Tangan Eric gemetaran bukan main menanti Sherly memperjuangkan nyawa di meja operasi. Dia berjalan mondar-mandir sambil sesekali melihat pintu bertuliskan 'ruang operasi' dengan waswas berharap seseorang keluar dari sana untuk menjelaskan kondisi gadis itu. Menurut penjelasan dari dokter UGD tadi, Sherly mengalami perdarahan kepala akibat benturan cukup keras hingga mengenai dada. Tak hanya itu saja, ada patahan di beberapa tulang iga dan trauma di bagian organ perut yang mesti dilakukan penanganan secara cepat sebelum terlambat.Yang lebih menakutkan diri Eric adalah selama di perjalanan menuju rumah sakit Sherly sempat sadar sebentar dan berkata kalau dia sangat takut kemudian kembali pingsan. Mendengar kenyataan itu saja, tungkai Eric seakan tak bisa berpijak lagi di tanah. Dadanya sakit juga sesak bersamaan seperti dijejali paksa puluhan batuan. Dia tak bisa membayangkan jikalau nantinya Sherly tak bisa diselamatkan.Andai waktu bisa diulang lagi, Eric rela menukar posisi itu dari
"Mana si kampret itu," gerutu Sherly begitu memasuki area Dragonfly menerobos kerumunan orang-orang yang berjoget di lantai dansa. Suara musik EDM yang memekakkan telinga tidak mampu mengalahkan betapa kencang degup di jantung Sherly. Bukan karena ada perasaan lain yang menelusuk masuk tanpa permisi, hanya saja Sherly ingin membuktikan ucapan Eric kalau lelaki itu benar-benar mengajaknya kencan. Bukannya sama saja? Sisi lain diri Sherly mengejek seolah gadis itu masih enggan mengakui kalau sejujurnya dia masih menaruh cinta pada sang mantan kekasih. Ditambah sudah beberapa kali mereka menghabiskan malam bersama penuh gairah semenjak perpisahan menyakitkan lima tahun lalu. Bibir merah Sherly mencibir membalas sindiran dewi batinnya kalau bercinta itu atas dasar nafsu yang membutakan mata hatinya. Sementara itu sorot mata lentiknya mencari-cari di mana sosok lelaki berjambul ayam berada. Tak sabar, Sherly akhirnya menelepon Eric namun tak kunjung dijawab malah dialihkan ke mailbox. H
Jadi, di sinilah ibu dan anak itu memutuskan untuk menghabiskan waktu bersama. Sebuah restoran bernuansa arab di kawasan Menteng yang menyajikan makanan khas Timur Tengah atas rekomendasi Eveline setelah dipaksa Eric untuk memilih. Mereka duduk berhadapan di kursi kayu berpelitur yang mengilap di bawah temaram lampu sementara meja sudah tersedia beberapa macam menu makanan. Sambosa isi sayur, sup jamur, arabian salad--yang menurut Eric sama dengan salad yang ditemuinya, sampai nasi biryani dengan daging ayam. Tak lupa pula teh Turki sebagai pendamping makanan tersebut. Eric mengedarkan pandangan ke segala penjuru melihat orang-orang tampaknya menikmati hidangan mereka. Aroma daging kambing yang berbaur dengan bumbu-bumbu menusuk hidung lancipnya. Jujur saja, Eric tidak suka daging kambing tapi Eveline malah membawanya ke restoran yang dipenuhi dengan daging itu. Kalau seperti ini, ingin sekali Eric bersembunyi di balik ketiak Sherly dan bergelayut manja di samping mantan kekasihnya s
Jemarinya mengetuk-ngetuk meja di salah satu restoran yang ada di lantai satu SCBD, sorot mata gelapnya tak berhenti menatap lurus ke arah lelaki yang ditemui di kelab malam beberapa waktu lalu. Jika di dunia ini tidak ada istilah hukum karma, mungkin sedari tadi dia menghajar lelaki di depannya ini sampai babak belur. Perlu diketahui, ada satu sisi liar dalam diri Sherly yang tidak banyak diketahui orang-orang adalah dia pernah belajar bela diri sewaktu SMP hingga SMA. Meski sudah belasan tahun lamanya, tak membuat pergerakan untuk melumpuhkan lawan hilang begitu saja. Di sisi kanan Sherly, Sandra yang tadinya sudah hampir tiba di kantor terpaksa turun lagi untuk menemui temannya yang berhasil melumpuhkan Nico. Untuk beberapa saat gadis itu masih mematung tak menyangka kalau Sherly cukup hebat menangkap orang yang membuntutinya diam-diam. Sherly si badass kesayangan Eric itu bak wonder woman rasa lokal yang tak mengenal rasa takut. Jika Sandra lelaki pasti dia sudah menaruh hati pad
Sidang terbuka kasus penggelapan dana yang dilakukan direktur PT. Asa Sehat dan kepala bagian pengadaan rumah sakit Sejahtera digelar di pengadilan tipikor Jakarta Pusat setelah berkas perkara dipindah dari Pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Banyak yang ingin melihat proses pengadilan itu termasuk Sherly ditemani Sandra serta Eveline. Tak luput juga para pengejar berita yang sudah standby sejak sejam lalu demi mendapatkan berita ekslusif. Saat bertemu dengan istri Gatot, Sherly menyorot tajam tanpa mengucapkan sepatah kata sementara ada satu tarikan tipis di bibir tipis sang dokter bedah saraf. Sandra sempat berbisik menyadari ada hal tak kasat mata yang bisa dirasakannya kala memandangi Eveline. Sungguh jauh berbeda dengan aura Eric yang biasanya cengengesan di luar kantor kejaksaan. Sherly mengedikkan bahu tak mau tahu, memilih mendengarkan dengan saksama ketika hakim berperawakan tinggi besar dengan rambut putih mengecek ulang identitas terdakwa yang kini duduk di tengah ruang per
Bukan Eric namanya kalau tidak mengomeli Sherly dari A sampai Z setelah tahu gadis itu hampir ditusuk oleh orang tak dikenal. Meski hanya luka gores beruntung tidak sampai mengenai urat nadi yang bisa membuatnya tewas kehabisan darah. Eric menunggu Sherly di ruang tunggu UGD rumah sakit Sejahtera dan kebetulan adiknya sedang jaga di sana. Awalnya Sherly tercengang dan canggung bertemu bertemu Farah yang sudah lama tak dijumpai, tapi adik Eric yang lebih kalem daripada kakaknya itu menyuruh Sherly untuk bersikap biasa saja. Di ruang tindakan, dengan telaten Farah membersihkan luka Sherly sambil sesekali mengamati wajah gadis yang dulu sangat digilai Eric. Mungkin sampai sekarang, pikirnya. Melihat ekspresi kakaknya sepucat mayat hidup, Farah sudah bisa menebak kalau perasaan Eric belum berubah walau waktu sudah berjalan begitu cepat. Entah apa yang membuat mereka mendadak putus di tengah jalan waktu itu, sampai sekarang Farah tidak bisa memahaminya."Sejak kapan Abang lo pindah dari r