/ Romansa / Janji Kedua / 2. Bukan Istri Biasa

공유

2. Bukan Istri Biasa

작가: rainnonie
last update 최신 업데이트: 2021-03-29 16:54:23

Memangnya kenapa kalau dia menikah dengan Satrio? Memangnya kenapa rata-rata suster melihatnya dengan tatapan tidak suka? Apa salah Ocean sampai semua orang seolah memusuhinya? Bukankah Ocean tidak membuat kesalahan pada mereka? Ocean juga tidak berhutang apa pun. Seingat Ocean dia justru tidak pernah berbicara selain dengan orang tua dan suaminya.

Pikiran itu berputar di kepala Ocean sepanjang hari dan dia tidak menemukan jawabannya. Mata-mata sinis yang melihatnya itu seolah menunjukkan rasa benci yang tidak ditutup-tutupi. Ocean sungguh ingin tahu apa alasan mereka semua.

Ocean termenung di ruang rawat bapaknya. Satrio menepati janjinya, kini dia menunggui bapaknya di ruang perawatan terbaik. Ocean lega meski sebenarnya bukan itu yang dia inginkan. Dia hanya ingin bapaknya mendapat perawatan terbaik, tetapi siapa yang menyangka jika dia justru bertemu dengan Satrio, pria yang pernah dia tolak dengan tidak baik.

Bertemu kembali dengan Satrio bisa jadi adalah anugerah dan musibah di saat yang bersamaan. Anugerah karena Satrio berjanji akan membantu biaya perawatan bapaknya yang jumlahnya tidak bisa Ocean bayangkan. Menjadi musibah karena bapak yang sudah pasrah akan nasib kesembuhannya menginginkan Ocean menikah. Setidaknya jika terjadi apa-apa saat operasi, bapak Ocean sudah menikahkan anak gadisnya dengan orang yang tepat.

Ocean mandi setelah membantu ibu menyeka badan bapak. Setelah semua rutinitas sore itu, dia harus menemui Satrio dan ikut pulang ke rumah. Suaminya itu juga menyediakan perawat pribadi untuk bapak sehingga Ocean tidak perlu memikirkan apapun saat tidak berada di sana. Semua kemudahan perawatan kini didapatkan bapak.

"Kamu mau pergi ke mana, Nduk?" Ibu bertanya setelah selesai menyuapi bapak.

"Nggak tau, Bu. Sam nggak bilang mau ngajak ke mana," jawab Ocean. Tangannya sibuk mengoleskan pelembut kulit di lengan dan kakinya.

Bahkan dalam imajinasinya pun Ocean tidak pernah berharap akan bertemu kembali dengan Satrio. Sebagai seorang gadis yang merasa dibohongi, tidak seharusnya Ocean memberikan kesempatan kedua kepada Satrio. Satrio bukanlah pria baik di mata Ocean saat itu, mengatakan mencintainya, tetapi juga memiliki orang lain di belakangnya. Mungkin Satrio pikir Ocean bodoh dan tidak akan pernah mengetahuinya. Satrio salah, Ocean tahu dalam seminggu setelah komitmen pacaran mereka.

Pada akhirnya kebencian Ocean kalah oleh kasih sayang kepada orang tuanya. Satrio menemukannya ketika mendaftar untuk rawat inap bapaknya. Bertemu kembali dengan Satrio langsung membuat bapaknya berharap banyak hingga terjadilah pernikahan dadakan itu.

"Nduk ... sana pergi temui suamimu. Jangan buat dia menunggu lebih lama." Ibu menyentuh lengan Ocean lembut dan menyadarkan Ocean dari lamunannya.

Ocean bangkit. "Iya, Bu. Cean pergi dulu," pamitnya seraya melangkah keluar.

Ocean menyusuri koridor panjang dari ruang rawat bapaknya menuju ruang kerja suaminya. Beberapa perawat yang kebetulan mengenalnya mengangguk kecil, ada juga yang saling berbisik saat melihat dia melintas. Ocean melihat baju yang dia kenakan, skinny jeans dengan kaos putih yang ditutup jaket rajut. Ocean tidak merasa penampilannya buruk, tetapi mengapa mata-mata itu melihatnya seolah dia makhluk asing yang tersesat di bumi.

Sebuah rangkulan di bahu membuat Ocean menoleh. Suaminya tersenyum menawan, menoleh pada beberapa perawat yang sempat berbisik melihat Ocean.

"Halo, Suster," sapa Satrio sambil berjalan mendekat ke arah mereka dengan Ocean berada dalam rangkulannya. "Kenalan dulu, ini Ocean Samudera, istriku," ujar satrio memperkenalkan Ocean.

Satu per satu suster yang tadi bergunjing menyalami Ocean dengan enggan. Kalau berbicara tentang enggan, Oceanlah yang paling merasakan hal itu. Tidak pernah ada dalam angan-angannya untuk diperistri oleh Satrio.

"Jadi ... kalau kalian melihat istriku lupa jalan menuju ruanganku, tolong dibantu, ya?" Satrio menekankan kalimatnya hingga menyerupai ancaman.

"Ya, Dok," jawab mereka bersamaan.

Satrio tertawa merdu. "Baiklah, terima kasih, ya, sebelumnya. Ayo kita pergi, Istrinya Sam!" Satrio membawa Ocean berbalik dan meninggalkan tempat itu menuju pintu keluar rumah sakit.

Berada dalam mobil Satrio membuat Ocean sedikit gugup. Tangannya meraih lengan Satrio yang berada di atas roda kemudi. Satrio memalingkan wajah pada Ocean dan menyiratkan pertanyaan tanpa kata.

"Sam ...," panggil Ocean lirih.

"Hmm ...," gumam Satrio.

"Apa aku nggak pantes ada di rumah sakit itu? Apa aku nggak pantes jadi istrimu?"

Satrio menaikkan sebelah alisnya dan menatap heran pada Ocean. "Memangnya siapa yang peduli?"

"Tapi, Sam ...."

"Yang suamimu siapa?"

Ocean menunduk. "Kamu."

"Jadi kenapa peduli dengan orang lain? Kalau kamu nggak suka, bilang aja sama aku. Aku bisa pecat mereka semua yang udah buat kamu nggak nyaman. Kamu ngerti, Cean?"

Ocean mengangguk, melepaskan lengan suaminya lalu duduk tenang di tempatnya. Satrio mengemudikan mobilnya ke luar rumah sakit. Di gerbang rumah sakit dia menekan klakson saat berpapasan dengan sebuah mobil hitam yang bisa dibilang bagus.

"Siapa?" tanya Ocean spontan.

Satrio menoleh ke kanan, menginjak pelan pedal gasnya hingga mobil mereka meluncur mulus membelah keramaian jalan raya. "Sudah pengen tau teman-teman suamimu, Cean?"

Ocean menunduk lagi. "Enggak."

Ocean berdiri di serambi depan sebuah rumah bergaya minimalis modern. Satrio membuka pintunya dan mempersilakan Ocean memasukinya. Mata Ocean berkeliling melihat seluruh ruangan yang ada. Dia tidak sempat memperhatikan semuanya karena Satrio sudah menariknya ke dapur.

"Sam mau makan?"

"Iya. Aku lapar, biasanya aku makan beli. Karena sekarang aku punya istri maka aku mau dimasakin olehmu," jelas Satrio.

"Sam mau makan apa?" tanya ocean.

Satrio menyeringai. "Makan kamu, boleh?"

Ocean menghampiri kulkas secepat yang dia bisa. Dia Melihat kulkas itu penuh dengan sayuran, buah-buahan, dan daging. Ayam dan makanan beku juga ada. Ocean bingung mau masak apa untuk Satrio.

"Sam selapar apa?" tanya Ocean.

"Cukup lapar tapi bisa menunggu sampai masakanmu mateng."

Ocean menggoreng tahu sutra dan di waktu yang sama juga menanak nasi, dan merebus sayur. Dalam satu jam semuanya siap lengkap dengan bandeng presto dan sambal. Satrio makan dengan lahap tanpa bicara, menyuapi Ocean dan memprotes ketika istrinya itu tidak mau membuka mulutnya. Pada akhirnya masakan itu tandas bersama Satrio yang bersandar puas di kursinya.

"Masakanmu enak, ternyata punya istri itu menyenangkan," ujarnya.

Ocean tidak menanggapi ucapan satrio. Dia sibuk membereskan semuanya, mencuci dan mengembalikan peralatan ke tempat semula. Satrio mengatakan agar dia membiarkan semuanya karena akan ada orang datang untuk membersihkannya, tetapi Ocean memilih semuanya terlihat rapi seperti semula.

Selesai mengerjakan pekerjaannya, Ocean duduk di depan Satrio. "Sam ...," panggilnya lirih.

Satrio tidak menyahuti panggilan Ocean, tetapi dia menoleh pada istrinya dengan tatapan bertanya.

"Kenapa, sih, para suster di rumah sakit kaya nggak suka gitu lihat aku?" Ocean menunduk setelah menanyakan rasa ingin tahunya pada Satrio.

"Karena kamu menikahi pria yang mereka sukai," jawab Satrio terus terang.

Ocean berdecak. "Aku nggak menikahi pria yang mereka sukai, pria itu sendiri yang menikahi aku," tutur Ocean.

"Hasil akhirnya sama saja. Aku dan kamu menikah, iya, kan? Nggak usah terganggu, aku bukan pria yang memacari rekan kerja, aku juga bukan pria yang suka selingkuh."

Entah mengapa, Ocean tidak tersentuh oleh ucapan suaminya. Baginya itu adalah bagian dari rayuan gombal yang sering diucapkan oleh pria saat menginginkan wanita. Ocean berniat untuk tidak terperdaya dengan setiap perkataan manis yang diucapkan oleh suaminya. Suaminya itu harus tahu kalau dia bukan istri biasa.

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Janji Kedua   53. Makin Cinta

    Saat kehamilan Ocean semakin besar, Satrio benar-benar mengurangi jam praktiknya. Di sore hari dia praktik hanya satu jam, itu pun dengan perjanjian tepat waktu. Pasien lainnya dia tangani pada praktik pagi. Beberapa pasien mengatakan kalau dokter mereka sedang menjadi suami siaga. Satrio menanggapinya dengan senyum ramah dan meminta maaf jika perubahan yang dia lakukan membuat tidak nyaman, tetapi pasiennya mengerti dan tidak keberatan dengan jadwal baru Satrio.Selepas praktik sore, waktu menunjukkan pukul lima lewat sepuluh. Satrio sudah keluar dari ruang kerjanya dan sudah pasti dia akan pergi menemui istrinya. Dia disapa beberapa pasien yang memilih untuk pindah periksa ke rekannya. Satrio tetap membalas sapaan itu dengan ramah.Ketika hampir sampai di pintu masuk apoteknya, Satrio melihat Ocean yang sedang berjalan keluar. Dengan perut membuncit seperti itu, istrinya terlihat begitu seksi. Setidaknya begitulah di mata Satrio. Tidak ada sedetik pun waktu terlewat

  • Janji Kedua   52. Anugerah Cinta

    Ocean tidak menyangka bahwa kehamilan itu akhirnya datang setelah dia memutuskan untuk menghentikan seluruh program yang ditawarkan oleh Satrio. Dia memegang janji Satrio bahwa mereka akan tetap bersama meski kehamilan itu akan terjadi lima atau bahkan sepuluh tahun lagi. Dalam gurauannya, Satrio juga mengatakan kalau tidak keberatan saat Ocean mengandung di masa menjelang menopause sekalipun. Satrio hanya ingin Ocean bahagia hidup bersamanya dan itulah yang sudah dilakukan oleh Ocean.Mengingat semua itu membuat Ocean terharu. Kadang-kadang dia bangun tengah malam dan menyalakan lampu di sampingnya hanya untuk memandangi wajah Satrio. Suaminya itu diam-diam telah memberikan perawatan untuknya. Sejak keputusannya untuk berhenti program kehamilan, sejujurnya Ocean sudah tidak peduli dengan asupan yang masuk ke tubuhnya. Cukup baginya apa yang disediakan oleh Simbok dan dia selalu memakannya tanpa mengeluh.Dalam hari-hari yang dijalani Ocean, tak sedikit pun perempuan i

  • Janji Kedua   51. Tak Terduga

    Satrio tersenyum sendiri begitu keluar dari ruang kerja pribadinya di rumah sakit. Dia berjalan menyusuri lorong panjang seperti biasa sebelum mencapai area parkir. Beberapa perawat dan staf menyapanya dan dibalas dengan anggukan serta sedikit senyum. Pikirannya hanya tertuju pada Ocean yang sudah pasti sedang duduk mengamati komputer sambil mengunyah emping belinjo.“Tingkahmu sudah seperti orang gila yang perlu rawat inap.”Satrio tidak perlu menoleh untuk tahu siapa yang tengah berbicara padanya. Orang yang berani berbicara dengan kalimat mengejek hanyalah dua orang. Pertama adalah Alfredo yang saat ini pasti sedang sibuk di meja operasi dan yang lainnya adalah Raphael. Keduanya sama-sama mempunyai mulut dengan kadar ketajaman melebihi pisau. Meskipun begitu, dia menyukai para sahabatnya yang super royal terhadap satu sama lain.“Memang repot kalau punya teman yang nggak pernah tahu rasanya bahagia,” komentar Satrio tak kalah pedas.

  • Janji Kedua   50. Pindahan

    Hal yang membuat Ocean bersemangat adalah mengisi rumah barunya dengan perabotan yang dia sukai. Satrio memercayakan urusan itu padanya dan Ocean menerima pekerjaan dengan senang hati. Untuk hal-hal yang sekiranya akan digunakan oleh Satrio, Ocean bertanya satu atau dua kali untuk meminta pendapat. Selebihnya dia memilih sendiri segala sesuatunya dan langsung disetujui oleh Satrio.Hanya dalam seminggu rumah itu telah rapi dengan seluruh perabot pilihan Ocean mengisi seluruh ruangannya. Ocean memilih perabot fungsional dan dengan bijaksana membuat rumah itu menjadi terkesan hangat, elegan, dan menyenangkan. Tinggal menanyakan kepada Satrio kapan mereka bisa pindah secara resmi.Sejak Ocean meminta liburan ke vila, mereka memang tidak pernah kembali lagi ke rumah lama Satrio. Entah mengapa, Ocean begitu malas melihat rumah itu. Bukannya tidak indah, justru rumah lama Satrio bisa dikatakan mewah. Semua yang ada di sana meneriakkan rupiah yang tak bisa dibayangkan oleh Oc

  • Janji Kedua   49. Ingin Rumah Baru

    Satrio merasa harinya semakin menyenangkan. Ocean menjadi sangat manis dan manja serta tidak mau berpisah darinya untuk waktu yang lama. Pekerjaannya lancar dan apoteknya semakin besar. Entah apa yang sudah dilakukan Ocean hingga semuanya berkembang sepesat itu. Klinik bersalinnya juga tak luput dari campur tangan istrinya. Kebijakan baru yang diterapkan oleh Ocean terbukti mudah untuk dilakukan. Ocean juga menambahkan beberapa dokter praktik di sana dengan jadwal yang sudah dia tetapkan.Saat jam praktiknya telah selesai, Satrio masih duduk dalam ruang kerjanya untuk beristirahat sejenak sebelum menjemput Ocean dan pulang ke vila. Sudah hampir sebulan mereka tinggal di sana sementara Ocean membuat jadwal Satrio menjadi satu jam lebih awal. Satrio tersenyum sendiri menyadari kecerdasan istrinya. Ada saja caranya untuk memperoleh apa yang dia mau dan sejujurnya hal itu membuat Satrio senang.Menyelesaikan pekerjaan pada pukul delapan adalah hal yang sangat menyenangkan.

  • Janji Kedua   48. Janji Kedua

    Ketika waktu pemeriksaan tiba dan Dokter Suroso berhalangan hadir karena sakit, Ocean memeriksakan dirinya pada Dokter Ayu tanpa sepengetahuan Satrio. Hanya untuk mengetahui tentang dirinya sendiri, begitu yang dia pikirkan. Dokter Ayu pun tak keberatan membantunya untuk sekadar memeriksa. Saat itulah Ocean mengetahui bahwa dia memiliki tiga sel telur matang dan mestinya dia siap untuk proses kehamilan.Setelah mengucapkan terima kasih pada Dokter Ayu, Ocean keluar dari ruang praktiknya. Dia bergegas kembali ke apotek dan menunggu suaminya selesai bekerja. Kali ini perasaannya begitu ringan. Ocean tidak lagi memikirkan tentang kehamilan dan prosesnya yang selain membutuhkan waktu ekstra serta segala sesuatu yang serba lebih. Lebih di sini adalah waktu dan tenaga. Dia berpikir untuk menikmati banyak waktu dengan Satrio saja.Memasuki ruang kerjanya, Ocean melihat Satrio sudah berada di sana. Dia heran dan melirik jam di pergelangan tangannya. Baru pukul delapan dan Ocea

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status