Share

Bab 3

Alice menutupi tangannya dan berharap ibunya tidak melihat. Ia tak ingin ibunya khawatir karena insiden tadi pagi.Terpaksa, Alice harus berbohong demi kebaikan semua. Biarlah kejadian yang menimpanya, hanya Alice yang tahu.

"Tadi kerjaan Alice sedikit, Bu. Jadi, bos mengizinkan pulang cepat."

"Kamu yakin? Tidak ada masalah dalam pekerjaan kamu, kan?" tanya Ibu Rima menatap anaknya.

"Tidak, Bu. Ibu tidak usah khawatir, semua baik-baik saja. Alice mengganti pakaian dulu," ucap Alice.

Ia beranjak masuk ke kamarnya. Sejenak, Alice menatap dirinya di depan cermin. Ia menghela nafas panjang mengusap lengannya. Kenapa dirinya harus mengalami hal seperti ini?

Di saat perasaan terhadap Raymond muncul, justru membuat dirinya berada dalam bahaya. Bayangan kejahatan Olive tergambar difikirannya. Jika dengan dekat saja bisa membuat tangannya sakit, apalagi mempunyai hubungan lebih. Mungkin, dirinya bisa mati ditangan wanita itu.

Alice membuka lemari dan memakai pakaian rumahannya. Ia kembali menemui anak dan ibunya di ruangan televisi. 

***

Malam ini, Alice tengah menemani Reno yang hendak tidur.

"Alice, makan malam sudah siap!" 

Terdengar ibunya memanggil untuk makan malam. Reno sudah mulai terlelap, Alice menggendong balita kesayangannya menuju kamar. 

Dibaringkan tubuh Reno di ranjang. Kecupan hangat dikening Reno, selalu Alice berikan mengiringi tidurnya. Alice menarik selimut dan menutupkan ditubuh mungil Reno. Alice berjalan perlahan agar Reno tak merasa terganggu, ia menutup pintu dan berjalan ke arah dapur.

Ia memulai makan malamnya bersama sang ibu. 

"Alice, memangnya kamu tidak ada niatan untuk menikah lagi?" tanya Ibu Rima.

Karena terkejut, Alice memperlambat kunyahannya. 

"Aku belum menemukan yang cocok, Bu. Tumben Ibu menanyakan hal ini?" ucap Alice dengan menaikkan sebelah alisnya.

"Ibu hanya kasihan melihat kamu yang harus bekerja setiap hari, Nak. Ibu ingin melihat kamu bahagia."

Alice tersenyum menatap wanita yang telah melahirkannya itu. 

"Bu, aku sudah sangat bahagia sekarang. Aku masih memiliki Ibu dan Reno. Ibu tidak usah khawatir."

*

Pagi menjelang, Alice bersiap untuk kembali bekerja. Seperti biasa, Alice akan mempersiapkan sarapan terlebih dahulu untuk Reno. Dengan balutan kemeja putih dan rok span hitam, Alice sarapan bersama ibunya.

Setelah sarapan, Alice kembali merapikan pakaian dan meraih tas kerjanya.

"Aku berangkat dulu, Bu."

"Ya sudah, kamu hati-hati," ucap Bu Rima.

Alice mencium punggung tangan ibunya dan melangkah menuju teras. Seperti biasa, Alice akan berjalan ke halte dan menunggu bus untuk mengantarnya bekerja. Tiga puluh menit berlalu, Alice sampai di sebuah perusahaan tempat ia bekerja. Alice menduduki sebagai sekretaris di sana. 

Karena kejadian kemarin, Alice sedikit merasa canggung di hadapan karyawan lain. Alice berjalan cepat dan masuk ke ruangannya. Sesaat, ia menyandarkan pungungnya di kursi putar. Terdengar langkah seseorang mendekat, ia membuka pintu ruangan Alice tanpa permisi.

Dari penampilannya, Alice sangat mengenalinya. 

"Erryana?" ucap Alice dengan tersenyum menyambut temannya.

Wanita dengan rambut pendek sebahu, dan selalu memakai sepatu ber-hak tinggi. Ia adalah teman kantor yang sangat dekat dengan Alice. Di usianya yang sudah 25 tahun, ia menduduki sebagai asisten manager di perusahaan itu. Dua hari ini, ia tidak datang ke kantor karena sakit.

"Aaa, Alice! Aku rindu sama kamu," Dengan antusias, Erryana mencium pipi kanan dan kiri Alice.

"Kamu sudah sembuh?" tanya Alice.

"Ya.. seperti yang kamu lihat," jawab Erryana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status