Kedatangan Tria yang didampingi oleh Beno dalam rangka menghadiri undangan tasyakuran langsung disambut dengan hangat serta suka cita oleh keluarga besar Haji Ramli.Mengingat undangan tasyakuran tersebut merupakan sebuah refleksi dari rasa ungkapan syukur atas kelulusan sang putra bungsu yang baru saja sukses menjalani pendidikan Bintara Polisi di SPN Karombasan Manado, guna menjadi seorang aparat penegak hukum di masa yang akan datang, jadi rasanya wajar saja jika kehadiran Tria yang saat ini menjabat sebagai Kapolsek di wilayah tersebut terkesan sebagai tamu kehormatan bagi keluarga besar Haji Ramli.Haji Ramli bahkan terlihat sangat antusias dan beliau sendiri langsung menyongsong kedatangan Tria dengan senyum semringah."Assalamualaikum ...""Waalaikum salam ..."Sapaan salam Tria telah dibalas bersahut-sahutan baik oleh pihak keluarga maupun para tamu undangan yang sudah terlebih dahulu memenuhi pekarangan depan rumah Haji Ramli yang dihiasi tenda.Tak dipungkiri kehadiran pria
"Baiklah, kita menanjak pada point acara selanjutnya yakni sambutan, yang pada kesempatan ini akan dibawakan oleh Bapak Kapolsek, yang kami sapa dengan hormat Bapak IPTU Satriadi Narajendra, kepada Bapak dipersilakan."Seperti kata pepatah, pucuk di cinta ulam pun tiba.Seolah mengetahui secara pasti isi hati para anak gadis juga tak ketinggalan emak-emak yang begitu ingin melihat sosok menawan Pak Kapolsek dengan sepuas-puasnya, pada akhirnya point demi point dari susunan acara yang terlewat pun tiba di titik acara yang ditunggu-tunggu.Apalagi kalau bukan sambutan dari Pak Kapolsek idaman ...?Decak kagum serta kasak-kusuk seru kembali mewarnai begitu sosok tubuh tinggi tegap milik Tria terlihat berdiri dari duduknya, kemudian melangkah pasti kearah mimbar yang tersedia.Sementara itu ...Tepatnya di deretan paling kiri, di jajaran kursi ketiga dari belakang.Seperti biasa sosok Senja bahkan tidak pernah ingin terlihat begitu menyolok oleh siapa saja, terlebih lagi oleh seorang pria
Kurang dari lima menit pertama, Tria mengawalinya dengan salam, menyapa hormat keluarga selaku tuan rumah begitupun dengan para tamu, lalu dilanjutkan lagi dengan kalimat pendahuluan yang standar.Selesai dengan semua itu, Tria mulai masuk pada bagian inti dari sambutannya kali ini, yang pastinya berkaitan dengan maksud diadakannya tasyakuran yang secara tak langsung berhubungan erat dengan peran serta dirinya sebagai orang yang sudah seharusnya menjadi panutan terlebih khusus bagi Bripda Hardanu Wahyudi Ramli, yang baru saja resmi bergabung dalam institusi Polri."Untuk Bripda Hardanu. Hal yang tak kalah penting, yang harus selalu kita tanamkan dalam diri kita sebagai seorang aparat penegak hukum, agar kita senantiasa bisa menjadi pribadi yang teladan bagi masyarakat. Seperti yang tercantum pada Pasal 13 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002, yang mengurai dengan begitu jelas bahwa tugas pokok dari kepolisian adalah memelihara keamanan serta ketertiban masyarakat, menegakkan hukum, member
"Kami bersedia, Pak ...""Tentu saja kami senang dengan kegiatan seperti itu, Pak Kapolsek ...""Kami pasti akan menyambut kedatangan Ibu Kapolres dengan senang hati, Pak ...""Iya, Pak, kami sangat senang ...""Pokoknya kami emak-emak swmuanya, mendukung apapun kegiatan Pak Kapolsek ...!"Beragam tanggapan yang positif cukup melegakan hati Tria, meskipun sosok yang diam-diam selalu ia curi pandang itu tetap saja lempeng, seolah tak terpengaruh sedikit pun oleh euphoria tersebut.Dimata Tria, Senja adalah satu-satunya orang yang terlihat tidak memiliki antusiasme yang sama dengan ibu-ibu yang lain.'Ada apa sih dengan dia? Jangankan emak-emak, bahkan para remaja dan bocah-bocah aja terlihat bersemangat ... Tapi dia malah melipat wajahnya kayak gitu ...'Tria bergumam dalam hati, menyadari bahwa tak ada satu pun yang berubah dari sosok Pelangi Senja.Wanita itu masih sama seperti enam bulan yang lalu, saat pertama kali Tria mengenalnya.'Ternyata dia masih aja kaku, angkuh, gak suka se
Senja sampai dirumah bertepatan dengan usainya Adzan Ashar yang berkumandang dari toa Masjid.Mendapati hal tersebut, buru-buru ia mengambil wudhu dan menunaikan sholat Ashar di rumah terlebih dahulu karena takut tidak keburu jika dirinya memaksa sholat di Masjid.Tadi saat Senja berada dalam perjalanan pulang Umi Zahra yang merupakan istri Ustad Ibrahim kembali menelpon untuk mengecek keberadaan Senja.Rupanya Umi Zahra hanya ingin memastikan kedatangan Senja, karena ternyata rombongan Ibu-Ibu dari Polsek Beo sudah tiba di Masjid bahkan sebelum beduk Ashar berkumandang.Dua buah mobil dengan logo Bhayangkara sudah terparkir manis di halaman Masjid saat Senja tiba.Mendapati pemandangan tersebut entah kenapa jantung Senja ikut berdebar tak karuan, saat otaknya tiba-tiba langsung kepikiran sesosok wajah rupawan dengan sepasang mata elangnya yang awas."Assalamualaikum ..." Senja mengucap salam tepat di pintu Masjid sebelah timur."Waalaikumsalam ..."Jawaban dari salam Senja yang merup
"Nja, kesini sebentar ..." suara panggilan Umi Zahra membuat Senja mati kutu. Sehingga meskipun dengan berat hati, mau tak mau langkah Senja kembali terayun mendekat."Iya Umi?""Ini, diterima dulu uang konsumsi dari Pak Kapolsek ...""Baik Umi ..."Dengan ekspresi datar, akhirnya Senja menerima uluran tangan Tria yang tengah menyodorkan sebuah amplop kearahnya."Terima kasih.""Sama-sama ..." Tria tetap tersenyum, meski tau senyumnya tak pernah berbalas. "Gak diperiksa dulu uangnya?""Gak perlu." pungkas Senja tanpa ekspresi.Senja tau ia agak terkesan kurang sopan terhadap sosok yang kenyataannya begitu disegani dan dihormati oleh semua orang.Tapi mau bagaimana lagi?Senja justru lebih tidak ingin hatinya terkontaminasi dengan ikut-ikutan terpesona pada sosok Tria seperti yang lain.Kalau barisan emak-emak begitu mengidolakan sang Kapolsek muda nan menawan, atau barisan gadis-gadis belia yang diam-diam ikut-ikutan mencari perhatian, semua itu bisa dipahami meskipun bentuk rasa kagu
Demi mengantarkan Senja dan Mpok Hindun pergi ke pasar tradisional sesuai tawarannya pada beberapa saat yang lalu, alih-alih memerintahkan salah satu anak buahnya, dalam sekejap Tria justru berubah pikiran dengan begitu mudah."Pak Kanit ..." panggil Tria seraya mendekati Stenly, yang kebetulan menjabat sebagai Kanit Sabhara di Polsek Beo.Stenly yang kala itu sedang duduk sambil mengurai buntalan tali rafia untuk mengikat ujung tenda tambahan yang didirikan tepat disamping halaman masjid sontak mengangkat wajahnya."Siap, Ndan?" jawab Stenly dengan sigap, langsung berdiri begitu menyadari kehadiran Tria yang sudah berdiri tepat dihadapannya."Pak Kanit, boleh saya pinjam mobilnya sebentar? Saya gak enak pake mobil dinas karena saya mau mengantarkan Ibu Senja dan Mpok Hindun ke pasar, untuk berbelanja kebutuhan pada kegiatan besok ..." ucap Tria panjang lebar dan to the point, saat menguraikan maksud dan tujuannya yang hendak meminjam mobil pribadi milik anak buahnya itu."Siap, Ndan.
Braaakkk ...!!Gubraaaaaakkk ...!!"Elahdalahhhh ... Suara apa itu ...?!"Bukan hanya Mpok Hindun yang terlihat kaget setengah mati, karena pada kenyataannya Senja pun tak kalah terjingkat hebat meskipun ia tidak sampai ikutan latah seperti halnya Mpok HIndun."Itu suara apaan sih, Nja ...?""Gak tau juga, Mpok, kira-kira itu suara apa ya ...? Kayak bunyi benda yang jatuh atau apa ya ...?" Ucap Senja malah balik bertanya, sembari buru-buru menaruh beberapa buah kresek besar berwarna hitam yang sedari tadi ada ditangannya di lantai, dan beberapa lainnya keatas tumpukan karung beras yang berjejer,"Gimana sih, Nja? Aku yang nanya duluan, egh, kamu malah balik nanya ...""'Ya gimana, Mpok? Aku juga gak tau itu bunyi apaan ..." balas Senja, malah jatuhnya jadi sedikit lucu, padahal barusan mereka berdua sama-sama hampir copot jantung karena terkejut."Ini kembaliannya, Nja ..."Kehadiran Mbak Yul si pemilik kios sembako yang berjalan keluar sembari menyodorkan dua lembar uang pecahan sep