Share

Laki-Laki Dingin

Penulis: Ms. Bloomwood
last update Terakhir Diperbarui: 2023-02-11 20:30:05

Saat Greta mendongak untuk mencari tissue, ia menjadi terkejut seketika karena mendapati Ryan berdiri diam di dekat tempat tidurnya. "Apa yang kau lakukan di sini? Bukankah seharusnya kau sudah pergi?" gerutu Greta, menyembunyikan wajahnya yang sembab di balik selimut, ia merasa sangat malu. Bagaimana mungkin wanita dewasa sepertinya menangis hanya karena hal sepele seperti itu.

"Cobalah berbaring miring, aku akan membantumu," kata Ryan dengan suara yang lebih lembut, ia menjadi sedikit iba setelah mendengar Greta menangis tersedu-sedu. Tadinya ia ingin mengabaikan tangisan itu, tapi karena tangisan Greta yang semakin keras, naluri melindunginya tergelitik.

Greta tidak menolak, ia membiarkan Ryan membantunya agar ia bisa berbaring miring. Setelah memastikan Greta berbaring dengan nyaman, Ryan duduk di tepi tempat tidur, lalu mengambil piring pasta dan mulai menyuapi Greta tanpa suara. Matanya terus menunduk menatap piring, ia bahkan enggan menatap mata sembab wanita yang baru dikenalnya itu.

Greta yang sangat lapar tidak bisa menahan diri untuk tidak makan dengan cepat, ia agak terkejut karena pasta buatan Ryan ternyata sangat enak, tidak heran restorannya mendapatkan Michelin Star. Suasana saat itu benar-benar aneh, mereka hanya duduk diam tanpa berbicara dan hal itu menggelitik rasa penasaran Greta.

"Apakah kau selalu seperti ini kepada semua orang?" tanya Greta setelah dengan susah payah menelan suapan besar pasta di mulutnya.

"Apa maksudmu?" Ryan balik bertanya tanpa menatap mata Greta.

"Maksudku, kau bersikap kasar dan pendiam serta menjaga jarak dengan semua orang, memangnya apa salahnya sedikit bersikap ramah?" kata Greta hati-hati. Ryan menyodorkan segelas air kepadanya, "Terserah kau mau menilaiku seperti apa, tapi asal kau tau sikapku berbeda terhadap setiap orang yang ku temui," ucapnya datar.

Greta merasa cukup defensif, ''Dan penilaian bias mu itu tergantung pada apa?'' tanyanya dengan kesal. Jadi laki-laki itu bersikap kasar padanya karena dia benar-benar menyebalkan atau apa?

"Kau tidak bisa mendapatkan semua jawaban yang kau mau nona muda, aku pergi!" kata Ryan sambil berjalan cepat keluar dari kamar Greta.

Greta mendengus, bagaimana mungkin seorang pria begitu kasar pada orang yang begitu baik seperti dia? Dia meletakkan kembali gelasnya di atas nakas. Awalnya, dia ingin menelepon ibunya, tetapi ibunya mungkin akan bereaksi berlebihan, akhirnya ia memilih untuk meminum pil anti-nyerinya, dan tidak lama kemudian dia tertidur dengan pulas.

****

Greta terbangun karena sinar matahari yang masuk melalui celah tirai kamarnya. Dia mengerutkan kening saat melihat jam digital di nakas dan terkejut melihat angka yang menunjukkan pukul 7.30 pagi.

Bagaimana mungkin dia bisa tidur selama hampir empat belas jam tanpa terbangun? Kemudian dia teringat obat yang dia minum tadi malam, pasti obat penghilang rasa sakit itu yang membuatnya tidur selama itu.

Meringis kesakitan Greta menyeret kakinya ke kamar mandi. Setelah membersihkan wajahnya dan menyikat gigi, ia bergegas keluar tepat ketika dia mendengar bel pintu berbunyi nyaring. 'Siapa yang datang sepagi ini?' gumamnya sambil menyeret kakinya dengan susah payah. Sesekali ia meringis saat menahan rasa sakit yang tiba-tiba terasa menusuk tulang ekornya.

Ketika ia membuka pintu, ia menjadi sangat terkejut saat mendapati Ryan berdiri di depannya dengan penampilan yang sama sekali berbeda. Ia terlihat seperti baru saja selesai berlari pagi dengan celana training panjang dan jaket hitam yang ia kenakan.  "Sarapan untukmu, jika kau bisa membuka pintu, itu artinya kau bisa makan sendiri, kan?" Kata Ryan dengan wajah datar seperti biasa.

Greta mendengus, "Bahkan jika aku tidak bisa makan sendiri, aku tidak akan meminta bantuanmu lagi!" katanya, tidak ingin kehilangan harga dirinya.

Ryan hanya mengangkat alisnya sedikit lalu berbalik dan berjalan pergi.

"Really?!" desis Greta dengan suara teredam. Dia mengerutkan bibirnya dengan kesal lalu kembali ke apartemen dan menutup pintu dengan rapat. Bagaimana mungkin seseorang bisa semenyebalkan itu!

Greta dengan cepat membuka kantong kertas yang diberikan oleh Ryan kepadanya. Aroma lezat Chinese Porridge menyambutnya. Bagaimana Ryan tahu kalau ia suka makan Chinese porridge? Atau itu hanya sebuah kebetulan?

Sambil berdiri karena tidak kuat menahan rasa sakit saat duduk. Greta menyuap bubur yang masih hangat dengan mulut penuh. Rasa hangat dari bubur itu mengalir ke tenggorokan, ke dada, dan perutnya, membuat suasana hatinya membaik seketika.

Setahun sudah berlalu sejak Greta mengambil sekolah pendek di Le Cordon Bleu Australia. Walaupun ia adalah lulusan S2 Harvard dan sudah pernah bekerja secara profesional sebagai CEO di perusahaan orang tuanya sama sekali tidak menghentikan dirinya untuk mencoba sesuatu yang baru, terlebih setelah mantan tunangannya menyakitinya dengan sangat kejam. Bulan depan ia harus magang di restoran manapun sebelum ia bisa mendapatkan sertifikat dan menjalankan restorannya sendiri.

Ia sudah bisa memasak dengan sangat baik, bahkan beberapa temannya mengatakan bahwa ia terlalu berhati-hati saat memasak karena ingin semuanya sempurna. Itu bisa berarti hal yang baik, tetapi bisa juga berarti sebaliknya. Seorang dosen bahkan mengatakan bahwa jika ia magang di sebuah restoran, ia mungkin akan terus dimarahi karena terlalu lamban. Namun tidak bisa dipungkiri bahwa masakan yang ia buat selalu terlihat berkelas dan terasa lezat seolah-olah ia sudah memiliki bakat itu sejak ia lahir.

Saat ia makan suapan terakhir dari buburnya, tiba-tiba ponselnya berdering. Dari Amy.

"Greta? Bagaimana keadaanmu?" tanyanya.

"Yah, masih agak sakit, sepertinya aku tidak akan bisa pergi ke mana pun sampai minggu depan," jawab Greta dengan murung.

"Apakah rumor yang beredar itu benar? Tentang Chef Ryan yang menjatuhkanmu ke lantai?" tanya Amy ingin tahu karena Greta belum menceritakan apa pun padanya.

Wajah Greta memerah, tapi ia tidak bisa mengelak karena begitu banyak orang yang melihat apa yang terjadi saat itu. "Ya begitulah," jawabnya masih merasa sangat kesal.

"Dia benar-benar kejam! Ngomong-ngomong, apakah kau sudah menemukan restoran untuk magangmu nanti?" tanya Amy.

Greta menepuk keningnya, astaga! Bagaimana mungkin ia melupakan hal itu!

"Ya Tuhan, aku lupa! Aku belum mendaftar ke restoran mana pun, kau tahu betapa sulitnya mencari pekerjaan saat berusia dua puluh delapan tahun," gerutunya.

"Aku sudah mendaftar di sebuah restoran, kau mau ikut denganku? Mereka masih butuh satu orang lagi," kata Amy hati-hati. Dia tahu Greta akan terkejut jika dia mengatakan yang sebenarnya tentang restoran itu.

Mata Greta menyala,

"Ya tentu saja! Apa nama restorannya?" tanya Greta tidak sabar.

Amy berdehem sebelum menjawab, "Um, kalau aku tidak salah nama restorannya adalah The Food Theory."

Greta mengernyit, ia merasa seperti pernah mendengar tentang restoran itu sebelumnya, tapi di mana?

*****

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jatuh Cinta Pada Si Koki Tampan   The End

    "Hai," sapa Amanda kaku saat melihat Summer dan Shawn. Summer tersenyum lebar, "Hai, apa kabar? Kalian datang bersama?" Archie mengangguk, "Ya," katanya sambil menoleh ke arah Amanda dan tersenyum. Summer dan Shawn saling memandang, sedikit bingung dengan keterkejutannya. Setelah itu, mereka semua duduk di kursi masing-masing, dan kebetulan, Summer mendapat tempat duduk tepat di seberang Amanda yang tetap memasang wajah cemberutnya meski Archie di sebelahnya berusaha menghiburnya. Gina dengan ringan memukul gelas anggurnya dua kali, menandakan bahwa dia ingin berbicara. Dia berdiri tepat di sebelah Shawn, terlihat cantik dan anggun dalam balutan gaun putihnya. "Selamat malam, terima kasih semua sudah datang, terutama Amanda yang datang jauh-jauh dari Melbourne dan Archie dari Adelaide. Um, untuk Tuan dan Nyonya Jefferson, saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya karena mungkin telah mempermalukan Anda dengan apa yang terjadi di antara kita baru-baru ini. Hubungan yang sudah sepert

  • Jatuh Cinta Pada Si Koki Tampan   Makan Malam Bersama

    "Oh, dasar gadis bodoh," kata Gina, memalingkan wajahnya, tapi dia tidak mengatakan kata penolakan lagi.Shawn dan Summer saling menatap, diam-diam berusaha menahan senyum."Aku akan membawa kopermu ke kamar, kau ingin menunggu di sini?" Shawn bertanya, menunjuk ke kursi yang juga diduduki ibunya."Yeah, aku akan menunggu di sini!" serunya riang. Di tempatnya berdiri, Gina tidak bereaksi dan tetap sibuk dengan bunganya."Ini bunga untukmu, kudengar kau sangat suka bunga ini," kata Summer sambil meletakkan keranjang bunga di atas meja."Singkirkan bunga itu, sangat menyebalkan!" Bentak Gina.Summer menyeringai, meletakkan keranjang bunga di atas meja kayu lain tak jauh dari mereka."Kau benar-benar membenciku? Atau kau melakukannya karena menurutmu Shawn masih punya kesempatan dengan Amanda?" tanya Summer tanpa berani duduk di sebelah Gina."Apapun itu, aku hanya tidak suka kau disini, berusahalah sekuat tenaga karena aku tidak akan berubah," kata Gina datar.Summer menarik napas dalam

  • Jatuh Cinta Pada Si Koki Tampan   Merayu Calon Mertua

    Malam itu semuanya berjalan sesuai rencana. Ibu Amanda menepati janjinya, dia mengatakan yang sebenarnya kepada Shawn, bahwa ibunya tidak benar-benar sakit dan hasil labnya palsu. Dan Shawn setuju untuk melakukan apa yang direncanakan ibu Amanda untuk menghentikan rencana gila Amanda yang mulai tidak masuk akal.Summer menunggu di sofa dengan gugup sambil terus menatap ponselnya. Beberapa menit kemudian ponselnya berdering. Summer dengan gugup menekan tombol hijau. Dari sofa di seberangnya, Archie melambaikan tangannya, memberi isyarat kepada Summer untuk bersikap santai karena tidak ada yang tahu mereka berada di Brisbane kecuali ibu Amanda dan Shawn."Halo?" kata Summer, berusaha keras untuk terdengar santai."Summer! Tolong telepon Shawn sekarang juga dan suruh dia berhenti!" teriak seseorang dari seberang.Summer menelan ludah, dengan gugup, "Siapa kau?""Ini Gina Miller! Aku ibu Shawn! Tidak, tidak, kau tidak perlu meneleponnya, bicara saja di sini, berteriaklah agar dia bisa men

  • Jatuh Cinta Pada Si Koki Tampan   Serangan Balik

    "Dia sudah pergi..." kata Archie canggung. Summer segera melepaskan diri dari pelukan Archie. Dia menyeka air matanya dengan cepat, lalu menggigit bibirnya, seolah-olah untuk menahan diri."Kau baik baik saja?" Archie bertanya yang mana tentu saja hanya pertanyaan klise yang tidak perlu dijawab.Summer berdehem, menyeka hidungnya dengan ujung sweter wolnya."Aku butuh bir, kau mau ikut denganku?" tanya Summer tanpa memandang Archie."Apa? Bir? Bisakah kau minta yang lain? Um, levermu..." gumam Archie sambil menggaruk bagian belakang kepalanya.Summer melambaikan tangannya, "Lupakan saja, aku akan pergi sendiri," katanya sambil berbalik dan berjalan menjauh dari Archie."Tidak, tunggu! Baiklah! Aku akan ikut denganmu," teriak Archie pada akhirnya. Dia setengah berlari mengejar Summer lalu berjalan di sisinya."Ada bar beberapa blok dari sini, mau ke sana?" Archie berusaha memecahkan keheningan di antara mereka."Oke," jawab Summer singkat. Archie mengangguk, lalu terdiam lagi."Kau bis

  • Jatuh Cinta Pada Si Koki Tampan   Cinta Segiempat

    Dua minggu kemudian."Summer! Bangun! Kamu harus melihat ini!"Dia membuka matanya dan terkejut menemukan Mrs. Jones sedang menggoyang-goyangkan tubuhnya dengan wajah gembira.Dengan mata mengantuk, dia bangkit dan mengikuti Mrs. Jones, keluar dari kamarnya.Mereka berjalan melewati ruang tamu, lalu tiba-tiba Mrs. Jones berhenti di depan pintu penghubung antara ruang makan dan taman belakang."Lihat wanita itu!" teriak Mrs. Jones dengan bangga.Mata Summer tiba-tiba membelalak saat melihat nenek sedang berjalan menyirami tanaman dengan lambat.Rasa kantuknya hilang seketika, ia tersenyum lebar dan memeluk Mrs. Jones dengan hangat. "Terima kasih, Mrs Jones! Kau yang terbaik!"Sejak menjalani operasi cangkok hati, langkah Nenek selalu bergetar dan membuatnya harus selalu duduk di kursi roda. Melihat kemampuannya kembali ke aktivitas normalnya membuat Summer merasa sangat bahagia...Hari itu dia pergi ke Coffee Shop dengan lebih semangat. Dia berjanji akan melakukan apa saja untuk mendap

  • Jatuh Cinta Pada Si Koki Tampan   Penyelesaian

    Summer sedang duduk di sofa, memperhatikan Archie diukur oleh staf penjahit.Kepalanya dipenuhi dengan bayangan Shawn, apakah dia bahagia tanpa dia ataukah dia menderita karena dipaksa melakukan apa yang diinginkan ibunya?Dia menarik napas dalam-dalam untuk kesekian kalinya, dadanya terasa sangat sesak seolah ada beban berat yang disandarkan disana. Sekali lagi air mata menggenang di matanya, dia buru-buru mengeluarkan tisu dari tasnya dan menyekanya sampai kering."Aku sudah selesai, apakah kau ingin mampir untuk minum? Kau terlihat sangat tertekan," gumam Archie sambil mengenakan kembali bombernya."Aku tidak minum alkohol lagi," kata Summer sambil berdiri.Archie terlihat sedikit terkejut, "Keren! Apakah kau hidup sehat atau apa?"Summer mendengus sambil tertawa, “Aku mendonorkan liverku beberapa waktu lalu, jadi aku harus merawat tubuhku lebih dari orang lain yang kondisinya normal,” ujarnya enteng."Oke, bagaimana dengan es krim? Kau harus mencoba gelato terbaik di kota!" Teriak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status