แชร์

4

ผู้เขียน: fridayy
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-10-08 10:50:39

Di hari yang cerah, Layla tengah disibukkan dengan aktivitas barunya. Sudah sepekan ini Layla menerima orderan aneka kue bolu dan kue basah lainnya. Setelah pertimbangan yang matang, akhirnya Layla menyetujui permintaan bapaknya untuk membuka usaha. Hitung-hitung untuk menambah uang jajan Ibra yang mulai beranjak besar, tidak mungkin juga ia selalu bergantung kepada ibu dan bapaknya terus menerus. Sempat ia berpikir untuk bekerja di luar, namun ia tak tega meninggalkan Ibra dan melewatkan tumbuh kembang anaknya itu.

Alhasil, dalam seminggu ini sudah ada beberapa pelanggan tetap yang setiap hari memesan. Layla bersyukur usahanya diberi kemudahan. Kesedihan serta kemuraman hatinya sedikit demi sedikit teralihkan oleh kegiatan barunya itu.

Suara alarm panggangan berbunyi keras mengejutkan Layla yang tengah melamun. "Astagfirulloh, malah ngelamun!" Layla lantas membuka oven dan mengeluarkan hasil panggangannya.

Layla tersenyum senang kala melihat bolu panggangannya mengembang dan matang sempurna. Ia pun menyimpan loyang yang masih panas itu di atas meja untuk diangin-anginkan. Kemudian ia memanggang kembali adonan yang tersisa.

Tak lama kemudian, Fatma menghampiri Layla dari depan bersama Ibra yang berjalan dengan tampilan rapi khas selesai mandi. Ia dengan riang menghampiri ibunya dan meminta untuk digendong. Layla pun menyambutnya riang dan menciumi aroma sang anak yang wangi dari minyak telon dan bedak bayi.

"Anak ibu sudah ganteng. Wangi..." ucap Layla sembari menduselkan hidungnya ke pipi chuby anaknya.

"Mbu, mau..." ucap Ibra sembari menunjuk deretan bolu yang sudah matang di atas meja.

"Sebentar, ibu sudah siapkan bolu untuk Ibra." ucap Layla sembari membawa Ibra ke lemari piring untuk membawa kue bolu. Layla pun membawa bolu yang sudah terpotong menjadi beberapa bagian itu.

Ibra yang tak sabar lantas mengambil sepotong bolu dan langsung memakannya. Ia sangat senang karena bisa memakan makanan kesukaannya. Layla pun membawa Ibra duduk di kursi makan. "Mbu... enak!!" riang Ibra seraya mengacungkan jari telunjuknya. Layla tertawa menatap jari Ibra yang masih mengacungkan telunjuknya.

"Harusnya jari jempol, Ibra." kata Fatma melihat Ibra yang asik memakan kue bolu dan sesekali mengatakan kata enak.

"Iya... Ibra mau lagi?" tanya Layla saat bolu di tangannya sedikit lagi. Ibra pun mengangguk setelah menyuapkan potongan bolu terakhir.

"Hari ini nambah lagi pesanannya, nak?" tanya Fatma melihat bolu yang sebagian sudah dingin dan masuk ke dalam wadah kotak mika.

"Iya bu, Alhamdulillah." Hari ini Layla mendapatkan pesanan15 kotak bolu. Sedikit lebih banyak dari hari kemarin yang hanya 8 pesanan kue bolu.

"Kamu selesaikan panggangan kamu. Ibu mau ajak Ibra main dulu ke depan."

"Ibu ambil 3 buat Bu Rini. Sisanya buat bapak sama Ardi nanti." ucap Fatma seraya memasukannya ke dalam mika kecil, hendak memberikannya ke tetangga sebelah rumahnya.

"Iya bu."

Sepeninggal Fatma, di atas meja, ponsel Layla berdering nyaring memperlihatkan nama Aleea di layarnya. Layla pun lantas mengangkat panggilan video tersebut. Layar pun berubah menampakkan sosok berkerudung hitam yang tengah berada di sebuah kamar, tersenyum menyapa Layla.

"Assalamu'alaikum, Layla. Gimana kabarnya sekarang?"

"Wa'alaikumsalam, baik alhamdulillah. Kamu gimana?"

"Baik. Aku gak ganggu kan?" tanya Aleea melihat Layla yang tengah mengiris kacang almond di depan layar.

"Enggak. Kamu lagi di asrama?" tanya Layla tanpa menghentikan aktivitasnya. Di seberang, Aleea terlihat sedang memakan salad di meja belajarnya.

"Iya, habis dari kelas, tiba-tiba keinget kamu, aku telepon deh."

"Hmm.. yang lagi sibuk skripsian sampai lupa sama teman."

"Gak lupa, Layla. Aku cuma kasih ruang buat kamu yang masih berduka."

Ada jeda yang Layla lakukan sebelum kembali menyahut pembicaraan. Entah kenapa, kali ini hatinya sedikit ringan, tak sesesak beberapa waktu lalu ketika orang-orang mengatakan sesuatu yang mengaitkannya dengan sang suami.

"Gak kok, masa harus sedih terus. Hidup harus tetap berjalan kan?"

"Ngomong-ngomong, aku baru aja buka usaha kue loh." ujar Layla sembari berjalan menuju oven dan mengeluarkan kue yang telah matang.

"Oh ya? Sejak kapan?" tanya Aleea antusias, ia menatap layar dimana Layla menampilkan hasil karyanya berupa kue yang diberi toping cantik.

"Seminggu yang lalu."

"Pengen deh. Wanginya sampe kecium ke sini." Layla tertawa mendengar penuturan sahabatnya yang terkesan berlebihan itu.

"Makannya pulang dong. Nanti aku kasih yang spesial."

"Iya nanti, pulangnya pas sekalian reuni."

Layla teringat akan kegiatan reuni sekolah Aliyah-nya yang akan diadakan awal bulan depan. Acara tersebut selalu diadakan setiap tahun guna menyambung silaturahmi antar sesama teman.

"Sebulanan lagi dong?"

"Iya, sekalian nebeng sama Om Raffa." Layla terdiam sejenak mendengar penuturan Aleea barusan. Entah kenapa ingatannya tiba-tiba teringat kembali akan kejadian seminggu yang lalu. Namun Layla segera menepis pemikirannya itu dan kembali fokus pada topik pembicaraan.

"Pulangnya sama om kamu?" tanya Layla memastikan.

"Bukannya dia baru kemarin pulang ya?"

"Kok kamu tahu sih?"

Layla gelagapan sendiri mendengarnya, "Waktu itu habis ke rumah ngomongin jual beli tanah sama bapak."

"Iya, tapi untuk bulan depan dia ada jadwal mau kunjungan ke posko mahasiswa yang KKN dari kampusnya, kebetulan lokasinya di kampung sebelah kan." papar Aleea.

Layla terdiam beberapa saat mendengar penjelasan Aleea. Ia kembali teringat akan perkataan Raffa beberapa waktu lalu mengenai maksud keinginannya. Namun setelah itu, mereka tidak lagi berinteraksi, Raffa seolah menghilang ditelan bumi. Layla merasa bahwa lelaki itu hanya iseng atau penasaran saja dengannya.

Namun ketika mendengar penjelasan Aleea tadi, entah kenapa Layla merasakan gelisah dalam dirinya. Apakah mereka akan kembali bertatap muka?

"Ngomong-ngomong nanti reuni kamu bakal dateng kan?" tanya Aleea ke arah topik pembicaraan lain.

"Insyaallah." jawab Layla ragu.

"Harus dateng dong, bareng sama aku ya?"

Layla mengedikkan bahunya tak tahu. Ia merasa reuni kali ini tak membuatnya antusias, mungkin karena masih dalam suasana berkabung dan tidak ada Raihan yang menemani nantinya.

"Apalagi si Riko nanyain kamu terus, Layl. Dari kemarin-kemarin ngewanti-wanti terus, pokoknya si Layl harus hadir. Kalau gak mau hadir kudu dipaksa, katanya."

"Dih apaan sih." Layla mendelik tak suka. Akhir-akhir ini dirinya selalu menjadi bahan godaan orang-orang dengan setiap lelaki yang dikenalinya.

"Gak nyangka aja tuh cowok masih ngejar kamu ya." ujar Aleea tanpa memperhatikan mimik muka Layla yang berubah masam.

"Udah ah, malah ngomongin cowok ke aku. Kenapa sih orang-orang ngomongin cowok terus ke aku? Kayak... Emang gak ada pembahasan lain apa?"

"Soalnya dengan status kamu yang baru ini, cowok-cowok pada nungguin kamu, Layla."

Layla mencebik, "Lebay deh."

Meskipun Layla menyadari bahwa beberapa waktu ini ada beberapa pria yang menyapanya meskipun hanya melalui pesan w******p. Dan Layla merasa risih dengan kelakuan mereka.

"Kalian yang ngomong kayak gini tuh, kayak gak ngehargain aku, gak ngehargain almarhum Mas Raihan, tau gak sih?! " ujar Layla datar, menahan sesak di dada.

"Maaf Layla, aku gak maksud begitu. Jangan marah lagi ya?"

"Layl... marah beneran nih??..."

"Maafin aku..." Rengek Aleea, namun Layla tetap bergeming dan melanjutkan mengiris kacang almond nya.

"Layla.. maafin aku ya udah nyinggung hal begituan... Kenapa sih? Sini cerita." Aleea pantang menyerah, ia kembali meminta maaf dengan rengekannya.

Layla merasa jengah mendengar rengekan itu, ia pun menatap Aleea dan berkata, "Gak ada yang perlu diceritain, lagi kesel aja."

"Janji gak diulangi."

Layla pun berdehem menanggapinya.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Janda Cantik Milik Pak Dosen   24

    Di depan sana, muncul Nisa yang dengan wajah penuh amarahnya menghampiri Pak Usman yang terkejut. Perempuan itu tanpa mengucapkan salam dan malah meneriaki nama anaknya langsung menerobos masuk tanpa sopan santun.Ustadz Khairil yang saat itu tenga berbincang ringan dengan Pak Usman ikut terkejut dan melihat kembali perempuan yang waktu itu ada dalam kejadian yang menimpa menantunya."Ada apa kamu datang kesini langsung marah-marah?!" tanya Usman berang. Usman yang sudah tahu akan kejadian yang menimpa anaknya merasa marah karena Nisa datang mengacau disaat kondisi Layla masih terpuruk.Fatma dan Firda terlihat jeluar dari kamar untuk mengetahui penyebab kegaduhan terjadi."Mana anak perempuan bapak yang sok suci itu?! Aku harus memberi pelajaran kepada perempuan gatal itu!""Bicara apa kamu?! Mulut kotormu tidak pantas mengata-ngatai anakku!" ujar Usman dengan dada yang naik turun pertanda tengah emosi."Mulut kotorku jauh lebih

  • Janda Cantik Milik Pak Dosen   23

    Sudah dua hari Raffa menghabiskan waktunya di rumah sakit. Kondisi bapaknya yang belum sadar membuatnya begitu khawatir dan berharap sang bapak segera sadar. Hari ini seharusnya ia kembali ke Jogja untuk kembali melakukan rutinitas mengajarnya disana. Namun karena keadaan darurat seperti ini, Raffa bersama Aleea memutuskan untuk menunda keberangkatannya beberapa hari. Saat ini Raffa tengah sendirian menunggu Sudirman di ruang rawatnya. Aleea sendiri saat ini masih berada di rumah sebelum siang nanti ia datang dan mengganti Raffa berjaga sementara pamannya itu beristirahat di rumah. Raffa menghela nafas gusar, entah kenapa ia merasa gelisah tanpa alasan. Lelaki itu kemudian menatap bapaknya yang terbaring di atas ranjang, mungkin karena sang bapak yang belum juga sadar, menjadikan perasaannya semakin gelisah tak menentu. Tak lama, pintu diketuk, lalu terbuka menampakkan dua orang yang dikenalnya. Salma, sang kakak nampak berjalan menghampiri ranjang bapaknya. Anak pertama Sudirm

  • Janda Cantik Milik Pak Dosen   22

    Layla merasa harinya tidak ada yang baik sejak kejadian sore itu, karena malam harinya, Nisa dengan amarah yang meluap kembali menemui Layla di rumah Pak Usman. Dengan teganya ia melempar beberapa box kue yang tidak terjual ke hadapan Pak Usman dan Bu Fatma. Keduanya begitu terkejut dan tersinggung melihat kedatangan Nisa yang langsung melempar box kue seraya berteriak marah-marah mencari anaknya.Mereka benar-benar belum mengetahui kejadian sebelumnya karena sepulangnya Layla yang diantar mertuanya, perempuan itu hanya terdiam sambil berlalu masuk ke dalam kamarnya.Dan hingga saat itu, Layla tak kunjung keluar kamar. Keduanya merasa terheran dan juga khawatir melihat kondisi dan penampilan Layla yang acak-acakkan."Ada apa sebenarnya? Kenapa kamu datang kesini dan langsung marah-marah?!" tanya Usman panik melihat kotak yang masih berisi kue berserakan di lantai rumahnya. Usman yang kala itu membuka pintu, langsung diserbu lemparan kotak kue ke lantai yang dilakukan Nisa.Nafas Nisa

  • Janda Cantik Milik Pak Dosen   21

    "Reza?"Suara derasnya hujan seolah menghilang dikala keresahan melanda diri Layla. Suasana yang sepi di sebuah bangunan tua di pinggir perkebunan membuat tak ada siapapun pejalan lain disana terlebih hujan sedang turun begitu deras.Layla memundurkan langkahnya melihat Reza yang kini sepenuhnya memusatkan perhatian kepadanya.Seringai lebar ditambah asap rokok di sekitar wajahnya membuat sosok Reza terlihat semakin menakutkan."Wah, kehujanan juga, Layla?" tanya Reza seraya menginjak puntung rokok yang masih menyala."Sepertinya kamu kedinginan, mau bantu kuhangatkan?""Janda seperti kamu pasti butuh yang namanya kehangatan laki-laki, kan?""Jangan bicara sembarangan kamu!" bantah Layla keras, merasa marah akan tuduhan tak berdasar itu."Halah, jangan munafik kamu. Orang-orang juga sudah tahu kamu berhubungan dengan lebih dari satu lelaki!""Astagfirulloh, itu fitnah!""So' suci kamu! Sekarang

  • Janda Cantik Milik Pak Dosen   20

    Yasmin yang sedari tadi memperhatikan, merasa penasaran dan diam-diam mengikuti Raffa di belakang sana. Di dalam kedai, tepatnya di meja paling ujung, terdapat Aleea yang juga tengah bersama sosok yang dikenalnya, Layla. Dan juga lelaki sama yang kini kembali duduk di kursi, di samping Layla. Hal itu menjadi tanda tanya bagi Yasmin, apa sebenarnya hubungan Raffa dengan adik iparnya itu.****Beberapa saat kemudian, Layla menatap jam di layar ponselnya yang sudah menunjukkan pukul 11 siang. Ia kemudian menatap Aleea yang sekarang lebih banyak terdiam."Kayaknya aku harus pulang sekarang, deh. Ibra sudah pulang ke rumah." ucap Layla mengingat anaknya yang ikut pergi berbelanja ke pasar bersama nenek dan kakeknya.Aleea menatap Layla sejenak, sebelum kemudian menatap pamannya, "Pulang bareng aja. Ayo om, kita pulang." ujar Aleea memutuskan. Ia ikut berdiri dan membawa tasnya."Loh? Bisa saja Mas Raffa belum selesai nugasnya?" tanya Layl

  • Janda Cantik Milik Pak Dosen   19

    Aleea tak menyangka keberadaanya sekaranh kini terlihat lebih menakutkan dibanding skripsinya yang tak kunjung selesai. Di sekelilingnya, duduk beberapa golongan laki-laki dan perempuan, dimulai dari yang tua sampai bayi pun ada. Namun yang terutama, semua pria tua disana bukan orang sembarangan, mereka adalah para sesepuh kampung dan pemuka agama dari beberapa desa.Mereka terlihat asik bercengkrama saling melempar kata yang Aleea dengar sangat berbobot, dan daging sekali dalam beradu argumen.Namun bukan itu keresahannya saat ini. Tepat di hadapannya, duduk sesosok yang sesekali menatapnya dengan sorot tak suka. Sosok yang secara sengaja tadi ia halangi saat hendak menghampiri sahabatnya itu.Aleea benar-benar ingin kabur dari tempat itu sekarang juga, namun tangan sang abah yang selalu memegangnya membuat Aleea tak bisa kemana-mana, seolah abahnya itu tahu bahwa ia akan melarikan diri dari sana."Nak Wildan bagaimana kabarnya? Masih betah sendi

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status