Alex dengan terburu keluar dari kamar setelah melihat isi balasan chatt dari Lea.
"Jangan dia pikir dengan mengirimiku foto dua jari tengah seperti itu dia bisa menang dariku, jangan harap itu akan terjadi karena aku tidak akan membiarkan itu terjadi." gerutu Alex seraya berjalan dengan wajah marahnya menuju ruangan santai para pelayan yang ada diarea pekarangan kediamannya.
Alex harus menerobos hutan mini dihalaman belakang rumahnya jika ia ingin keruangan para pelayan.
"Tuan Alex!" Demitri tersentak terbangun dari duduknya diatas sofa tunggal saat melihat sang majikan mendatangi pondok tempat berkumpulnya para pelayan saat menghabiskan waktu santai mereka.
Wajah Demitri sangat pucat, karena sangat langkah melihat majikanya itu datang langsung kearea tempat para pelayan.
"Ada apa Tuan?" tanya Demitri terbatah. Pelayan lelaki paruh baya itu terlihat gugup, ia merasa takut kalau-kalau salah satu pelayan disana berbuat kesalahan besar sampai Tuan besar mereka yang bernama Alxe Draror Morrone itu datang langsung ke area paviliun para pelayan.
Alex mendudukan tubuhnya diatas sofa, melihat kearah Demitri yang berdiri dengan kepala tertunduk dan kedua tangan terjulur kebawah dalam keadaan menyilang.
"Ada berapa pelayan dirumah ini?" tanya Alex.
Demitri sempat tersentak kaget lalu mulai menghitung jumlah para pelayan yang berada dalam pengawasannya selaku ketua pelayan di kediaman Morrone.
"Total ada 15 orang termaksud saya, Tuan." jawab Demitri.
"Minta mereka semua untuk berkumpul diruangan ini sekarang juga," titah Alex membuat Demitri mulai bergegas mengumpulkan para pelayan yang ada dikediaman Morrone itu.
"Apa yang sebenarnya terjadi?"
"Pasti ada yang melakukan kesalahan besar sampai Tuan Alex datang langsung ke paviliun para pelayan." terdengar bisikan-bisikan kegelisahan para pelayan yang berbincang satu sama lain disela-sela perjalanan mereka menuju paviliun para pelayan.
Demitri yang berdiri paling pojok sesekali menelan ludahnya saat jari telunjuknya mulai menghitung barisan para pelayan yang kini sudah berkumpul diruangan serba guna paviliun mereka.
Tak ada wajah damai diparas para pelayan yang berkumpul, mereka semua panik, takut-takut telah berbuat kesalahan tanpa sengaja sampai membuat penguasa kediaman Morrone itu datang langsung kearea paviliun para pelayan.
"Apa sudah berkumpul semua?" tanya Alex tanpa menatap lawan bicara dan hanya asyik mengotak atik ponsel pintar berwarna navynya.
"Sudah Tuan." sahut Demetri gugup. Kegugupan Demitri semakin besar saat Alex bangkit dari duduknya, padahal lelaki bernama Alex itu hanya beranjak berdiri dari duduknya namun aura mengintimidasinya sudah dapat membuat para pelayan keringat dingin termaksud Demitri.
"Angkat kedua jari tengah tangan kalian." ucap Alex seraya mengatur mode kamera pada ponselnya.
Merasa kamera ponselnya sudah bagus Alex langsung menatap para pelayan yang berkumpul dengan wajah pucat pasih mereka.
Alex menyerengitkan alisnya ketika mendapati tak ada satupun pelayan yang berani mengangkat jari tengah mereka begitu juga dengan Demitri.
"Apa yang kau lakukan? Cepat angkat kedua jari tengahmu," ucap Alex mengulang kembali kalimat perintahnya pada Demitri.
Dengan ragu Demitri mengangkat kedua jari tengahnya tepat diwajah sang majikan sembari berkata "Seperti ini, Tuan?"
"Apa kau ingin ku pecat?" spontan Demitri langsung menurunkan jari tengahnya dengan wajah panik "Bukanya tadi dia sendiri yang memintaku mengangkat jari tengah." keluh Demitri dalam hati kecilnya.
"Kau ingin mengumpatiku dengan jari tengahmu itu?"
"Tidak Tuan," sambar Demitri cepat "Aku bahkan tidak ada niatan untuk mengumpatimu dengan jari tengahku, aku mengangkat jari tengahku karena tadi kau yang menyuruhku." jelas Demitri dengan suara bergetar.
"Aku memang memintamu mengacungkan jari tengahmu tapi bukan berarti kau dapat melakukanya di depan wajahku juga." balas Alex dengan wajah sedikit kesal.
"Maafkan aku, Tuan." ucap Demitri.
"Bergabunglah dengan yang lainnya." tanpa buang-buang waktu Demitri langsung mengambil tiga langkah panjang untuk bergabung dalam barisan para pelayan lainnya.
Alex kini mengarahkan ponsel pintarnya kearah para pelayan yang tengah berkumpul membentuk setengah lingkaran "Aku ingin kalian semua mengangkat kedua jari tengah kalian kearah kamera. Barang siapa yang jarinya tidak muncul dalam foto maka aku akan memotong jarinya itu," ancam Alex membuat para pelayan itu spontan mengacungkan kedua jari tengah mereka kearah kamera lalu menahan pose itu beberapa detik sampai Alex selsai memotret mereka.
"Satu, dua, tiga." ucap Alex bersamaan dengan suara ponsel yang mengambil gambar.
Alex tanpa sabaran langsung memeriksa hasil fotonya, seulas senyum kemenangan langsung menghiasi wajahnya kala mendapati semua jari tengah para pelayannya tertangkap oleh kamera "Kita lihat sekarang siapa yang menang," gumam Alex penuh kepuasan.
Alex memasukan ponselnya dalam saku celannya dan saat ia mengangkat wajahnya alangkah terkejutnya Alex saat melihat para pelayannya masih dalam posisi berdiri sembari mengacungkan jari tengah mereka termaksud Demitri.
"Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya Alex bingung tanpa ia sadari bahwa memont itu terjadi atas perintanya "Kalian semua ingin mengumpatiku menggunakan jari tengah kalian?" mendengar itu semua pelayan yang ada disana langsung menurunkan jari tengah dan tangan mereka.
"Kembalilah bekerja," ucap Alex sebelum berlalu meninggalkan paviliun para pelayan dengan wajah tanpa dosanya.
"Apa yang baru saja terjadi?" tanya seorang pelayan itu pada rekan sesama pelayannya.
"Apa dia datang ke paviliun hanya untuk meminta kita mengacungkan jari tengah lalu memotretnya. Kurang kerjaan sekali." sahut pelayan berkaca mata itu seraya menepuk-nepuk lenganya yang terasa pegal akibat menahan pose jari tengahnya.
"Semakin hari kelakuan Tuan Alex semakin aneh saja,"
"Huuuss!..." Demitri menyelah percakapan para pelayan itu "Jaga ucapan kalian. Jika Tuan Alex mendengar kalian maka aku yakin mulut kalian itu akan dijahit." tiga pelayan itu langsung terdiam sebelum membungkuk kearah Demitri kemudian meninggalkan lelaki itu dalam keheningan seorang diri.
Alex tanpa sabaran menunggu balasan chatt dari pemilik akun @Lea_Lamia setelah ia berhasil mengirimkan foto jari tengah seluru pelayan yang ada dikediamannya.
"Sekarang kita lihat bagaiman cara gadis itu akan mengalahkanku dan pasukan jari tengahku." ucap Alex merasa puas akan kemenangannya.
***
Mulut Lea menganga spontan saat melihat isi chatt yang dikirim Alex padanya, sebuah foto lima belas orang yang tengah mengangkat jari tengahnya langsung memenuhi isi layar ponsel pintar milik Lea, dibawah foto itu ada caption 'Sekarang kau tahukan siapa pemenang sesunggungnya' tak lupa emotikon beruang yang tertawa ngakak menghiasi akhir dari caption foto itu.
Jari telunjuk Lea terjulur, mulutnya bahkan komat kamit saat menghitung jumlah jari tengah yang ada di dalam foto "Ada tiga puluh jari tengah," gumam Lea "Dia mengajak orang satu RT untuk membuat foto ini." lanjutnya seraya memutar otak untuk berfikir bagaimana caranya mengalahkan lelaki pemilik akun @Lex_Draro itu.
"Untuk saat ini aku hanya memiliki dua jari tengahku, jari Ayah dan Mama itupun kalau mereka bisa ku ajak berfoto dengan pose mengacungkan jari tengah." gumam Lea "Aaah!.." erangnya frustaris "Bagaimana caranya agar aku dapat mengajak penduduk kompleks untuk foto bersama dengan pose mengacungkan jari tengah?" pikir Lea
Bersambung!...
Alex menatap tajam ponsel pintar yang digeletakanya diatas tempat tidur, sesekali lelaki bermata coklat itu akan menggigit ibu jarinya merasa gelisah menunggu balasan chatt dari Lea."Kenapa lama sekali?" gumam Alex kesal pasalnya sudah hampir dua jam menunggu balasan dari akun bernama Lea_Lamia namun nihil tak ada respon apapun dari akun itu sejak dia mengirimkan foto pasukan jari tengahnya."Apa-apaan ini? Apa dia menyerah begitu saja? Biasanya dia sangat gerak cepat membalas chattku." gerutu Alex kembali seraya memeriksa ponselnya takut-takut ada chatt yang tidak dia sadari masuk ke ponselnya tapi itu hanya harapanya belaka.Alex membanting ponselnya ke atas tempat tidur "Tunggu dulu," ucapnya seorang diri seoalah ada orang yang akan mendengar keluh kesanya itu "Jika gadis itu tidak membalas chattku itu tandanya aku menang bukan. Seharunya aku senang, tapi kenapa rasanya seperti ada yang kurang, seharusnya gadis itu membalas chattku bertempur denganku sampai titik darah penghabisan
"Kau yakin bisa membujuk warga kompleks yang ada ditaman untuk berfoto dengan pose mengangkat jari tengah, Ir?" tanya Lea masih merasa ragu akan rencana sang sahabat.Irma dengan yakin menganggukan kepalanya "Tenanglah Le, semua sudah terancang dalam otakku." sahut Irma sebelum perhatian kedua gadis itu dicuri oleh dering ponsel milik Lea.Lea menatap layar ponselnya, sebuah senyuman langsung menghiasi wajah cantik naturalnya kala melihat nama yang tertera dilayar ponsel pintarnya itu."Danu?" tanya Irma seakan mengetahui siapa gerangan si penelpon yang mampu membuat senyum cerah muncul diwajah Lea.Lea mengangguk merespon pertanyaan Irma sebelum memberi isyarat pada Irma untuk pergi sebentar menjawab panggilan telpon dari kekasihnya itu."Tunggu benar," ucap Lea seraya beranjak berdiri, menjauh beberapa langkah dari Irma yang masih duduk diatas tempat tidurnya."Hallo?" jawab Lea pada si penelpon."Hay, Sayang." balas si penelpon bernama Danu itu "Apa yang sedang kau lakukan sekarang
Alex mulai melanjutkan aktifitas ketik mengetiknya setelah sempat terganggu karena panggilan telpon dari Mike.Baru mau memulai mengetik kembali getaran ponsel akibat sebuah chatt dari Lea_Lamia masuk mengganggu ketikan milik Alex."Kau akan menjadi bujangan lapuk!" bunyi Chatt yang diterima Alex semakin membuat lelaki bermata coklat jerni itu naik pitam.Tangan Alex mulai bergerak kembali mengetik balasan chatt untuk Lea namun lagi-lagi terganggu akibat chatt Lea telah masuk lebih dulu menyerobot.Sebuah stiker beruang menjulurkan lidahnya langsung memenuhi layar ponsel milik Alex.Alex menahan kekesalannya karena sedari tadi dia belum dapat menyelesaikan ketikan balasan untuk chatt dari Lea, saat tangan Alex kembali untuk mengetik lagi-lagi chatt dari Lea masuk untuk mengganggu aktifitasnya lagi, kali ini stiker beruang dengan mata melotot memenuhi layar ponsel milik Alex. Belum selsai dengan stiker itu Lea kembali mengirimkan stiker-stiker yang lain hingga Alex kesulitan untuk meng
Mike terlihat ragu untuk membuka pintu kamar milik Alex. Sesekali lelaki berparas manis itu menarik nafas dalam lalu dihembuskanya secara berlahan mencari keberanian yang tersisah dalam hatinya.Mike telah melakukan dua kesalahan besar, pertama karena ia telah menelpon Alex, Mike juga tidak tahu alasan kenapa Alex marah besar padanya saat dia menelpon tadi. Dan kesalahan Mike yang kedua adalah karena kebodohannya, dia mengira lawan bicaranya ditelpon adalah Lucha dan tanpa terkontrol ia mulai mengeluarkan keluh kesah serta kejengkelannya tentang Alex padahal lawan bicaranya saat itu adalah Alex.Tangan Mike terangkat untuk meraih ganggang pintu kamar yang terbuat dari emas murni 24 karat, namun saat ia hendak membuka pintu tiba-tiba keberanian yang telah dikumpulkannya tadi menghilang begitu saja.Jantung Mike berdegup kencang layaknya genderang perang, ia ingin sekali kabur namun jika ia kabur maka itu sama artinya menambah masalah baginya."Mau sampai kapan kau berdiri disana?" suar
Setelah menerima telpon dari Irma dan mengetahui bahwa pesan berbintang di star friends tidak dapat dihapus, tubuh Lea langsung lemas, dengan langkah berat ia kembali melanjutkan langkahnya yang gontai kembali ke rumahnya.Tepat di depan gerbang rumahnya langkah Lea terhenti saat melihat sepasang sepatu berdiri dihadapanya, Lea sangat mengenal betul siapa pemilik sepatu itu, saat Lea mengangkat kepalanya kecurigaanyapun benar pemilik sepatu itu adalah Danu.Lea dengan segera memalingkan wajahnya menghindari tatapan Danu. Lea melangkah hendak masuk ke halaman rumahnya namun Danu mencekal pergelangan tanganya "Ayo kita bicara sebentar." ucap DanuLea dengan kasar menepis tangan Danu hingga terlepas dari pergelangan tanganya "Aku sedang tidak ingin bicara denganmu sekarang." balas LeaMelihat Lea masih menatapnya sinis dan masih bersikukuh ingin masuk ke dalam rumahnya membuat Danu langsung menarik tangan Lea hingga gadis itu berada dalam pelukannya dan sejurus kemudian Danu menggedong L
Alex terlihat sumringah saat Mike masuk ke dalam kamarnya seraya menenteng tas putih berisi ponsel keluaran terbaru merek S*m*u*g."Ini ponselmu?" ucap Mike meletakan tas putih itu di atas tempat tidur milik Alex."Bagaimana dengan akun star friendsku, apa kau sudah mengaturnya?""Astaga!" Mike spontan menepuk keningnya "Itu yang ku lupakan dari tadi." lanjutnya seraya mendudukan tubuhnya di atas tempat tidur mengeluarkan ponsel keluaran terbaru itu dari dalam kotaknya lalu mulai mengotak atiknya.Sebelum login ke dalam akun star friends milik Alex, Mike menatap lelaki yang tengah duduk di sofa tunggal yang ada dalam kamar itu."Kemarin mati-matian menolak untuk membuat akun, sekarang tak sabaran ingin login akun itu. Dasar plin plan!" gumam Mike sepelan mungkin, alangkah terkejutnya Mike saat Alex menatapnya tajam "Dia tidak mungkin mendengarku, bukan?" Mike membatin."Apa lihat-lihat?" ucap Alex ketus membuat Mike langsung segera kembali fokus pada ponsel berwarna hitam yang ada dit
Lea menganga panik saat melihat tanda star pada voice mail yang dikirimnya untuk Alex yang menandakan bahwa lelaki itu telah mendengar voice mail darinya. Lea dengan cepat menjambak rambutnya sendiri dengan ekspresi frustasi "Sebaiknya kau mati saja, Lea." gumamnya."Sekarang apa yang harus ku lakukan jika lelaki itu mengolokku?" pikir Lea.Sedang asyik berpikir tiba-tiba Lea dikagetkan oleh pintu kamarnya yang terbuka sedetik kemudian sosok Irma muncul dari balik pintu."Lea, apa yang kau lakukan?!" pekik Irma pasalnya dia dan Lea berjanji akan pergi ke taman tepat jam empa sore, tapi sudah hampir jam empat Lea bahkan belum bersiap-siap dan hanya uring-uringan di atas tempat tidurnya dengan ekspresi frustarisnya."Kenapa kau belum siap-siap, Le?" tanya Irma.Lea menatap Irma nanar "Bagaimana ini Irma? Lelaki itu telah membaca voice mailku." rengek Lea meminta solusi pada Irma.Irma dengan spontan ikut mendudukan dirinya di atas tempat tidur melupakan sejenak niat awalnya masuk ke kam
Irma mencondongkan sedikit bagian tubuh atasnya kearah Iyan seraya berkata pelan "Aku ingin memintamu mengatur para lansia untuk mengangkat jari tengah mereka kemudian berfoto.""Apa?!" teriak Iyan memekik "Aku sudah katakan jangan minta bantuan yang aneh-aneh." ucap Iyan tak ingin menyanggupi keinginan dari Irma"Ayolah Iyan, bantu aku!" rengek Irma meraih tangan Iyan lalu menggoyang-goyangkannya seperti sebuah ayunan."Bagaimana cara aku meminta mereka semua untuk mengangkat jari tengahnya?""Kau hanya meminta mereka mengangkat jari tengahnya saja bukan meminta mereka mengangkat beban besi seberat lima puluh kilo." ketus Irma "Kaukan akrab dengan mereka, mereka pasti akan menurutimu. Katakan saja itu sebagai foto kenang-kenangan." usul Irma "Kau mau membantuku atau tidak?""Gak!" sambar Iyan cepat tanpa berpikir terlebih dahulu membuat Irma mulai jengkel."Oke! Baiklah kalau begitu, tapi jangan salahkan aku jika aku akan menceritakan pada Mbak Desi bahwa kau dulu perna mengompol di