Share

Bab 6

"Aku mencintaimu Alice," ucap Raymond dengan tatapan dalam.

Angin pun datang berhembus mengiringi ucapan itu. Sedetik saja, jantung Alice seakan loncat dari dadanya. Mata teduh yang selalu membuat Alice kaku, dengan jelasnya mengungkapkan perasaannya kepada Alice. 

Lidahnya terasa kelu, ia tak mampu untuk menjawab. 

Raymond menatapnya dengan serius. Harapan Alice akan menerimanya begitu besar. Tetapi, bayangan Olive tiba-tiba hadir difikiran Alice. 

Hampir saja ia menjadi babak belur oleh wanita  pemarah itu. Dengan cepat, Alice melepaskan tangannya dari genggaman Raymond.

"Maaf, Pak, saya tidak bisa. Saya tidak ingin menjadi benalu diantara hubungan Pak Raymond dengan Olive," jawab Alice dengan mengalihkan pandangannya dari Raymond.

Alice memang tak bisa membohongi perasaannya. Tetapi, bayangan wanita itu seakan menjadi penghalang dalam hidup Alice. Ia tak ingin disebut wanita pengganggu, hanya karena mencintai Raymond. Apalagi, ia telah dijodohkan dengan Olive yang artinya, sudah di setujui oleh keluarganya.

"Olive? Aku sudah katakan, Aku tidak pernah mencintai Olive!" tegas Raymond.

Ia menghela nafas sejenak.

"Baiklah, aku akan menceritakan sekilas tentang aku dan Olive agar kamu mengerti." sambung Raymond dengan  mengalihkan pandangannya ke arah luar resto. 

"Aku dan Olive berteman dari SMA. Aku hanya menganggap dia sebagai teman, tidak lebih. Aku tidak tahu kalau Ayahnya adalah teman Ibuku. Setelah lulus sekolah, aku memutuskan untuk kuliah di Eropa. Kita tak pernah berhubungan lagi kala itu. Dan ketika aku pulang, aku seperti manusia bodoh. Ternyata Ibuku telah menjodohkanku dengan Olive. Aku tak pernah menyukainya, Alice! Hanya dia dan orang tuanya yang mengejarku sampai sekarang."

Alice hanya menyimak, panjang lebar Raymond bercerita  tentang wanita itu. 

Rasanya, Alice seperti tidak pantas untuk Raymond. Dari penampilan saja, sudah sangat jauh berbeda. Olive seorang model, sedangkan Alice, seorang janda sederhana yang bekerja sebagai sekretaris.

Alice berfikir, mungkin Raymond hanya memancing atau mempermainkannya saja. Ia tidak benar-benar tulus mengatakan perasaannya.

"Saya tidak pantas untuk menerima seseorang seperti Pak Raymond. Olive lebih daripada saya, Pak. Dan status saya, Pak Raymond juga sudah tahu. Saya tidak ingin menambah masalah dalam kehidupan saya."

Mendengar jawaban Alice, Raymond mengusap wajahnya kasar. 

"Aku tidak mempermasalahkan latar belakangmu. Aku mengatakan sejujurnya, Alice," ucap Raymond.

Alice kembali terdiam, hatinya benar-benar dilema saat ini. 

Merasa tidak ada lagi jawaban, Raymond memutuskan untuk mengajaknya kembali ke kantor.

Di perjalanan, tak ada percakapan sama sekali di antara mereka.

Mobil berhenti di area parkir kantor. Sebelum Alice turun, Raymond kembali mengatakan perasaannya.

"Alice! Aku akan menunggu sampai kamu menerimaku," ucap Raymond.

Keduanya seakan menatap kosong, Alice membuka pintu mobil dan berjalan meninggalkan Raymond.

Alice berjalan memasukki kantor tanpa menghiraukan karyawan lain.

Alice duduk di ruangannya, Erryana datang dengan tergopoh-gopoh dan duduk di depannya. Senyum mengembang terukir dibibir wanita 25 tahun itu.

"Duh, yang makan siang bersama Bos!" seru Erryana dengan menaik turunkan kedua alisnya.

"Ssstt, pelan-pelan, Err! Nanti ada yang mendengar," Alice menempelkan jari telunjuk dibibir tipis Erryana.

Alice tak ingin ada yang mendengar ucapan Erryana. Ia takut terjadi lagi ke salah pahaman di kantor. Hanya Erryana yang melihat dirinya masuk ke dalam mobil Raymond. 

Sesaat, pintunya terbuka. Dengan tatapan bingung, Alice dan Erryana menatapnya. Matanya mengerjap ketika Raymond muncul. Dengan santai, Raymond berjalan mendekat dan berdiri di samping Alice duduk.

"Erryana, bisa tinggalkan kami berdua? Saya ingin berbicara dengan Sekretaris saya," ucap Raymond.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status