Share

You are Not Alone

Penulis: Maitra Tara
last update Terakhir Diperbarui: 2020-10-11 12:19:29

Handoko mendudukkan bokongnya pada kursi besi yang terletak di pinggir jalan tak jauh dari gedung tempat Bram bekerja. Kulitnya terasa hangat, butiran-butiran keringatnya mulai menetes. Inilah yang tak disukai Handoko dari Jakarta. Panas, macet. Orang kampung seperti dirinya memang tak cocok tinggal di kota metropolitan seperti Jakarta.

Pria itu menguap sambil melihat ke sekeliling. Mencari-cari barangkali ada penjual es yang lewat. Tenggorokannya haus, perutnya mulai keroncongan dan matanya mulai mengantuk. 

"Kapan pulang, Pak?" Pesan singkat itu baru dibacanya. Ponsel yang layarnya masih hitam putih itu pun langsung dimatikan. Dia tidak tahu bagaimana cara menghadapi Kenanga.

Handokomerasa tak bisa menjadi Bapak yang baik. Ia gagal memberi kebahagiaan pada anaknya. Dan kepulangan Kenanga dengan status baru yang melekat, membuat Handoko hatinya hancur berkeping-keping. Apalagi, saat melihat putrinya diam-diam menangis. Melihat cucu-cucunya yang menanyakan di mana Papa mereka. Sakit hati Handoko. Apalagi saat melihat dengan mata kepalanya sendiri Bram dengan nyata mengkhianati putrinya karena bermain serong.  

"Kasihan sekali kamu Cah Ayu," gumam Handoko dan tanpa terasa, ada cairan yang meleleh dari pelupuk matanya. Membasahi pipinya yang telah keriput dan terbakar sinar matahari.

Iatak pernah menyangka orang sangat dicintai Kenanga akan mengkhianatinya. Mencampakkan dirinya. Apalagi, saat dulu Kenanga ngotot menikahi Bram. Handoko mendengus. Membayangkan Kenanga waktu pertama kali lahir, belajar tengkurap, jatuh bangun saat berjalan, hingga menjelma menjadi gadis yang cantik. Meskipun Handoko begitu keras dalam mendidik putrinya, tapi cintanya pun tak kalah banyak.

"Permisi ... Pak Handoko?" 

Suara itu mengejutkan Handoko yang buru-buru menyeka air matanya.dan langsung berdiri. "Iya? Ada perlu apa dan tahu saya dari mana?"

Pemuda berpakaian rapi dan mengenakan kaca mata dengan frame tebal itu pun tersenyum. "Saya, Juned, Pak. Sekretaris pribadi Pak Saga. Beliau meminta saya untuk mengejar Pak Handoko."

Saga? Handoko mengerutkan keningnya. Dia tidak merasa pernah mengenal pria itu.

"Ah, Bapak pasti bingung. Tadi saya mengikuti Pak Handoko dari kantor Pak Bram."

Handoko pun manggut-manggut. Pura-pura mengerti meskipun ia sendiri masih kebingungan. 

"Oh ... ada apa, ya?" 

"Tunggu sebentar, Pak. Biar Pak Saga yang menjelaskan."

Tanpa menjawab, Handoko kembali duduk dan mengamati pemuda yang sedang berdiri di depannya. Sepatu licin, jas yang bagus, tidak mungkin dia seorang penipu. 

"Selamat siang, Om. Masih ingat dengan saya?" kata seorang pemuda dengan perawakan tinggi dan berbadan tegap yang mengagetkan Handoko.

Pria baya itu pun berdiri, melihat ke arah pemuda yang baru saja menyapanya. Dia tak ingat pernah mengenal pemuda ini. "Siapa, ya?"

Pemuda itu pun tersenyum. Wajar jika Handoko tak mengenalnya. "Sagara Ramdani, Om. Keponakan Ilham Ramdani." 

"Ya Allah Gusti! Sagara?!" Handoko pun memeluk lelaki yang tingginya 185 cm itu dengan perasaan senang. Ilham Ramdani adalah sahabat masa kecilnya hingga tua. Tapi, sayangnya lelaki itu meninggal lebih dulu darinya. Dia ingat sekali dulu sering memancing bersama Saga saat pemuda itu mengunjungi sahabatnya.

"Om apa kabar?" 

"Baik-baik. Kamu sendiri bagaimana, Ga? Terakhir lihat waktu kita mancing bersama saat kamu liburan sekolah."

"Baik, Om. Om sendiri mau ke mana? Bagaimana kalau ikut saya? Di sini panas, tidak asik buat ngobrol," balas Sagara yang yang langsung menuntun Handoko menuju mobil mercy mewak miliknya. 

***

"Bapak gak SMS Ibu?" tanya Kenanga yang baru saja selesai menidurkan kedua buah hatinya. Mereka kecapean karena tak berhenti main sejak pagi. Begitu selesai makan siang, ee ngantuk melanda.

"Gak ada. Bapak juga gak balas SMS mu, kan?" Ibu balik balik bertanya dan meminta Kenanga untuk duduk di sebelahnya. 

"Gak. Hp Bapak dimatikan, Bu. Nanga jadi khawatir. Kalau terjadi apa-apa dengan Bapak bagaimana?"

"Tenang saja. Bapak pasti akan baik-baik saja. Nanga, ada yang ingin kamu bicarakan dengan Ibu?"

"Tidak, Bu. Nanga baik-baik saja. Selama ada Ibu, Bapak dan anak-anak, Nanga akan selalu baik-baik saja."

"Jangan membohongi Ibu mu Cah Ayu," balas Ibu dengan lembut kemudian memeluk putrinya. Tanpa terasa, air mata Kenanga pun luruh juga. Punggungnya bergetar, dan rasa sakit itu menjalar lagi ke setiap sendinya. Ingatan tentang pengkhianatan Bram, membayangkan saat mantan suaminya itu meniduri Angel dan di saat waktu yang berbeda, tidur juga dengan dengannya. Dada Kenanga nyeri, perutnya mual dan sakit hatinya makin bertambah.

"Apakah Kenanga istri yang buruk, Bu? Istri yang tak bisa mengurus suami? Orang-orang bilang, semua ini salah Nanga, Bu. Nanga tidak bisa menjadi perempuan yang bisa menjadi idaman suami. Itu sebabnya Mas Bram mencari wanita lain di luar rumah."

"Ssssttt. Nanga adalah perempuan yang baik. Nanga adalah istri yang sempurna. Bram yang tak tak pernah merasa cukup. Dia yang tidak pernah bersyukur. Itu sebabnya dia mencari wanita yang sepadan dengannya. Percayalah ... setelah sekian lama, Tuhan akhirnya membuka mata mu. Membuka borok mantan suami mu," sahut Ibu mengelus rambut putrinya. Dia tahu kata-kata saja tak akan mampu mengobati sakit hati Kenanga. Tapi, Ibu yaki putrinya akan mendapatkan pengganti Bram. Pria yang lebih baik dan lebih bertanggung jawab daripada mantan suami Kenanga.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Janda Muda (Indonesia)   Gosip di Kantor

    "Bagaimana tidurmu, Dew? Aku harap kamu bisa tidur dengan nyenyak," ucap Kenanga yang sedang mengoleskan selai pada roti untuk sarapan ketika Dewi baru saja bergabung dengan mereka di meja makan untuk sarapan. Gadis itu langsung duduk tanpa rasa rikuh sedikit pun. Apalagi di meja makan tersaji berbagai menu sarapan yang menggiurkan. Dengan gajinya yang pas-pasan, Dewi tak bisa membeli makanan yang terlalu mahal. Dia harus puas hanya dengan sarapan bubur ayam yang sering nongkrong di depan kosnya. "Nyenyak kok, Mbak," katanya berdusta. Padahal, bagaimana dia bisa tidur jika semalaman kamar di sebelahnya begitu berisik. Dia heran bagaimana rumah sebesar ini tidak kedap suara. Ah, hampir semalam suntuk Dewi menelan kejengkelannya ketika mendengar suara berisik dari kamar Saga dan Kenanga. Dia tak tahu kalau Kenanga yang sedang hamil ternyata memiliki nafsu yang begitu besar. Ah, pantas saja Sagara tak tergoda olehnya. Padahal, apa yang kurang dari Dewi? Biar pun ekonominya pas-pasan, t

  • Janda Muda (Indonesia)   Benci Melihat Kemesraan itu

    Sagara menyunggingkan senyum lalu berdiri berhadapan dengan Dewi. Lelaki itu memandang gadis itu hingga membuat jantung Dewi berdegup kencang dan pipinya memerah karena malu sekaligus terbakar gairah. Apakah Pak Saga mulai tertarik padaku? Tanya gadis itu pada dirinya sendiri. Dia tak menyangka bahwa merayu bosnya yang kaya akan semudah ini. Oh, ternyata laki-laki di mana pun sama saja. Tak tahan melihat wajah cantik dan paha mulus, langsung tergoda dan seolah lupa jika mereka sudah memiliki anak-istri. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Dewi langsung merangkulkan kedua tangannya di leher Sagara, tetapi sayang halusinasi Dewi harus berhenti cukup sampai di situ."Singkirkan tanganmu dari tubuhku atau aku akan mematahkannya?" kata pria itu dengan nada yang datar serta terdengar dingin. Dewi lantas menarik tangannya dan menggigit bibir hingga sedikit berdarah. "Dengarkan aku ...." Sagara mulai berbisik di telinga gadis yang dinilainya tak memiliki harga diri dan picik."Kau bisa menipu

  • Janda Muda (Indonesia)   Melancarkan Aksi Pertama

    Setelah mengelilingi rumah Saga, Dewi semakin ingin merealisasikan niatnya merebut Sagara dari tangan Kenanga, wanita yang dinilainya bodoh dan mudah untuk ditipu. Sekali lagi Dewi melihat ke sekeliling ruangan, memastikan bahwa tidak ada cctv di rumah itu. Dan yang benar aja, memang tak nampak kamera pengawas yang akan mengintai gerak-geriknya di rumah ini. Jalan untuk menjalankan niat busuknya jadi makin mudah. "Mbak, kamar ini kosong, kan?" Dewi menunjuk kamar yang ada di sebelah kamar Kenanga dan Saga."Iya. Kamu mau tidur di sini?" tanya Kenanga tanpa rasa curiga sedikit pun."Boleh, Mbak?""Boleh dong, Wi. Kamar di sini sangat banyak, kamu bebas memilih yang mana pun yang kamu mau.""Terima kasih, Mbak. Mbak baik banget, deh!" Dewi mengecup pipi Kenanga yang membuat wanita itu merasa bahwa Dewi seperti adiknya sendiri. Kenanga berpikir bahwa seandainya dia memiliki adik perempuan, barangkali beginilah rasanya. Menurutnya Dewi begitu manja, lemah, dan butuh perlindungan. Dielusn

  • Janda Muda (Indonesia)   Serigala Berbulu Domba

    "Saga, bagaimana kalau kita antar Dewi pulang? Bagaimanapun juga dia bekerja untuk perusahaanmu," tanya Kenanga penuh harap. Dia memandangi suaminya yang tepat berdiri di sebelahnya sambil menenteng tas kresek warna merah.Belum juga Sagara menjawab, Dewi membuka mulut. "Dewi gak mau pulang, Mbak! Dia pasti sudah menunggu Dewi. Dewi takut sekali, Mbak. Dewi sebatang kara di Jakarta, tidak punya siapa-siapa. Tolong Dewi, Mbak ...." Dewi merengek meminta belas kasihan. Wajahnya benar-benar dibuat memelas sehingga Kenanga dibuat tak tega melihatnya. "Kamu tenang saja, ya. Aku pasti bakalan bantu kamu," balas Kenanga sambil memeluk Dewi lalu mengajaknya masuk ke dalam mobil. Saga tidak bisa menolak permintaan istrinya. Dia hanya mendesah melihat tubuh Kenanga yang menghilang di dalam mobil sambil membatin. Oh, istriku. Kau ini baik atau bodoh?***Pintu gerbang terbuka secara otomatis begitu mobil Saga berada di depan rumah. Dewi yang melihatnya tak berhenti berdecak kagum ketika melihat

  • Janda Muda (Indonesia)   Makan Es Durian

    "Ga, bisakah nanti berhenti di depan gedung?" tanya Kenanga ketika mereka berdua di dalam lift menuju tempat parkir.Sagara mendekap istrinya ke dalam pelukannya dan mencium keningnya. "Tentu saja. Ingin makan sesuatu?""Ya. Aku kemarin aku lihat ada banyak yang jualan di sana.""Apa perlu aku meminta mereka untuk jualan di depan rumah kita?"Kenanga tertawa dan mencubit perut suaminya yang liat. Tak percuma laki-laki itu rajin berolahraga di gym pribadi miliknya. "Siapa yang akan beli? Kamu bahkan tak punya tetangga."Minta pak Man dan yang lain untuk ngabisin.""Saga?""Hmmm?""Sudah menyiapkan nama untuk anak kita?"Sagara pura-pura berpikir dan menuntun Kenanga keluar dari lift. "Bagaimana kalau Magani dan Rinjani?""Sungguh?"Saga membukakan pintu mobil untuk Kenanga dan memasangkan sabuk pengaman dengan hati-hati. "Tentu, Sayang. Aku tak sabar lagi menunggu kelahiran mereka. Magani nama yang b

  • Janda Muda (Indonesia)   Baju Penggoda Iman Suami

    "Apa aku sudah boleh keluar?" tanya Kenanga polos ketika suaminya memasuki ruangan ganti. Dia tidak tahu apa yang sebenarnya telah dilakukan oleh Sagara.Saga mendengus pelan kemudian mendekati Kenanga yang duduk di sofa dan mengamatinya dengan wajah penih tanya."Bagaimana menurutmu baju ini?"Kenanga melihat ke bawah dan menyentuh kain satin yang melekat di tubuhnya. "Aku merasa baju ini terlalu seksi untuk baju hamil. Dan ini lebih mirip baju tidur untuk penganti baru. Terlalu terbuka dan terlalu merangsang. Apa kamu yakin akan menjual ini untuk ibu hamil?""Kenapa tidak? Nanga, kau tahu?" Saga membelai pipi istri dengan lembut lalu mengecupnya dengan mesra. "Wanita yang sedang hamil adalah wanita tercantik sedunia. Selain itu ....""Apa?""Aku ingin agar perempuan hamil di sana bisa secantik dirimu.""Kamu memang pandai merayu! Apakah aku sudah boleh keluar? Kru pasti sedang menungguku." Kenanga bertanya sekali lagi."Pemotretannya ditunda

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status