Share

Bab 4

Setelah lama berbincang, Erryana kembali ke ruangannya. Netra cantik Alice terpaku pada sebuah berkas yang harus ditanda tangani oleh Raymond saat ini. 

Ia menatap jam ditangannya, dan terlihat waktu sudah menunjukkan pukul sembilan pagi.

Alice yakin, Raymond pasti sudah datang dan berada di ruangannya.

Alice berjalan cepat menuju ruangan bos-nya.

Sesaat, ingatan hari kemarin kembali muncul difikirannya. Alice menghela nafas, rasanya, ia tak ingin mengalaminya untuk kedua kali.

Alice berjalan menuju ruangan Raymond dengan berkas ditangannya.

Ia mengetuk dan memutar gagang pintu ruangan itu. Dengan langkah pasti, Alice berjalan mendekati meja Raymond. Tatapan lelaki itu, selalu membuat degup jantung Alice tak beraturan.

"Permisi, Pak. Ini ada berkas yang harus ditanda tangani."

Alice meletakkan lembaran berkas dimeja bos-nya. Raymond mulai membuka dan membaca perlahan berkas itu.

Raymond mengangguk pelan dan mengambil pulpennya. Coretan tanda tangan, Raymond lakukan sesuai perintah Alice. Setelahnya, Alice kembali mengambil berkas tersebut.

"Terimakasih, Pak."

Alice membalikkan badannya hendak berjalan keluar. 

"Tunggu, Alice!" seru Raymond.

Alice terkejut dan menghentikan langkahnya.

Ia kembali menoleh menatap bos-nya itu.

Raymond berjalan mendekat, dan berhenti di hadapan Alice. 

"Saya merasa tidak nyaman atas pertanyaan saya kemarin. Untuk menebus kesalahan, saya ingin mengajak kamu makan siang, bisa?" tanya Raymond dengan mimik serius.

Alice terdiam, Raymond mengajaknya makan siang atas dasar ingin menebus kesalahan.

Alice sedikit ragu mengingat ucapan Olive kemarin. Tetapi, jika ia menolak, pasti akan membuat atasannya merasa tersinggung.

Ia kembali menatap pria bermata teduh itu dan mengangguk pelan.

"Bisa, Pak."

Sedikit gugup, namun dengan jelas Alice menerima ajakan itu.

Senyum mengembang terukir dibibir Raymond. Karena tak ada lagi pembicaraan diantaranya, Alice memutuskan untuk kembali ke ruangannya.

"Kalau begitu, saya permisi, Pak."

Alice berjalan ke arah pintu. Karena sedikit terburu-buru, Alice tersandung dan-

Slaappp.

Tubuhnya tertahan oleh tangan dan tubuh tegap Raymond, sehingga Alice tidak terjatuh. 

Wajahnya menoleh dan tatapan mereka pun beradu. Debar jantung Alice, mungkin terasa oleh Raymond saking kencangnya.

Tak dipungkiri, lelaki itu begitu tampan dimata Alice. Secara bersamaan, perasaan nyaman hadir saat itu juga.

Entah berapa lama mereka saling menatap. Sampai akhirnya, seorang wanita dengan lingery hitam datang dan melihat keduanya. Dengan cepat, Alice melepaskan tubuhnya dari Raymond.

Raut kemarahan tergambar jelas diwajah wanita itu.

"Kalian.. kurang ajar! Perempuan murahan!!"

Wanita dengan rambut curly itu, hendak menampar Alice. Dengan sigapnya, tangan Raymond menahannya. 

"Keterlaluan kamu Ray! Lepaskan!" wanita itu terus berontak.

"Cukup, Olive! Kamu yang keterlaluan!" tegas Raymond.

"Be-benar, saya tidak melakukan apapun dengan Pak Raymond," Alice mencoba membela diri.

"Diam kamu! Dasar wanita murahan!" 

Amarah Olive semakin meledak. Wajahnya kian memerah dengan dada yang naik turun. 

Alice bergegas meninggalkan keduanya sebelum kegaduhan itu semakin panjang.

Alice berjalan cepat dan bertemu dengan Erryana. Ia segera menarik tangan Erryana menuju ruangannya.

Erryana terheran melihat sikap Alice seperti itu. Dengan nafas yang masih memburu, Alice duduk bersamanya.

"Kamu kenapa Alice?" Erryana mulai penasaran.

"Tunangan Pak Raymond datang dan langsung salah paham. Dia melihat aku di ruangan Pak Raymond dan hampir menamparku, Er," jelas Alice dengan mengatur nafasnya.

Mata Erryana membulat.

"Memangnya kamu melakukan apa sama Pak Raymond sampai dia salah paham?" tanya Erryana.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status