Masuk“Siapa yang belum datang?” Giorgio menatap satu persatu tim pemasaran. Matanya terlihat begitu dingin dan tajam. Tidak ada senyum di wajahnya. Moana yang sudah ada di ruang rapat, hanya bisa diam. Sungguh sikap Giorgio terlihat berbeda jika ada di luar kantor. Di luar kantor, Giorgio terlihat lebih hangat dan perhatian.“Apa kalian tidak punya mulut?! Kenapa kalian sepakat untuk diam, huh?!” sentak Giorgio. Suasana hatinya sedang buruk saat ini.“Bukankah sebelumnya saya sudah mengatakan bahwa kita akan ada rapat setelah jam istirahat selesai!” Giorgio meradang. Sudah hampir lima belas menit mereka menunggu kedatangan Nara, namun wanita itu sama sekali tidak menunjukkan batang hidungnya.“Apa kalian tidak bisa menahan leader kalian untuk tidak pergi saat jam rapat!” sungut Giorgio suaranya semakin tinggi. Urat-urat di sekitar wajahnya terlihat menonjol karena kesal.Giorgio mendengus kesal. Ia memi
“Nara…? Kalian….”Mata Nara membulat lebar. Ia dengan cepat mendorong tubuh Giorgio hingga pemuda itu menjauh darinya.Senyum kaku ia lemparkan pada Moana yang ada di depan lift. Sahabatnya itu tampak terkejut dengan apa yang dilihatnya tadi.“Tidak masuk?” tanya Nara.Moana bengun dari rasa keterkejutannya. Ia segera masuk ke dalam lift. Ekor matanya sempat melirik Giorgio yang berdiri di belakang mereka.“Apa kalian pacaran?” tanya Moana berbisik.Nara menggelengkan kepalanya. “Mataku kemasukan sesuatu dan Pak Gio berusaha menolongku,” jawab Nara. Ia juga ikut berbisik seperti Moana.Rasa curiga dan penasaran memenuhi relung hati Moana, meski Nara sudah menjelaskan apa yang terjadi. Kemarin Nara mengatakan bahwa Giorgio adalah sepupunya. Namun, kejadian yang baru ia lihat, membuatnya berpikir bahwa mereka bukanlah saudara.“Kenapa diam saja. Biasanya kamu
Nara melirik Giorgio yang terlihat acuh. Seperti biasa mereka akan berangkat bekerja dengan mobil yang berbeda. Hanya saja beberapa hari ini Giorgio terlihat aneh, pria itu lebih diam dan tidak mengganggunya. Selain itu, Giorgio juga tidak pulang ke rumah. Entah kemana pria itu menginap.“Ekhem…,” dehem Nara saat berdiri di sebelah Giorgio. Saat ini mereka sedang berdiri di depan lift.Giorgio menoleh sesaat lalu fokus lagi menatap ke depan. Tak ada suara yang keluar dari mulut Giorgio. Pria itu diam seolah tak tak menganggap Nara ada.“Apa kamu marah padaku?” tanya Nara langsung. “Beberapa hari ini kamu tidak pulang dan mendiamkanku,” imbuh Nara. “Apa kamu tidur di rumah kekasihmu?” tanya Nara. Ia masih belum puas dengan serentetan pertanyaan yang ada di otaknya.Giorgio kembali melirik Nara, namun kali ini tubuhnya menghadap Nara. matanya memindai penampilan istrinya yang hanya memakai rok pendek dengan kemeja
“Hampir sampai ke sini?!” Nara mengikuti ucapan Revan. Namun dengan nada gugup sekaligus bingung.“Bagaimana kalau kita….”Tut tut tut…sambungan terputus begitu saja. Nara menatap bingung pada sosok Giorgio yang berdiri di depannya.“Katakan padaku apa yang harus aku lakukan sekarang?” tanya Nara. tubuhnya terus bergerak kesana kemari sambil menggigiti kukunya.“Suruh saja dia kembali, bereskan?” sahut Giorgio dengan santai, padahal dalam hatinya tertawa cekikikan.Nara mendengus kesal sekaligus panik. Di dalam ada mertuanya tidak lucu jika tiba-tiba saja mertuanya pergi ke depan dan melihatnya pergi bersama pria lain.“Kalian belum berangkat?”Nara tertawa kakui. Baru saja dian membatin dan sekarang itu semua menjadi kenyataan. Sekarang hanya tinggal menunggu Revan datang, maka semuanya akan lengkap.“Eum…kami sedang memesan taxi online Ma. Gio bilang dia malas menyetir,” jawab Nara berbohong.Mata Giorgio membulat. Dia menatap ke arah Nara seolah mengatakan ‘kenapa aku’, namun hal i
Pagi-pagi sekali Nara sudah berdandan cantik dan rapi. Sesuai janji mereka kemarin, akhir pekan ini dia akan pergi bersama Revan untuk jalan-jalan dan menonton bioskop.Kening Nara mengernyit menatap Giorgio yang sudah duduk di meja makan bersama Lita. Matanya seolah berbicara kenapa mamanya ada di sini. Namun Giorgio hanya mengedikkan bahunya.Sebenarnya bukan tidak tahu, ia memang sengaja mengundang mamanya untuk datang dan menginap demi untuk menggagalkan rencana Nara.“Mama, Mama kapan datang, kok Nara nggak dengar?” tanya Nara basa-basi.Nara duduk di samping Lita, tapi matanya terus tertuju pada Giorgio yang duduk bersebrangan dengannya. Matanya menyipit tajam, tak ada senyum di sana. Rencananya untuk pergi bersama dengan Revan harus gagal, padahal dia sudah menanti hal ini.“Mama baru datang, tadi Gio bilang kamu masih dandan karena kalian mau pergi berbelanja,” jawab Lita.Nara tersenyum kaku. Berbelanja? Kulkas mereka bahkan masih penuh dengan sayuran dan kebutuhan rumah tang
“Selamat datang di rumah kami!”Revan mengernyitkan keningnya. Kepalanya menoleh menatap Nara, meminta jawaban atas apa yang dilihatnya saat ini.Giorgio pria itu tiba-tiba saja ada di rumah yang katanya milik Nara. “Halo, halo…maaf aku telat. Tadi aku terlalu sibuk dan membeli sesu…atu.” Moana yang tadinya heboh mendadak suaranya perlahan hilang. Matanya menatap bingung atasannya yang berdiri dengan kaos polo dan celana pendeknya. Rambutnya yang setengah basah dan acak-acakan membuatnya terkesima. Ini benar-benar seperti dia sedang menonton drama korea. Pria tampan di hadapannya ini membuat air liurnya ingin menetes. Rasanya ia menginginkan hal lebih, misalnya membuka baju Giorgio dan mengusap bagian perutnya yang pasti sangat menggoda.“Pak Gio, juga ikut acara memasuki rumah Nara?” tanya Moana dengan polosnya Giorgio memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Senyum miri







