Share

Author Pov!

Jangan heran kalau anak jaman sekarang sudah banyak yang pacar-pacaran. Anak SD saja sekarang sudah ayah bunda-an. 

Jaman memang sudah semakin 'edan'. 

Ini kisah antara Miftah Aryoda, seorang siswa kelas sembilan dan Arinda Mutiara. Gadis cantik berlesum pipi yang baru saja duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Mereka berdua sekolah di sekolah yang sama, SMP Harapan Bangsa, kota Bandung.

Dulunya, rumah Miftah dan Arinda hanya berhadap-hadapan. Tetapi karena Pak Aryo dipindah tugaskan di Jogja, akhirnya keluarga Miftah pun pindah. Mereka menetap di Kota Gudek itu selama hampir empat tahun. Pada tahun yang akan memasuki tahun ke empat, Pak Aryo kembali mendapat proyek di Bandung, dan mereka semua memutuskan untuk kembali. 

Rumah yang dulu, masih dalam masa sewa orang lain, karena selama di Jogja, rumah Pak Aryo di sewakan. Akhirnya keluarga Pak Aryo untuk sementara waktu menempati rumah hadiah dari keluarga pada saat awal menikah dulu, sambil menunggu rumah mereka selesai disewa. 

Sudah saling kenal, satu sekolah yang sama, umur yang sama-sama menginjak remaja, membuat Miftah dan Arinda mempunyai kedekatan dan rasa yang berbeda dengan beberapa tahun lalu saat mereka masih sama-sama mengenakan seragam putih merah. 

Rasa mengagumi, hingga rasa ketertarikan antara satu sama lain yang membuat hubungan mereka lebih dari sekedar teman. Bahakan rasa itu lebih dari sekedar rasa sayang seorang kakak kepada adiknya. 

Hingga terjadilah, kisah percintaan antara keduanya. Kisah cinta monyet yang seharusnya hanya sebatas cinta-cintaan. Bukan kisah yang membuat hancur keduanya. 

Sore itu, Arinda yang seperti biasa pulang bersama Miftah, memutuskan untuk mampir dulu ke rumah Miftah, untuk mengambil kaset PS yang akan digunakannya bersama kedua kakak Arinda. 

Entah siapa yang memulai, semua kejadian itu terjadi. Keperawanan Arinda, hanya bisa dia jaga selama tiga belas tahun saja. Karena pada sore itu, selaput tipis nanti ringkih miliknya telah koyak dan robek, ditrobos oleh kekasihnya, Miftah.

Dengan berbekal coba-coba dan modal nekat, mereka melakukan hubungan yang seharusnya tak dilakukan oleh anak-anak seusia mereka.

Rasa nikmat dan puas setelah mencapai pelepasan, membuat mereka melakukan itu hampir setiap hari, setiap pulang sekolah.

Rumah Miftah yang selalu sepi jika di siang hingga sore hari, membuat perbuatan mereka bebas tak tercium oleh kedua orang tua mereke. 

Pak Aryo? Beliau menjalankan proyek yang berbeda kabupaten dan akan pulang setiap akhir pekan. Sedangkan Bu Lulu, dia akan membawa Jovanka, anak keduanya untuk ikut menjaga toko pakaian yang ada di pusat kota. Mereka biasanya akan pulang pukul empat sore atau paling telat pukul lima. Lagi pula, Bu Lulu juga mempunyai sebuah rumah makan Padang yang lumayan ramai. Terkadang beliau juga mengontrolnya. Membuat ibu dua anak itu begitu disibukkan dengan bisnis yang dia geluti. 

Jangan kalian berfikir, anak nakal itu karena kurangnya perhatian dari orang tua, keluarga yang berantakan atau malah karena keturunan dari orang tuanya.

Karena pada kenyataannya, Miftah adalah seorang anak dari keluarga yang harmonis, keluarga yang penuh dengan kasih sayang. Kedua orang tuanya sangat-sangat perhatian. Semua kasih sayang, mereka curahkan untuk Miftah dan Jovanka, adiknya.

Arinda Mutiara, dia pun juga sama. Dia terlahir dari keluarga yang cukup mampu, cukup terpandang dan yang jelas dari keluarga yang taat ibadah.

Papinya, Pak Indra, bekerja di salah satu Kantor Urusan Agama di Bandung. Sedangkan maminya, Ibu Mariana, adalah ibu rumah tangga yang setiap hari dirumah. Arinda adalah anak bungsu dari tiga bersaudara. Dia mempunyai 2 orang kakak laki-laki kembar yang bernama Andi dan Hendi.

Mereka semua menyayangi Arinda, menuruti semua keinginannya, menjaganya dan juga selalu memperhatikan tumbuh kembang anak-anaknya.

Tetapi... lagi-lagi, orang tua kecolongan! Orang tua terlalu mempercayai anak-anak mereka! Terlalu percaya, bahwa anak-anak mereka tak akan mungkin mengecewakan mereka sebagai orang tua. Terlalu percaya, bahawa anak-anak mereka adalah anak-anak yang taat pada perintah orang tua, mentaati aturan agama dan menjauhi segala larangan yang jelas-jelas sudah diajarkan mereka dalam setiap kehidupan sehari-hari. 

Dunia memang sudah tua.

Sudah menunjukkan akhir zamannya. 

Cinta membutakam segalanya. 

Cinta juga menjerumuskan manusia memasuki lembah dosa dan memasukkannya semakin dalam kedalam NekaraNYA. 

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status