Share

Jalan Bahagia
Jalan Bahagia
Penulis: Alfi riyatin

PROLOG

Ada begitu banyak pertanyaan yang hadir didalam benakku, pertanyaan tentang mengapa, apa dan bagaimana seolah selalu saja menjadi momok dalam keseharianku.

Di tambah, stereotype masyarakat tentang peranan perempuan didalam rumah tangga pun menjadi salah satu hal yang saya pikirkan berulang kali. Pun mimpi  dalam berkarir dan menempuh pendidikan, dalam pandangan masyarakat desa yang masih sangat homogeny wanita dengan mimpi tinggi dan pendidikan bagus, karir cemerlang menjadi terkesan sangat tabu dan tidak pada kodratnya. Bagi masyarakat desa mimpi seperti ini terkesan sangat tidak penting, jika wanita tetap bersikukuh umtuk mengejar dan mewujudkan cita-citanya harus berani menanggung  stigma masyarakat.

 “Bu, bolehkah saya merantau ke kota? Ijinkan saya meminta restu ibu dan bapa” Secarik kertas terselip dibawah tudung saji plastic berwarna ungu.

Seorang wanita paruh baya yang pertama kali menemukan surat itu hanya mampu terdiam, memeluk secarik kertas yang ditulis oleh putri sulungnya mulutnya terkatup rapat namun hatinya berseru malantunkan doa-doa untuk kebahagian dan kelancaran putrinya.

“Kejarlah mimpimu, nduk cah ayu. Biyung dan Bapa hanya mampu memberimu restu dan doa, jadilah bintang seperti yang kau cita-citakan nak. Semoga Allah senantiasa melindungimu ya nduk” Sebuah surat balasan terselip diantara tumpukan buku ujian perguruan tinggi milik putri sulungnya. Afizena tersenyum, tanpa sadar setetes air mata keluar dari mata kananya.

Lusa, Afizena akan berangkat ke Yogyakarta untuk melanjutkan pendidikan serta merajut semua asanya. Bismillah. Semoga Allah menyertai perjalanan ini.

***

Hari  senin bagi sebagian orang merupakan hari yang sibuk dan melelahkan, hari yang sebagaian orang benci karena rasa malas sebab euphoria  weekend masih sangat terasa didada.

Tetapi, tidak dengan gadis berkerudung pasmina pink yang sedari tadi sibuk menyiapkan beratus-ratus paket yang nantinya akan ia kirim ke berbagai penjuru kota, bahkan bukan tidak mungkin nantinya akan sampai ke penjuru Indonesia.

Ia sangat bersemangat, dan tak pernah menyerah.

Wajahnya selalu dihiasi dengan senyum manis dan sifat yang selalu optimis membuat siapa saja yang melihatnya akan tertular virus semangatnya.

"Selamat pagi mbak Afizena, Selamat menunaikan puasa Ramadhan" kata salah satu karyawan Yayus hijab bernama Fitria.

Gadis berpasmina yang tak lain adalah Afizena tersenyum ramah "Pagi mbak Fitri cantik, selamat menjalankan ibadah puasa juga.. jangan lupa..." Kata Afizena menjeda ujung kalimatnya, hal yang selalu ia lontarkan namun tetap saja terkesan menarik untuk karyawanya dengar.

"Jangan lupa?" Ulang Fitri, antusias.

"Jangan lupa bahagia" lanjut Afizena sontak membuat mereka tertawa lepas, entah apa yang membuat kalimat ini terkesan lucu,kalimat  yang Afizena kutip dari salah satu film yang pernah mereka berdua tonton, kalimat yang pernah dilontarkan Dilan kepada Milea padahal tidak lucu sama sekali, namun bagi Afizena  hal ini lucu karena dapat membangun energy positif dipagi hari.

Afizena sangat percaya, jika pagi hari mood kita bagus dan bahagia maka akan mendapatkan dampat positif baik dan berguna untuk seharian ini, pun sebaliknya jika pagi gari mood negative yang menguasai maka bersiap-siaplah mendapatkan tidak kenyaman sepanjang hari penuh.

Afizena adalah orang yang sangat membenci sifat buruk ini.

"Lusa jadi mudik mbak?" Tanya Fitri sembari membantu Afi memberi label  toko pada paket yang tengah ia bungkus.

"Jadi, tapi agak sedikit males" Jawab Afizena lesu.

"Lah kenapa? Mbak kan setahun sekali mudik" Fitri dengan sejuta rasa penasaranya bertanya dengan antusias.

"Nah itu.. masalahnya nanti eyang nanyain calon, tau sendirikan aku jom-- eh Singgle maksudnya"Afizena terkekeh dengan penjabaranya sendiri, tangan yang sedang mengecek jumlah paket yang siap dikirim beralih menuju tumpukan pakaian yang belum dibungkus.

Dengan telaten Afizena mulai memilah satu persatu sesuai pakaian sesuai dengan jenis dan warna pilihan customer.

"Halah mbak, dikasih paket Hijab terbaru kita aja mbak pasti langsung diem" Fitri menaik-turunkan kedua alisnya.

“Aduh”Gaduh Fitri saat kepalanya ditimpuk baju.

"Kayak eyang mempan aja" Sungut Afizena sembari mengulurkan tangan, meminta maaf pada Fitri atas ulahnya yang ia sengaja tadi.

"Ah, nggak usah pulang aja kali ya?" Tanya Afizena kepada dirinya sendiri. “Aduh” Fitri menamplek tangan bosnya kasar.

"Wushhh.. ngawur, nanti adik mbak, neng Ava ngamuk loh" Gemasnya pada Bos yang sudah ia anggap seperti kakak sendiri.

“Iya sih, Ava memang selalu seperti itu” Gumam Afizena membenarkan.

“Fitri!!” Teriak Afi saat  label toko fitri alihkan padanya begitu saja sementara anaknya segera menghilang dibalik pintu  toilet.

“Panggilan Alam!” Teriak Fitri kencang.

______ _ _ _ JALAN BAHAGIA______

Disebuah sisi yang jauh, seorang pilot muda nampak baru saja menerima pesanan kopinya.

"Penerbangan kali ini kemana bang?" Tanya seorang pramugara kepada padanya, sebelum menjawab ia menyempatkan diri menyeruput kopi hitam yang ia pesan tadi "Jogja, Ko. Nanti sekitar jam sembilan" jawabnya sembari meletakan cangkir kopi ketempat semula.

"Wah kita beda jalur bang. Gue ke Balikpapan hari ini" keluh Niko Pradipta Candra atau lebih akrab di panggil Iko. Teman SMA sekaligus teman satu instansi penerbanganya.

"Kenapa lu gitu banget, noh dilihat orang malu, dikira gue doyan elo" Aliadro Adebaran atau akrab disapa Bara.

"Cih.. maap maap aja nih ya, walaupun elo jauh lebih ganteng dari gue tapi status gue jauh lebih tinggi dari elo" Iko menepuk dadanya penuh percaya diri.

"Baru juga pacaran, bangga!" Kata Bara seraya meneguk semua kopinya dan berlalu pergi meninggalkan Iko hingga membuat kawan sejawatnya ini marah-marah sebab ternyata kopi yang Bara pesan belum dibayar.

"Wah sialan Lo bang!" Sungut Iko sembari mengeluarkan selembar uang seratus ribu dan bergegas menyusul Bara.

Ponsel genggam Bara berdering, satu panggilan masuk terlihat dilayar kacanya, saat hendak bara jawab telfon itu mati mendadak disusul dengan sebuah pesan yang masuk.

“Sorry Bro, lupa gua elo bisa aja lagi terbang.  Jangan lupa kalau elu udah sampai Jogja kabari gua, gua punya referensi cewek baru buat elo. Biar nggak jomblo mulu loe”

Bara hanya tertawa membaca pesan singkat tersebut, baginya semua ini terkesan lucu.

Usianya bahkan belum ada 30tahun namun masyarakat seolah gemas dengan dirinya yang sampai saat ini enggan untuk berpacaran atau menjalin ikatan dengan lawan jenisnya. Baginya semua ini belum begitu penting dan ia butuhkan.

Untuk saat ini target hidupnya adalah meningkatkan pengetahuan, wawasan serta membangun relasi yang luas agar sebelum usia 40 tahun ia dapat mencapai target Financial freedom. Namun  stereotype masyarakat yang telah melekat dalam lingkungan sekitarnya seolah mencekiknya dan terasa sangat menghambat aktivitasnya.

Menjadi seorang pilot dengan kisaran gaji 30 juta  nyatanya masih terasa sangat jauh untuk mencapai kebebasan keungan diatas.

“Gak usah ngelamun wahai orang pemuda jomblo. Noh, disamperin neng bidadari” Iko menepuk pundaknya keras.

***

Bersambung…

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status