Setelah menerima telpon dari Irma dan mengetahui bahwa pesan berbintang di star friends tidak dapat dihapus, tubuh Lea langsung lemas, dengan langkah berat ia kembali melanjutkan langkahnya yang gontai kembali ke rumahnya.
Tepat di depan gerbang rumahnya langkah Lea terhenti saat melihat sepasang sepatu berdiri dihadapanya, Lea sangat mengenal betul siapa pemilik sepatu itu, saat Lea mengangkat kepalanya kecurigaanyapun benar pemilik sepatu itu adalah Danu.
Lea dengan segera memalingkan wajahnya menghindari tatapan Danu. Lea melangkah hendak masuk ke halaman rumahnya namun Danu mencekal pergelangan tanganya "Ayo kita bicara sebentar." ucap Danu
Lea dengan kasar menepis tangan Danu hingga terlepas dari pergelangan tanganya "Aku sedang tidak ingin bicara denganmu sekarang." balas Lea
Melihat Lea masih menatapnya sinis dan masih bersikukuh ingin masuk ke dalam rumahnya membuat Danu langsung menarik tangan Lea hingga gadis itu berada dalam pelukannya dan sejurus kemudian Danu menggedong Lea membawa gadis itu pergi menjauh dari rumahnya.
"Danu turunkan aku!" pekik Lea berontak berusaha untuk turun dari gendongan sang kekasih.
"Tidak sebelum kita bicara," tolak Danu mempererat pegangannya pada punggung Lea.
"Baiklah! Mari kita bicara, tapi setidaknya turunkan aku, banyak orang yang melihat kita saat ini." pinta Lea membuat Danu memberhentikan langkahnya dan langsung menurunkan Lea dari gendonganya.
"Sekarang katakanlah apa yang ingin kau bicarakan," ucap Lea saat kakinya menapaki trotoar jalan.
Danu menghela nafas saat masih melihat rona kemarahan dan kecewa di paras Lea.
"Kenapa kau pulang tanpa memberitahuku? Aku menelponmu dan mengirim mu chatt serta pesan singkat tapi kau tak meresponya." ucap Danu memulai percakapannya.
"Kau pikir kenapa aku melakukan itu? Jika memang tak ada niatan untuk kau makan siang bersamaku maka setidaknya jangan mengajakku keluar makan siang kalau pada akhirnya kau mengabaikanku dan lebih memilih berbincang ditelpon hingga puluhan menit," balas Lea mulai mengeluarkan semua unek-unek yang dari kemarin ditahannya.
Danu menghela nafas berat, ia dengan cepat meraih pergelangan tangan milik Lea berusaha meluluhkan hati gadis itu dengan sentuhan fisik meski hanya sekedar memegangi tanganya "Maafkan aku, aku salah. Aku minta maaf." ucap Danu lembut dengan ekspresi bersalahnya.
Lea menarik tangannya dari genggaman Danu membuat lelaki itu langsung tersentak, nampaknya kekasihnya itu marah besar padanya.
"Kau sudah sering melakukan itu, Danu! Sudah sangat sering malahan. Kau mengajakku bertemu, mengajakku keluar hingga pada akhirnya kau mengabaikanku, meninggalkanku, kau bahkan tak menyadari jika aku telah pulang lebih dulu." Lea tersentak saat dia lepas kontrol mengeluarkan segala jenis kekecewaanya pada Danu "Astaga apa yang sedang ku lakukan?" pikir Lea mulai menyesali perbuatannya "Jika seperti ini bagaimana jika Danu meminta putus dariku karena tak ingin memiliki pacar pecemburu sepertiku." ucap Lea membatin "Aku tidak ingin kehilangan, Danu." teriaknya dalam hati.
Danu kembali meraih tangan Lea mencium tangan itu lembut "Maafkan aku, Le. Aku tidak sadar bahwa perbuatanku telah menyakitimu. Aku mohon maafkan aku. Aku janji tidak akan mengulanginya lagi." tutur Danu lembut dengan nada memelas, melihat hal itu hati Leapun luluh dengan cepat ia mengacungkan jari kelingkingnya kearah Danu "Janji! Kau tidak akan mengulanginya lagi?" ucap Lea dengan senyum lega Danupun mengaitkan jari kelingkingnya pada jari kelingking Lea "Janji," jawabnya seraya memeluk Lea erat.
"Apa yang kau lakukan, Danu. Lepas orang-orang melihat kita." ucap Lea panik merasa malu karena reaksi orang-orang yang melihat aksi pelukan mereka.
"Memangnya kenapa jika mereka melihat kita, aku yakin mereka juga perna memeluk pasangan mereka."
"Tapi tidak di tempat umum seperti kita saat ini," sambar Lea seraya mendorong pelan tubuh Danu dari hadapannya mendapati itu Danu hanya terkekeh kecil.
Danu menyerengit saat melihat kaki Lea tanpa sandal "Apa yang terjadi sampai kau berada diluar tanpa alas kaki seperti ini?"
"Ah?!" seru Lea kaget mendengar ucapan Danu sebelum ia menunduk melihat kearah kakinya dan terang saja pemandangan pertama yang dilihatnya adalah kaki tanpa alas.
"Astaga! Sangking paniknya akan voice mail itu aku bahkan sampai tidak sadar berlari keluar tanpa alas kaki, pantas saja kakiku terasa panas dari tadi." pikir Lea.
"Lea?" panggil Danu membuat Lea langsung tersentak dan segera menatapnya.
"Apa yang sedang kau pikirkan?" tanya Danu kembali "Tidak ada!" sambar Lea cepat.
Danu berjongkok dihadapan Lea kemudian membuka sepatunya lalu memasukan kaki Lea ke dalam sepatunya yang berwarna putih itu "Apa yang kau lakukan Danu?" tanya Lea merasa tak nyaman akan tingkah Danu.
"Aku sedang memberikan kekasihku sepasang sepatu agar kakinya tidak panas," jawab Danu
"Tidak perlu seperti itu," tolak Lea seraya menarik kakinya keluar dari dalam sepatu namun dengan cepat Danu menahan pergelangan kaki gadis itu, Danu mendongak menatap wajah Lea "Gunakan sepatu ini, atau kau ku gendong sampai rumah?" ucap Danu memberikan pilihan.
Lea menggeleng mendengar pilihan nomor dua yang diberikan Danu, akan sangat canggung jika orang tuanya melihat dirinya pulang sembari digendong oleh Danu, belum lagi reaksi orang-orang yang akan melihatnya jika Danu menggendongnya pulang, karena hal itu Lea dengan cepat menolak pilihan kedua mentah-mentah, Lea tanpa ragu mulai memasukan kakinya pada sepatu kebesaran milik Danu.
Danu tersenyum saat melihat Lea menggunakan sepatunya, ia beranjak berdiri dari jongkoknya, mengacak rambut Lea seraya tersenyum "Good girl." ucapnya.
"Mau pergi kencan sekarang?" tanya Danu disela perjalanan mereka menuju rumah milik Lea yang tak jauh dari sana.
"Tidak bisa sekarang," tolak Lea.
"Kenapa? Apa kau masih kecewa atas perbuatanku tadi di caffe oleh karena itu kau tidak ingin kencan denganku sekarang." dengan cepat Lea menggeleng "Bukan seperti itu!" sambar Lea "Aku harus pergi ke taman bersama Irma hari ini." lanjutnya.
"Ku mohon jangan bertanya alasanku ingin pergi ke taman, karena aku tidak akan bisa memberikan jawaban apapun tentang itu aku tidak mungkin mengatakan pada Danu bahwa aku pergi ke taman karena ingin mengumpulkan warga hanya sekedar mengambil foto jari tengah mereka." gumam Lea membatin.
"Baiklah kalau begitu." ucap Danu membuat Lea langsung bernafas lega setidaknya dia tak perlu menjelaskan alasanya pergi ke taman karena Danu tidak bertanya.
***Alex menatap jam yang ada di dinding kamarnya, dia meminta Mike membelinya ponsel baru hampir dua jam yang lalu tapi lelaki bernama Mike Morrone itu belum juga kembali.
"Sebenarnya kemana dia pergi? Aku hanya memintanya membeli ponsel bukan bom kenapa lama sekali dia kembali." gerutu Alex tak sabaran, ia ingin segera memiliki ponsel baru karena merasa tak sabaran ingin membalas chattingan dari pemilik akun Lea_Lamia.
Bersambung!...Alex terlihat sumringah saat Mike masuk ke dalam kamarnya seraya menenteng tas putih berisi ponsel keluaran terbaru merek S*m*u*g."Ini ponselmu?" ucap Mike meletakan tas putih itu di atas tempat tidur milik Alex."Bagaimana dengan akun star friendsku, apa kau sudah mengaturnya?""Astaga!" Mike spontan menepuk keningnya "Itu yang ku lupakan dari tadi." lanjutnya seraya mendudukan tubuhnya di atas tempat tidur mengeluarkan ponsel keluaran terbaru itu dari dalam kotaknya lalu mulai mengotak atiknya.Sebelum login ke dalam akun star friends milik Alex, Mike menatap lelaki yang tengah duduk di sofa tunggal yang ada dalam kamar itu."Kemarin mati-matian menolak untuk membuat akun, sekarang tak sabaran ingin login akun itu. Dasar plin plan!" gumam Mike sepelan mungkin, alangkah terkejutnya Mike saat Alex menatapnya tajam "Dia tidak mungkin mendengarku, bukan?" Mike membatin."Apa lihat-lihat?" ucap Alex ketus membuat Mike langsung segera kembali fokus pada ponsel berwarna hitam yang ada dit
Lea menganga panik saat melihat tanda star pada voice mail yang dikirimnya untuk Alex yang menandakan bahwa lelaki itu telah mendengar voice mail darinya. Lea dengan cepat menjambak rambutnya sendiri dengan ekspresi frustasi "Sebaiknya kau mati saja, Lea." gumamnya."Sekarang apa yang harus ku lakukan jika lelaki itu mengolokku?" pikir Lea.Sedang asyik berpikir tiba-tiba Lea dikagetkan oleh pintu kamarnya yang terbuka sedetik kemudian sosok Irma muncul dari balik pintu."Lea, apa yang kau lakukan?!" pekik Irma pasalnya dia dan Lea berjanji akan pergi ke taman tepat jam empa sore, tapi sudah hampir jam empat Lea bahkan belum bersiap-siap dan hanya uring-uringan di atas tempat tidurnya dengan ekspresi frustarisnya."Kenapa kau belum siap-siap, Le?" tanya Irma.Lea menatap Irma nanar "Bagaimana ini Irma? Lelaki itu telah membaca voice mailku." rengek Lea meminta solusi pada Irma.Irma dengan spontan ikut mendudukan dirinya di atas tempat tidur melupakan sejenak niat awalnya masuk ke kam
Irma mencondongkan sedikit bagian tubuh atasnya kearah Iyan seraya berkata pelan "Aku ingin memintamu mengatur para lansia untuk mengangkat jari tengah mereka kemudian berfoto.""Apa?!" teriak Iyan memekik "Aku sudah katakan jangan minta bantuan yang aneh-aneh." ucap Iyan tak ingin menyanggupi keinginan dari Irma"Ayolah Iyan, bantu aku!" rengek Irma meraih tangan Iyan lalu menggoyang-goyangkannya seperti sebuah ayunan."Bagaimana cara aku meminta mereka semua untuk mengangkat jari tengahnya?""Kau hanya meminta mereka mengangkat jari tengahnya saja bukan meminta mereka mengangkat beban besi seberat lima puluh kilo." ketus Irma "Kaukan akrab dengan mereka, mereka pasti akan menurutimu. Katakan saja itu sebagai foto kenang-kenangan." usul Irma "Kau mau membantuku atau tidak?""Gak!" sambar Iyan cepat tanpa berpikir terlebih dahulu membuat Irma mulai jengkel."Oke! Baiklah kalau begitu, tapi jangan salahkan aku jika aku akan menceritakan pada Mbak Desi bahwa kau dulu perna mengompol di
Ting!.. Lea yang tengah terbaring menikmati waktu santainya itu langsung menjulurkan tanganya merabah tempat tidur tepat di samping kirinya mencari benda persegi panjang yang baru saja berbunyi itu.'Lex_Draro baru saja membalas pesan anda' bunyi notif yang ada di ponsel milik Lea.Lea dengan cepat mengklik bintang yang berada dilayar ponselnya 'Bagaimana hubunganmu dengan pacarmu? Apa kalian benar-benar putus?' Lea menyerengit membaca pesan dari Alex."Apa? Kau mau apa memangnya? Dia pasti sengaja bertanya ingin memastikan hubunganku dan lalu mengolokku." ucap Lea seraya memandangi layar ponselnya lalu ia kembali mengingat usulan dari Irma yang memintanya untuk berpura-pura bahwa ucapanya pada voice mail itu hanyalah prank.Dengan cepat Lea mulai mengetik jawabanya untuk membalas pesan yang diterimanya dari Alex."Hubunganku baik-baik saja dengan pacarku, kau pikir hanya karena kutukanmu yang tidak bermutu itu aku akan putus dengan pacarku. Maaf tapi imajinasimu terlalu jauh." ketik
Lea merasa kepikiran dengan chatt yang dikirim Alex padanya, belum menghilang rasa gundanya ponsel pintarnya kembali berdering, iya! Itu adalah chatt dari Alex kembali."Jangan lupa Nona bahwa aku mengenali wajahmu, tapi kau tidak mengenali wajahku. Bahkan meski kita bertabrakan sekalipun di jalan kau tidak akan tahu siapa aku dan aku tahu seperti apa bentuk parasmu." Lea spontan tersentak berdiri dengan panik setelah membaca chatt dari Alex, ia kembali mengingat bahwa ia perna mengirimi Alex video dengan dia di dalamnya untuk mengejek Alex "Sial!.. Aku memang benar-benar bodoh!." Lea mengumpati dirinya sendiri merasa ceroboh karena begitu mudah mengumbar wajahnya pada orang asing meski niatnya membuat video itu hanya untuk mengejek orang tersebut.Lea memeriksa profil milik Alex dan memang betul tak ada satupun foto lelaki itu disana, kebanyakan foto diakun star friend lelaki itu hanyalah sebuah jendela kamar, kursi, meja makan dengan menu yang menggugah selera dan berbagai macam de
Lea menunggu balasan chatt dari Alex dengan harap-harap cemas, bahkan gadis itu berdo'a dalam hati agar jawaban yang dikirimkan Alex sesuai dengan harapannya."Ku harap kau orang yang sangat miskin," gumam Lea seraya menatap layar ponselnya.Ting!.. Bunyi ponsel milik Lea dengan cepat gadis itu langsung meraih ponselnya, mengklik tanda bintang dilayar ponselnya tanpa sabaran.'Aku tidak kaya raya, kehidupan ekonomiku sangat jauh dari kata berkecukupan.' Lea tersenyum riang setelah membaca balasan chatt dari pemilik akun Lex_Draro itu, ia bahkan tanpa sadar menciumi layar ponselnya merasa lega karena Alex orang yang miskin."Astaga!" Lea tersentak "Apa yang telah ku lakukan, kenapa aku begitu bahagia diatas kemiskinan orang lain, bisa saja dia orang yang sangat miskin sampai tidak bisa membeli makanan, seharusnya aku tidak boleh sebahagia ini." ucapnya merasa bersalah namun tak dapat dipungkiri bahwa ia merasa senang akan balasan chatt yang dikirim Alex padanya.Lea dengan cepat menget
Alex merasa tak ingin diganggu oleh Mike dan Lucha saat dia sedang chattingan dengan Lea, ia merasa kedua mahluk ciptaan tuhan itu terlalu kepo pada isi chattingannya dan Lea."Apa yang membuat kalian berdua masih berada dalam kamarku sampai sekarang?" pertanyaan Alex spontan membuat Mike dan Lucha saling menatap bingung."Izinkan aku tetap disini, Alex. Aku masih penasaran dengan gadis itu." ucap Mike membuat Alex langsung menatapnya sinis "Ya Tuhan!.. Apa lagi kesalahanku sekarang sampai dia menatapku seperti itu." Mike membatin begitu menyadari tatapan mata Alex yang sinis kearahnya."Perbaiki ucapan terakhirmu, Mike. Gadis yang kau maksud dengan gadis itu adalah gadisku, jadi kau tak perlu tahu isi chattnya padaku dan sebaiknya kalian keluar dari kamarku." pinta Alex membuat Lucha langsung menyeret Mike keluar dari kamar Alex karena Mike nampaknya masih enggan keluar dari kamar milik Alex.Alex dengan cepat menutup pintu kamarnya lalu menguncinya setelah Mike dan Lucha sudah berad
Lea melepas ponselnya diatas sofa lalu tersenyum sembari berkata "Akhirnya aku terbebas dari lelaki gila itu." Lea merasa senang setelah memblokir akun star friend milik Alex.Sementara itu di kediaman Monorre, Alex terlihat geram dan jengkel saat mengetahui akun star friendnya telah di blokir, baru saja dia menemukan kesenangan di dunia maya tapi Lea langsung menutup kesenangan itu dengan cara memblokirnya.Alex terlihat menoleh kearah pintu saat mendengar suara pintu terbuka dan sejurus kemudian menampilkan Mike yang mucul dari balik pintu."Apakah tidak ada cara agar membuka blokiran dari gadis itu?" Tanya Alex menyerobot."Ada dua cara untuk membuka akun yang telah diblokir," jawaban Mike membuat Alex bernafas lega dan senang"Pertama, pemilik akun itu sendiri yang harus membuka blokirannya," ucapan Mike spontan merubah ekspresi senang Alex dalam seketika"Mana mungkin gadis itu membuka blokirannya." Gumam Alex "Lalu apa cara yang kedua?" Tanya Alex"Cara kedua adalah dengan meret