Share

Bab 7

Erryana mengangguk pelan dan tersenyum. Ia mengedipkan sebelah mata kepada Alice dan berjalan keluar meninggalkan keduanya. Setelah pintu tertutup, Alice merasa kurang nyaman. Raymond mengalihkan pandangan kepada Alice yang terlihat kaku dalam duduknya.

"Tolong siapkan berkas untuk meeting kita besok," ucap Raymond.

Netra cantik Alice membulat. Pikiran aneh yang muncul difikirannya, kini seakan pecah begitu saja. Pipi Alice seketika memerah, ia benar-benar malu pada dirinya sendiri.

Ternyata Raymond hanya menyuruhnya untuk menyiapkan berkas.

"Baik, Pak. Secepatnya saya siapkan."

Raymond menarik sudut bibirnya. Ia berjalan keluar tanpa menoleh sedikitpun. Alice menghela nafas panjang dan menyandarkan punggung dikursinya.

*

Beberapa menit berlalu, Alice masih fokus dalam kerjaannya. 

Erryana kembali muncul dan mendekat ke arah Alice. Senyum mekar terus ia perlihatkan dibibirnya.

Alice meliriknya heran.

"Bicara apa si Bos tampan itu?" tanya Erryana.

"Dia hanya meminta disiapkan berkas untuk meeting besok," jawab Alice.

Erryana membulatkan bibirnya mendengar ucapan Alice.

"Ya sudah, pulang yuk!" ajak Erryana.

Tatapan Alice beralih pada jam ditangannya. 

Alice segera merapikan semua barang dan bangkit dari duduknya.

Mereka berjalan menuju parkiran, terlihat kantor mulai sepi karena karyawan lain telah pulang.

Alice akan pulang bersama Erryana. Sesaat Alice hendak masuk, ia terkejut saat tangan Raymond menggenggamnya. Ia menarik Alice masuk ke dalam mobilnya. Erryana bingung dengan mulutnya yang sedikit terbuka, melihat sikap bos-nya itu.

"Alice pulang bersama saya, Erryana," ucap Raymond.

Erryana mengangguk tanpa mengucapkan apapun. Raymond berlari ke arah kemudi dan mulai melajukan mobilnya. Di dalam perjalanan, Alice hanya diam. Raymond sesekali menatapnya, tetapi Alice hanya menatap lurus pada jalanan.

"Apakah kamu tidak nyaman aku antar pulang?" tanya Raymond dengan hati-hati.

Raymond memberikan pertanyaan yang membuat Alice menatapnya. Ia sedikit canggung, namun berusaha menenangkan diri dan fokus pada kemudinya.

"Saya hanya tidak enak pada Erryana, Pak," jawab Alice.

"Kamu tenang saja, Erryana sudah menyetujui kalau kamu pulang denganku," ucap Raymond.

Mobil terus melaju menembus jalanan kota Yogyakarta. 

Selang menit berlalu, mereka sampai di depan rumah Alice. Rumah dengan pagar sederhana dan beberapa pot bunga di halamannya. 

Raymond mengikuti Alice menuju teras rumah. 

Sesaat, ibu Rima keluar bersama Reno.

Ia terkejut melihat Alice pulang dengan seorang pria.

"Alice, kamu sudah pulang. Ini, siapa?" tanya ibu Rima.

Raymond tersenyum dan mencium punggung tangan wanita paruh baya itu.

"Ibu, ini, Pak Raymond, Bos Alice di kantor. Pak Raymond, ini, Ibu saya, dan Reno, anak saya," ucap Alice.

Sontak Raymond menyapa ibu Alice dan anak lelaki dua tahun itu. Ia mencoba akrab dan berkenalan dengannya. Kehadiran Raymond disambut hangat oleh ibu Rima.

"Ya sudah. Ayo masuk dulu," ucap ibu Rima.

Alice masuk di ikuti dengan Raymond. Mereka duduk di sofa bersama Reno. 

Reno terlihat bergembira dan terus dekat dengan Raymond.

Ibu Rima berlalu ke arah dapur dan kembali dengan membawa nampan berisikan dua gelas teh hangat. Senyum terukir dibibir wanita paruh baya itu. Dengan hati-hati, ia meletakkan tehnya dimeja.

Raymond asyik bercanda dengan Reno. Terlihat keakrabannya bersama anak semata wayang Alice.

Ibu Rima duduk di samping Alice. 

"Nak Raymond, silahkan diminum teh nya," ucap ibu Rima.

"Oh iya, terimakasih, Bu."

Raymond mengambil segelas tehnya. Ia meminumnya dengan sedikit memejamkan mata. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status