannya. Jeremy menggeleng polos, seperti anak anjing yang baru melihat dunia. Brak! Reflek pria itu menggebrak kuat mejanya, "Sudah kupastikan, bahwa kau bodoh!" "Sialan! Aku datang ke mari memintamu pendapat, aku tidak tau dengan diriku sendiri," "Shit!" Frans memijat pelan keningnya. Heran dengan kebodohan Jeremy, pantas saja ia selalu dipermainkan oleh wanita. "Menurutmu kau bagaimana? Kau merasa aneh tidak dengan sikapmu?" "Entahlah," jawabnya yang mengundang Frans ingin memukul wajahnya. "Oh bagaimana kalau aku memukul kepalamu di dinding agar sedikit lebih mudah mencerna?" "Boleh, asalkan aku dulu yang melemparmu dari lantai dua belas!" "Ya sudah fikir saja sendiri, bagaiman

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Jeremy Yang Aneh

    Tidak segampang itu ternyata menahan diri untuk tidak berbicara dengan Anna, ia akui dirinya mulai ketergantungan oleh sosok Anna. Seperti barang haram, Anna bisa membuat Jeremy candu semudah itu. Ia buru-buru keluar dan pergi ke kamar anaknya, dengan sangat pelan pria itu membuka kamarnya. Tiba-tiba Jeremy terdiam, ia melihat sang istri tidur memeluk Gerald. Sungguh pemandangan yang cukup membuat pria berdarah diringin itu menghangat, sedikit demi sedikit bongkahan es pada hatinya meleleh. Cinta yang Anna berikan sangat lah tulus, wanita itu yang membuat kehidupannya yang semula gelap menjadi terang. Apalagi Gerald, ia terurus dengan sangat baik. Bolehkah jika sekarang Jeremy benar-benar takut kehilangannya? Wanita yang tidak gila dengan harta, wanita yang sederhana dengan penampilannya, wanita yang sangat sopan dengan tutur bahasanya, wanita yang penuh cinta setiap harinya, relakah bila wanita sesempurna itu hilang dari kehidupannya? Jeremy berjalan mendekat lalu mencium k

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Tidur Bersama

    Anna melihat bibir Jeremy yang mengerucut kesal, "Kau marah?" goda Anna seraya mencolek dagu suaminya. Jeremy melirik sebentar lalu balik membelakangi Anna. Mereka baru saja sampai, tadi tanpa sepengetahuan Anna suaminya itu menjemputnya di sebuah restoran saat bersama Gisela tadi. Setelah mengurus berkas Gerald, Anna dan Gisela memutuskan untuk mampir makan siang di restauran jepang milik teman kuliahnya dulu, di salah satu mall yang kebetulan mereka datangi. Menurut rumor yang beredar saat mereka masih duduk di bangku perkuliahan, pemilik restaurant tersebut yang bernama Tama ini menyukai Anna, tetapi Anna tidak tau itu benar atau tidak. Dan tadi saat Anna berada di restaurant Tama, tiba-tiba Jeremy menyusulnya. Suaminya itu merasa kesal sebab tatapan Tama yang selalu mengawasi Anna. Jeremy melihat secara langsung kala Tama mencuri-curi pandang kepada sang istri. Ia tau itu bukan tatapan biasa, entah Jeremy sedang cemburu atau tidak yang pasti ia tidak suka dengan tatapan

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Jilat Ludah

    "Kenapa Jer?" sahut Anna, namun ia tak menoleh sedikit pun, fokusnya masih pada kembang api yang tengah bersautan di atas sana. "Oh Anna, aku sedang berbicara kepadamu sekarang. Persetan dengan kembang api itu, aku bisa membelikanmu tiga kali lipat nanti, tapi kali ini lihatlah aku," kata Jeremy merengek. Anna langsung menoleh, menangkup pipi pria dihadapannya. Jangan lupakan tinggi Jeremy yang lebih dari Anna, membuat wanita itu harus menjinjit terlebih dahulu. Membutuhkan effort yang cukup lumayan. "Kenapa sayang?" Kali ini bukan pipi Anna yang memerah, melainkan pipi Jeremy. Kata sayang dari mulut Anna itu adalah sebuah hal keramat yang menjadi candu untuk Jeremy. Mulutnya seakan membisu terbius tatapan Anna yang memabukkan. Tanpa basa-basi ia mengeluarkan sebuah kotak beludru dari saku coatnya. Anna yang awalnya tersenyum manis berubah bingung, ia mengendurkan tangannya yang berada di kedua pipi Jeremy. "Jer ...." cicitnya. Jeremy membuka kotak beludru tersebut lalu m

  • Jadi Istri Dadakan Perfect Duda   Sebuah Mitos

    "Kenapa aku selalu suka melihatmu tersipu seperti ini Ann?" Ah sial! Anna tidak bisa mengontrol hatinya, padahal sejak tadi ia berusaha untuk biasa saja namun Jeremy terus-terus menggombalinya. "Jer sudahlah lebih baik kau makan saja, kau tidak bisa melihat wajahku memerah karena ulahmu hah?" Anna tidak peduli lebih baik ia berbicara jujur saja. "Astaga, kau bisa jujur juga ternyata Ann," ungkap Jeremy. "Sudahlah, makanan di depanku jauh lebih lezat keliatannya," "Baiklah, mari makan Ann," "Tapi ini tidak terlalu banyak Jer?" kata Anna melihat berbagai macam menu tersaji di depannya. Jeremy dengan santai mengambil sushi lalu melahapnya, dan Anna menyadari cara makan Jeremy yang begitu rapi meski menggunakan sumpit. Mungkin seorang pembisnis seperti Jeremy dituntut untuk makan dengan tata cara tertentu karena mereka pasti sering menghadiri rapat-rapat tertentu sehingga dituntut untuk terus elegan. Tidak seperti Anna yang terserah saja bagaimana, asal sopan. "Tidak, aku se

Plus de chapitres
Découvrez et lisez de bons romans gratuitement
Accédez gratuitement à un grand nombre de bons romans sur GoodNovel. Téléchargez les livres que vous aimez et lisez où et quand vous voulez.
Lisez des livres gratuitement sur l'APP
Scanner le code pour lire sur l'application
DMCA.com Protection Status