"Aku tidak melakukan apapun, Er! Tadi memang sempat ada insiden kecil, aku tidak sengaja tersandung, dan Pak Raymond menolongku. Pas itulah tunangan Pak Raymond melihat kita dan terjadi salah paham."
Erryana mengangguk mendengar ucapan Alice.
"Tapi, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Erryana.
"Aku tidak apa-apa, Er. Pak Raymond terus melindungiku, entah apa yang terjadi setelah aku keluar tadi," jawab Alice.
"Sudah, kamu tenang. Semoga mereka baik-baik saja," ucap Erryana dengan mengusap pundak Alice.
*
Jam istirahat tiba, Alice merapikan beberapa berkas dimejanya.
Sejenak, ia teringat akan ajakan Raymond. Setelah kejadian tadi, Alice yakin kalau Raymond akan membatalkan makan siang dengannya. Alice mengusap wajahnya dan berfikir untuk makan siang bersama Erryana, temannya. Ia bergegas keluar dan berjalan menuju ruangan Erryana.
Langkahnya terhenti saat terdengar seseorang memanggil namanya.
"Alice!"
Suara yang sangat Alice kenali.
Dengan perasaan gugup, Alice menoleh dan terlihat senyum diantara sudut bibirnya. Tatapan Alice melirik ke arah kanan dan kirinya. Tampak pria itu datang sendiri, kemana tunangannya?
Alice menahan untuk tidak menanyakan perihal tersebut.
"Aku minta maaf atas sikap Olive terhadap kamu tadi. Sekarang, kita jadi makan siang bersama, kan?" ucap Raymond menatap wajah Alice.
"Tidak, Pak. Justru saya yang harus minta maaf karena membuat Pak Raymond dan tunangannya bertengkar," ucap Alice.
Raymond tertegun, ia menaikkan sebelah alisnya.
"Dia bukan tunanganku, Alice! Dia hanya anak teman Ayahku. Ya, kita memang di jodohkan, tetapi aku tidak pernah menerimanya," jelas Raymond.
"Di jodohkan?" tanya Alice.
"Iya, tetapi aku tidak menyukainya. Hanya orang tua yang selalu mendesakku agar mau bertunangan dengannya."
Mendengar itu, Alice masih menyimpan ragu, apakah benar yang di katakannya?
Akhirnya, ia pun mengangguk dan melangkah bersama bos-nya. Raymond mengajak Alice ke sebuah restoran berbintang di kota Yogyakarta.
Mereka memilih menu yang sama untuk makan siangnya. Sekilas, Alice menangkap mata teduh itu yang diam-diam selalu mencuri pandang. Karena canggung, Alice menggeser duduknya dan mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Alice, sekali lagi, aku minta maaf atas pertanyaanku kemarin," ucap Raymond.
Tampak raut keseriusan di kedua matanya. Mungkin Raymond merasa kalau Alice tersinggung. Alice menaikkan sudut bibirnya dan mengangguk.
"Saya sudah memaafkan Pak Raymond. Sudah, tidak perlu di bahas lagi. Intinya sekarang, Pak Raymond tahu siapa saya," jelas Alice.
"Permisi, ini makanannya," seorang pelayan lelaki dengan berkumis tipis datang dan meletakkan beberapa makanan dimeja. Beberapa makanan mewah terhidang di sana. Alice mengesampingkan rasa canggungnya karena tergiur melihat makanan tersebut.
Mereka memulai makan siangnya.
Alice benar-benar menikmatinya saat ini. Sesekali, Raymond menatap wajahnya yang terlihat memerah itu. Rambut hitam panjang natural, seakan menambah keanggunan dimatanya.
Melihat Alice begitu lahap, Raymond semakin terpesona melihatnya. Meskipun Alice seorang janda, tetapi dimata Raymond, ia seperti gadis polos yang tidak tahu apa-apa.
Setelah selesai makan, mereka tidak langsung kembali ke kantor. Dengan keberaniannya, Raymond meraih kedua tangan Alice. Netra cantik itu terkejut, terasa hangat sentuhan tangan Raymond. Debar jantung Alice menciptakan rasa sesak didadanya. Pikiran Alice mulai berhambur. Apakah dia akan mengatakannya sekarang?
"Alice, aku tidak tahu apakah kamu akan menerimanya atau tidak. Tetapi, aku tidak bisa menahan rasa ini terlalu lama. Sejak kamu bekerja di kantorku, aku selalu penasaran, Alice. Mungkin ini terlalu cepat, tapi aku..,"
"Mbak, maaf. Alice teman saya, dan dia tidak mungkin melakukan hal itu. Mungkin Pak Raymond sedang bersama saudaranya, jangan menuduh teman saya seperti ini, Mbak," ucap Erryana kepada Olive."Aku tidak percaya! Aku tahu, wanita ini sedang berbohong. Awas saja, jika Raymond ada bersamamu, urusan kita belum selesai," ucap Olive dengan tatapan kejam.Ia pun pergi meninggalkan kantor, Alice menghela nafas melihat kepergian wanita itu. Erryana menatap kesal kepada semua karyawan yang hanya menyaksikan tanpa berbuat apapun."Kalian juga! kenapa malah diam saja melihat Alice diperlakukan seperti itu?" tanya Erryana dengan tegas."Ka-kami takut, Bu. Wanita tadi adalah tunangannya Pak Raymond," ucap salah satu karyawan dengan menunduk."Sudahlah, Er. Mereka tidak salah, memang Olive yang selalu mencari masalah denganku," ucap Alice.Erryana menghela nafas panjang. Ia berjalan bersama Olive menuju ruangannya. Ia menatap wajah Alice dengan bingung. Sebenarnya, apa yang telah terjadi diantara me
"Raymond tidak bisa tinggal disini lagi, Bunda! Raymond selalu dipersalahkan disini. Bunda egois! Raymond juga ingin mempunyai kebahagian sendiri, dan tanpa adanya paksaan. Jika Bunda lebih mendengar ucapan Olive, silahkan. Biarkan Raymond pergi!" Ibu Rosa menangis dan menggelengkan kepala mendengar ucapan Raymond. "Tidak, Ray! Jangan pergi!" ucap ibu Rosa.Namun, tenaga anaknya lebih kuat. Raymond bergegas meninggalkan ibunya dan juga Olive. Ia melajukan mobilnya dengan cepat, tanpa peduli dengan tangisan di rumahnya.Raymond menuju ke sebuah apartemen miliknya. Setelah memarkirkan mobil, Raymond bergegas masuk dan mengunci kamarnya. Ia benar-benar butuh ketenangan saat ini.*Pagi ini, Alice kembali melakukan rutinitasnya. Dari mulai menyiapkan sarapan untuk Reno, membereskan rumah dan bersiap untuk bekerja.Alice segera berjalan ke ruang makan, dan memulai sarapan bersama ibunya. Di sela sarapan, ibu Rima membuka pendapatnya kepada Alice mengenai bos muda dan tampan itu."Alice,
Di kediaman Raymond.Olive datang dengan wajah marah dan mengetuk pintu rumah. Sesaat, pintu terbuka dan terlihat wanita paruh baya dengan memakai perhiasan di tangannya. Dia adalah Rosa, ibunda Raymond. Melihat Olive yang tiba-tiba menangis, gegas ibu Rosa mengajaknya masuk ke dalam rumah.Olive duduk di sofa dengan menangis tersedu.Ibu Rosa berlalu ke area dapur dan kembali dengan segelas air putih di tangannya. Ia duduk di samping Olive dengan wajah bingung. "Ini, minum dulu, sayang," ucap ibu Rosa.Olive meneguknya dengan cepat, ia terlihat seperti anak kecil saat ini. Ibu Rosa mengusap punggungnya pelan."Coba ceritakan, kenapa kamu menangis seperti ini? Ada masalah apa, Olive?" tanya Bu Rosa."Raymond mengkhianati Olive, Bunda. Olive melihatnya dengan wanita lain di kantornya," Olive semakin tersedu.Ibu Rosa terkejut, ia menatap marah mendengar ucapan Olive. Harapan akan perjodohannya, seketika membuatnya ingin di percepat. Raymond telah membuatnya malu saat ini."Kamu ya
Erryana mengangguk pelan dan tersenyum. Ia mengedipkan sebelah mata kepada Alice dan berjalan keluar meninggalkan keduanya. Setelah pintu tertutup, Alice merasa kurang nyaman. Raymond mengalihkan pandangan kepada Alice yang terlihat kaku dalam duduknya."Tolong siapkan berkas untuk meeting kita besok," ucap Raymond.Netra cantik Alice membulat. Pikiran aneh yang muncul difikirannya, kini seakan pecah begitu saja. Pipi Alice seketika memerah, ia benar-benar malu pada dirinya sendiri.Ternyata Raymond hanya menyuruhnya untuk menyiapkan berkas."Baik, Pak. Secepatnya saya siapkan."Raymond menarik sudut bibirnya. Ia berjalan keluar tanpa menoleh sedikitpun. Alice menghela nafas panjang dan menyandarkan punggung dikursinya.*Beberapa menit berlalu, Alice masih fokus dalam kerjaannya. Erryana kembali muncul dan mendekat ke arah Alice. Senyum mekar terus ia perlihatkan dibibirnya.Alice meliriknya heran."Bicara apa si Bos tampan itu?" tanya Erryana."Dia hanya meminta disiapkan berkas un
"Aku mencintaimu Alice," ucap Raymond dengan tatapan dalam.Angin pun datang berhembus mengiringi ucapan itu. Sedetik saja, jantung Alice seakan loncat dari dadanya. Mata teduh yang selalu membuat Alice kaku, dengan jelasnya mengungkapkan perasaannya kepada Alice. Lidahnya terasa kelu, ia tak mampu untuk menjawab. Raymond menatapnya dengan serius. Harapan Alice akan menerimanya begitu besar. Tetapi, bayangan Olive tiba-tiba hadir difikiran Alice. Hampir saja ia menjadi babak belur oleh wanita pemarah itu. Dengan cepat, Alice melepaskan tangannya dari genggaman Raymond."Maaf, Pak, saya tidak bisa. Saya tidak ingin menjadi benalu diantara hubungan Pak Raymond dengan Olive," jawab Alice dengan mengalihkan pandangannya dari Raymond.Alice memang tak bisa membohongi perasaannya. Tetapi, bayangan wanita itu seakan menjadi penghalang dalam hidup Alice. Ia tak ingin disebut wanita pengganggu, hanya karena mencintai Raymond. Apalagi, ia telah dijodohkan dengan Olive yang artinya, sudah di
"Aku tidak melakukan apapun, Er! Tadi memang sempat ada insiden kecil, aku tidak sengaja tersandung, dan Pak Raymond menolongku. Pas itulah tunangan Pak Raymond melihat kita dan terjadi salah paham."Erryana mengangguk mendengar ucapan Alice."Tapi, kamu tidak apa-apa kan?" tanya Erryana."Aku tidak apa-apa, Er. Pak Raymond terus melindungiku, entah apa yang terjadi setelah aku keluar tadi," jawab Alice."Sudah, kamu tenang. Semoga mereka baik-baik saja," ucap Erryana dengan mengusap pundak Alice.*Jam istirahat tiba, Alice merapikan beberapa berkas dimejanya. Sejenak, ia teringat akan ajakan Raymond. Setelah kejadian tadi, Alice yakin kalau Raymond akan membatalkan makan siang dengannya. Alice mengusap wajahnya dan berfikir untuk makan siang bersama Erryana, temannya. Ia bergegas keluar dan berjalan menuju ruangan Erryana. Langkahnya terhenti saat terdengar seseorang memanggil namanya."Alice!" Suara yang sangat Alice kenali. Dengan perasaan gugup, Alice menoleh dan terlihat sen