Share

Bab 3. Teraniaya.

last update Last Updated: 2025-10-08 14:17:47

Kemudian Sanjaya, menatap Andini tajam. “Dengar, Andini. Nak Radit ini pria yang sangat sabar. Seharusnya dia marah karena kamu meninggalkan pesta tanpa alasan jelas. Kalau ke depannya kamu berani membuat masalah lagi, Ayah sendiri yang akan mewakili suamimu untuk memberimu pelajaran.”

Andini benar-benar muak. Seandainya orang tuanya peduli, mereka pasti akan berpikir, tidak mungkin dia pergi jika tanpa alasan.

Seharusnya mereka bertanya ada apa sebenarnya, kenapa dia pergi dari pesta.

Sayangnya, meskipun dia mengatakan jika Radit kembali berselingkuh, semua orang di dalam rumah ini tidak akan ada yang akan mendengarkan ucapannya.

Bahkan dapat dipastikan, dia justru diminta untuk tutup mata dan telinga, seolah tidak terjadi apa-apa.

Mereka akan mengatakan jika hal seperti itu sangat lumrah. Jika seorang pria kaya dan punya nama seperti Radit, boleh punya simpanan di luar. Asal saja jangan sampai dia menikah lagi. 

Di samping ayahnya, sang ibu tersenyum lega. “Sudah, jangan buat masalah lagi. Pulanglah dengan suamimu.”

Andini tidak mengeluarkan suara. Dia hanya melirik malas pada Radit.

Radit mengulurkan tangannya dan menarik tangannya dengan lembut. “Ayo sayang, kita pulang.”

Andini menyeret kakinya mengikuti langkah Radit. 

Gerimis di luar mulai besar.

Radit buru-buru membuka pintu mobil.

Begitu pintu terbuka, sifat asli Radit mulai terlihat.

Radit mendorong tubuh Andini dengan kasar. “Cepat masuk!”

Lalu membanting pintu mobil dengan keras. Setelahnya, Radit menyusul menggunakan pintu sebelahnya. Dia duduk didepan kemudi dengan wajah tertekuk. 

Susana terasa sangat hening didalam mobil yang mulai berjalan itu.

Beberapa detik kemudian, Radit menoleh pada Andini dengan tatapan tajam.  “Kenapa kamu harus masuk ke kamar itu, hah?! Apa yang ingin kamu cari?” suaranya meninggi. Tidak ada lagi kelembutan seperti saat di depan orangtua Andini tadi.

“Kalau kamu nggak ingin sakit hati, seharusnya kamu diam saja, tetap berada di aula pesta! Kamu itu ya selalu mencari masalah!”

Andini tertegun. Air matanya hampir jatuh. Dengan suara bergetar dia berkata, “Ja-jadi aku lah yang salah?”

“Jangan coba-coba bikin aku terlihat buruk di depan orang! Ingat, aku ini calon kepala daerah! Kalau kamu bikin onar, aku yang akan hancur! Kalau aku hancur, kamu dan keluargamu akan kubuat menjadi gembel!” bentak Radit dengan kilatan kemarahan yang membuncah.

Andini menggigit bibirnya, “Kenapa kamu nggak melepaskan aku saja? Aku cuma manusia biasa yang punya hati dan perasaan!”

Radit tertawa mengejek, “Hati? Perasaan?” Radit berdecak. “Apa bisa semudah itu kamu lepas dari ku? Apa orangtuamu juga akan mendukungmu? Kamu nggak melihat tadi, mereka sangat suka menjilatku.”

Andini menatapnya dengan putus asa, “Radit, tolong lepaskan aku.”

Tiba-tiba mobil berhenti mendadak di jalanan gelap. Hujan deras turun, mengguyur tanpa ampun.

PLAK 

“Benar-benar perempuan nggak tahu diri!”

Tangan Radit melayang ke wajah mulus Andini.

Andini meringis menahan perih. Dia mengusap ujung bibirnya yang berdarah.

“Turun!” bentak Radit.

Andini mendongak, dia menoleh tak berdaya. “Radit … ini sudah tengah malam. Diluar juga hujan deras .…”

“Aku bilang, turun!” bentak Radit.

Pintu dibuka paksa. Andini didorong oleh Radit dengan kasar sampai tersungkur di aspal, “Renungkan seluruh kesalahanmu. Setelah itu, baru kamu boleh pulang ke rumah!”

Dalam sekejap, tubuh Andini basah kuyup. Rambutnya menempel di wajah, gaunnya melekat pada kulit karena air hujan.

Mobil Radit melaju pergi, meninggalkan Andini yang tersungkur di tanah.

Lampu jalan terlihat redup karena derasnya hujan. Hanya ada dirinya, seorang istri calon pejabat, yang sengaja ditinggalkan suaminya dalam kegelapan.

Andini perlahan bangun, mengusap luka ditelapak tangan, siku dan lututnya.

Luka akibat goresan Aspal hitam, sangat perih saat terkena air hujan. Namun lebih perih hatinya.

Air matanya mengalir bercampur dengan air hujan juga. Tubuhnya gemetar bukan hanya karena kedinginan, tapi karena perlakuan orang-orang yang seharusnya melindunginya.

Setelah membeku beberapa saat, dia melangkah pelan tanpa tujuan. 

“Sampai kapan aku harus bertahan begini?” Andini bergumam. Dia sangat lelah. Di benar-benar sudah tidak tahan lagi.

Andini mendekap tubuhnya sendiri. Dia menggigil karena kedinginan. 

Hujan masih belum reda justeru semakin deras. Langkahnya mulai tak seimbang dan kepalanya terasa sangat sakit.

Detik berikutnya, pandangannya buram dan tubuhnya terkulai. 

Bruk!

Sepasang lengan besar menangkap tubuhnya. 

“Andini … Andini …” Pria itu menepuk-nepuk pipi Andini dengan cemas. 

“Dia pingsan, Bos!” Pria lain yang berdiri di belakang membawa payung besar memperingati Naren.

“Andini .…” Pria itu mengulang membangunkan Andini yang pingsan dipelukannya.

“Kita bawa ke rumah sakit, Bos!” Ken menyadarkan atasannya.

Narendra berkedip, “Buka pintunya,”  

Lalu dia mengangkat tubuh Andini.

Ken buru-buru membuka pintu mobil.

Narendra memasukkan Andini kedalam mobil mereka dan segera menyusul.

Ken menyimpan payung di bagasi dan segara naik.

“Kemana kita?” Ken bertanya melalui kaca kecil di depannya. Dia melihat ekspresi cemas diwajah Narendra.

“Apartemen.”

Ken membeku sejenak, “Nggak ke rumah saja, bos?”

“Apartemen, kataku!”

“Oh, oke.” Meskipun agak bingung, Ken patuh.

Bos memiliki rumah yang cukup mewah dengan banyak pelayan. Sedangkan ini, dia telah menemukan wanita masa lalunya. Tetapi kenapa malah membawanya ke apartemen sempit itu?

Mungkin dia ingin bernostalgia dengan tempat itu.

Ken adalah asisten Narenda sejak 4 tahun yang lalu. Mereka telah dekat sebelum menjadi bawahan dan atasan, jadi Ken banyak tahu tentang cerita kehidupan pribasi Narenda.

Sebulan yang lalu, Narendra baru saja kembali ke tanah air. 

Semalam, dia mendapat undangan pesta ulang tahun pernikahan dari orang kaya yang sedang mencalonkan diri sebagai kepala daerah di Kurta.

Tapi Ken tahu persis, jika alasan Narendra bersemangat untuk datang ke pesta itu.

Setelah tiba di tempat pesta, Narendra kecewa. Karena wanita yang ingin dia lihat, tidak ada dipesta itu. 

Lalu dia mendengar bisik-bisik dari beberapa tamu, jika Nyonya pemilik pesta pergi dengan marah karena suaminya terlambat datang ke pesta mereka.

Narendra meninggalkan pesta tanpa menikmatinya kemewahan musik yang ada, tujuanya datang ke pesta itu hanya untuk mencari Andini. Tapi sayangnya dia tidak berhasil menemukan.

Dia benar-benar tidak menyangka kalau akan bertemu dengan Andini dalam keadaan Andini seperti ini.

Dia menatap wajah pucat Andini di pangkuannya. Ada bekas jari lima dipipinya yang putih. Ujung bibirnya juga sedikit terluka.

Pandangannya turun ke lengan Andini yang terbuka. Di siku dan telapak tangannya ada luka baru. Ada juga di bagian lutut.

Apa dia jatuh?

Seperti ada batu besar yang menimpa dadanya. Dia merasa sangat sesak melihat keadaan Andini seperti ini.

Tubuh Andini menggigil karena dingin. 

“Ken, matikan AC nya.”

Jas mewahnya sudah dilepaskan untuk menutupi tubuh Andini yang basah karena hujan. Naren semakin merapatkan pelukannya, supaya Andini merasa hangat.

“Apa yang terjadi, Andini? Apa pernikahanmu nggak baik-baik saja?” Dengan hati-hati, Narendra mengusap lembut wajah Andini. 

Andai saja saat itu dia tidak datang terlambat, mungkin saat ini dia sudah hidup bersama wanita ini. Memiliki anak, dan menjadikan Andini ratu dalam istana mewahnya.

Semua ini salahnya. Dia yang bersalah.

Narendra sangat ingin menebus kesalahannya. 

Tapi .…

Andini adalah istri orang sekarang.

Hanya saja, melihat kondisinya seperti ini, hatinya tidak bisa menerima.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jangan Salahkan Aku Mencintainya    Bab 7. Pulang Kerumah

    Ditempat yang terpisah, akan tetapi di waktu yang hampir bersamaan. Perjalanan pulang Andini terasa begitu panjang. Taksi yang ditumpanginya melaju pelan menembus keramaian kota.Meskipun dia marah dan kecewa pada keluarganya, akan tetapi saat mendengar kabar ibunya yang sakit dan terkena serangan jantung, tetap saja dia merasa sangat khawatir.Saat langkah kaki Andini yang gontai memasuki pintu utama rumah mewah keluarga Winanto, bukannya keharuan yang menyambut, Andini justru dibuat terpaku. Ibunya terlihat duduk dengan tegap di ruang tamu, sambil tangannya sibuk mengulir ponsel. Dari raut wajahnya jelas sama sekali tidak tampak jika dirinya sedang sakit.“Andini, kamu sudah pulang,” suara sang ibu dingin namun tegas menyambutnya.“Mami, bukankah kata Kak Arya, Mami—”“Cukup!” potong ibunya cepat. “Nggak ada yang sakit. Kamu itu ya, memang keras kepala dan selalu buat masalah.”Andini tertegun. “Siapa yang keras kepala, Mi? Aku seperti ini karena Radit yang menurunkan aku di teng

  • Jangan Salahkan Aku Mencintainya    Bab 6. Kenangan

    Setelah kepergian Andini, Naren menuju kantornya.Seharian ini ia tampak murung. Dari lantai tiga puluh dua, lewat jendela besar ruang kerjanya, matanya menatap kosong keluar jendela.Dari tempatnya berdiri mobil-mobil yang bergerak di jalan raya, tampak seperti semut kecil yang sedang berbaris rapi.Langit di luar berwarna abu-abu, warna yang sama dengan perasaannya setiap kali Naren mengingat masa dua tahun lalu.Hari ketika dia meninggalkan Andini tanpa sempat mengucap selamat tinggal.Selama ini kenangan itu selalu hadir disetiap mimpi, seakan saja menolak untuk pergi.Naren masih mengingat jelas. Saat itu, dia berlari kecil menuju taman kampus, membawa sesuatu yang disembunyikan di balik jaketnya, kotak kecil berisi kalung emas, dengan liontin bermata berlian yang didesain khusus berbentuk bunga tabebuya ungu, bunga kesukaan Andini.Waktu itu seharusnya menjadi hari bersejarah. Di mana dia akhirnya memberanikan diri untuk menyatakan perasaannya.Walau perkenalannya dengan Andini

  • Jangan Salahkan Aku Mencintainya    Bab 5. Andini

    Andini menunggu.Satu hari.Dua hari.Tiga hari.Tidak ada pesan. Tidak ada jejak.Hanya bangku kosong dan bunga-bunga ungu yang berguguran tanpa saksi.Dia kecewa, tentu saja. Tapi bagian terdalam dari hatinya lebih memilih untuk mengabadikan Naren seperti kisah di sebuah dongeng, dia berharap akan bisa bertemu lagi suatu hari nanti.Hari-hari berlalu. Andini melanjutkan hidupnya. Disela-sela waktunya dia tetap melukis diam-diam. Hari berganti bulan, bulan berganti tahun, Andini menjalani kehidupan dan kuliah IT dengan perasaan kosong.Lalu pada hari yang sudah ditentukan, Andini harus menikah dengan lelaki yang dipilihkan oleh keluarganya. Hanya patuh dan menerima.Hidupnya sama seperti boneka yang hanya bisa bergerak jika digerakkan, bahkan untuk memakai pakaian serta perhiasan semuanya juga diatur, semua itu tentunya hanya untuk mengenalkan pada sekitar jika dirinya baik-baik saja.Dan malam ini, dia melihat kembali pria itu. Dengan sorot mata yang sama. Dan senyuman yang masih me

  • Jangan Salahkan Aku Mencintainya    Bab 4. Pertemuan Andini dan Narendra.

    Gigi Naren terlihat saling beradu, tangannya terkepal kuat, wajahnya terlihat memerah. Aura kemarahan begitu terpancar jelas.“Sialan! Siapapun orangnya, orang itu harus membayar semua perbuatan ini!”Ken menelan ludahnya. Dia terlihat mengelengkan kepala. Selama bertahun-tahun mengenal Naren, baru kali ini dia melihat raut wajah Naren yang begitu menakutkan. Bosnya benar-benar mencintai wanita yang ada dalam dekapannya itu. Bahkan bukan sekedar cinta biasa, melainkan cinta yang sudah menguras akal sehatnya. Walau saat ini status wanita itu adalah istri orang lain, akan tetapi rasa cinta dihatinya tidak berubah sedikitpun.Sebagai seorang sahabat dan tangan kanan dari Naren, terkadang dirinya ingin berkata bagaimana jika bosnya itu belajar untuk melupakan cintanya. Karena semuanya sia-sia belaka, wanita itu bukan lagi miliknya.Tapi dia tidak berani mengatakan itu. Naren adalah bosnya. Dia akan mendukung semua keputusannya dengan penuh.“Bagaimana jika kita buat orang itu bangkrut s

  • Jangan Salahkan Aku Mencintainya    Bab 3. Teraniaya.

    Kemudian Sanjaya, menatap Andini tajam. “Dengar, Andini. Nak Radit ini pria yang sangat sabar. Seharusnya dia marah karena kamu meninggalkan pesta tanpa alasan jelas. Kalau ke depannya kamu berani membuat masalah lagi, Ayah sendiri yang akan mewakili suamimu untuk memberimu pelajaran.”Andini benar-benar muak. Seandainya orang tuanya peduli, mereka pasti akan berpikir, tidak mungkin dia pergi jika tanpa alasan.Seharusnya mereka bertanya ada apa sebenarnya, kenapa dia pergi dari pesta.Sayangnya, meskipun dia mengatakan jika Radit kembali berselingkuh, semua orang di dalam rumah ini tidak akan ada yang akan mendengarkan ucapannya.Bahkan dapat dipastikan, dia justru diminta untuk tutup mata dan telinga, seolah tidak terjadi apa-apa.Mereka akan mengatakan jika hal seperti itu sangat lumrah. Jika seorang pria kaya dan punya nama seperti Radit, boleh punya simpanan di luar. Asal saja jangan sampai dia menikah lagi. Di samping ayahnya, sang ibu tersenyum lega. “Sudah, jangan buat masala

  • Jangan Salahkan Aku Mencintainya    Bab 2. Merasa Dejavu

    Langkah kakinya sempat ragu, namun mata Andini yang terpikat oleh keindahan tempat itu tak sanggup berhenti menelusuri satu demi satu karya yang terpajang di galeri seni tersebut.Cahaya lampu temaram yang jatuh tepat di atas setiap kanvas membuat lukisan-lukisan itu tampak hidup, seolah bernapas dalam diam.Ada goresan abstrak yang liar, ada juga potret wajah penuh ekspresi, dan lanskap alam yang menenangkan. Semuanya seakan memanggil sisi lain dari dirinya yang telah lama terkubur oleh rutinitas dan tekanan hidup.Saat Andini menyusuri lorong pameran dengan langkah pelan, hatinya berdesir aneh, sebuah rasa yang asing sekaligus begitu akrab menyelinap dalam dada. Pandangannya berhenti pada sebuah sudut ruangan. Di sana, terpajang satu lukisan dengan pencahayaan khusus, seperti sengaja diletakkan agar setiap pengunjung berhenti dan menatapnya lebih lama.Seketika jantung Andini serasa berhenti berdetak.Lukisan itu ... kenapa begitu mirip?Dengan lukisan miliknya.Lukisan yang pernah

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status