Kelly berjalan ke sana, lalu menggoyangkan kue tar di hadapan Yana. “Lihat apa yang Ibu beli?”Yana tertegun sejenak, lalu segera menyerbu ke sisi kue tar.Kelly duduk di sofa, mengangkat tinggi kue di tangan. “Apa Yana kangen sama Ibu?”“Kangen!” Kedua mata bulat Yana berkilauan. Senyuman lebar terlukis di wajahnya.Kelly meletakkan kue tar di atas meja tamu. Tampak ada sebuah istana di samping sana. Dia pun bertanya pada Yana, “Yana, Bibi Sonia beliin mainan lagi?”Yana melihat kue tar di dalam kotak transparan sembari menggeleng. “Dibeliin Paman!”Kelly tertegun sejenak, lalu memalingkan kepalanya melihat ke sisi Linda. “Dia datang lagi?”Kelly tahu sewaktu Yana sakit waktu itu, “Bondan” sering datang menemani Yana.Linda mengangguk. “Iya, Pak beliin mainan baru buat Yana. Dia juga tidak tinggal lama.”Kening Kelly tampak berkerut. Kenapa Bondan memperlakukan Yana dengan begitu baik?Waktu itu, Bondan memang pernah memiliki perasaan terhadap Kelly. Hanya saja, masalah sudah berlalu
Jason melihat maket vila, lalu bertanya dengan syok, “Hadiah dari Ibu? Untukku?”“Emm, kata Ibu, Ibu ingin berterima kasih kepada Paman!” Yana tersenyum hingga matanya terlihat sipit.Jason mengambil maket sembari tersenyum. “Apa ibumu kira aku itu anak kecil?”Yana melanjutkan, “Kita semua adalah anak baik!”Jason tertawa terbahak-bahak. Dia mengambil maket di tangan, lalu memainkan ayunan di atasnya. Semakin dilihat-lihat, Jason semakin menyukai maket ini.Tetiba hati Jason tergerak. Dia memiliki sebuah ide baru.Jason mengeluarkan ponselnya untuk menghubungi Reza, “Bukankah kamu punya lahan kosong di seberang Vila Green Garden? Berikan kepadaku!”Suara Reza terdengar datar. “Lahan itu bukan kawasan bisnis. Apa yang ingin kamu lakukan dengan lahan itu?”“Aku ingin ….” Jason mengusap maket vila di tangan, lalu berbicara dengan tersenyum tipis, “Aku ingin bangun vila.”Reza menyindir, “Kenapa? Mau simpan kekasih gelap? Sepertinya kamu sangat menyukai wanita itu? Kamu bahkan rela memban
Saat Juno mendengar ucapan Sonia, dia seketika teringat masalah Sonia ketika dia baru tiba di Jembara.Menjadi tentara bayaran selama belasan tahun membuat Sonia terus hidup dalam rasa waspada. Meskipun Sonia telah terbebas dari lingkungan itu, dia tetap tidak bisa berbaur dalam sosial.Pernah suatu hari, Juno membawa Sonia pergi makan. Dia pun permisi ke toilet. Sewaktu di koridor, ada seorang lelaki yang ingin menggoda Sonia, memanggilnya dengan sebutan “Cantik!”Waktu itu Sonia tidak tahu dirinya sedang dipanggil. Dia juga tidak menoleh melainkan meneruskan langkahnya.Nasib lelaki itu sangatlah sial. Dia malah maju untuk menepuk pundak Sonia. Belum sempat si lelaki merespons, lengannya dicengkeram dan tubuhnya dibanting ke dinding. Dalam hitungan detik, si lelaki langsung jatuh pingsan di tempat.Meski masalah ini telah berlalu lama, si lelaki masih saja merasa trauma, tidak berani menggoda wanita sama sekali. Sebab dia tidak tahu kemampuan apa yang dikuasai oleh wanita itu.Kepiki
Sonia mencari tempat lain untuk melanjutkan makannya. Darren mengambil kotak makannya kemari, lalu bertanya dengan tersenyum, “Tadi aku lihat kamu makan di bawah pohon. Kenapa malah pindah ke sini?”Sonia duduk di samping pagar, lalu membalas dengan wajah serius, “Ada yang bilang selamanya aku cuma bisa makan di pojok. Jadi, aku ingin kasih tahu dia, aku bisa kok makan di tempat lain!”Darren hampir saja menyemburkan makanan di mulutnya. Dia segera memalingkan kepalanya dan terbatuk-batuk. Kemudian, dia bertanya, “Liana, ya? Dia memang tidak waras. Sepertinya sudah saatnya dia pergi memeriksa otaknya?”Sonia juga tidak menggubrisnya. Sekarang Liana memang tidak menyembunyikan rasa bencinya kepada Sonia, dia selalu saja mencari gara-gara kepada Sonia. Namun, semua itu tidaklah berarti bagi Sonia.…Malam harinya, di Kediaman Keluarga Dikara.Dua hari ini, Sutini sedang tidak enak badan. Hendri bersama istrinya, Reviana, datang untuk menjenguknya. Kebetulan anggota Keluarga Harun juga se
Reviana mengangkat kepalanya dengan kaget. “Apa kamu tahu?”Hani mencemberutkan bibirnya. “Kata Cindy, sekarang Sonia adalah desainer busana sebuah sinetron. Sebelumnya, dia juga ikut serta dalam film yang disutradarai oleh Teddy. Jadi, sutradara sinetron itu langsung cari Sonia.”Tentu saja, Hani bisa mengetahui masalah ini karena tidak sengaja menguping pembicaraan putra-putrinya.Reviana dan Hendri pun terbengong. Selama dua tahun ini, mereka semua tidak pernah bertemu dengan Sonia. Hendri pernah menghubungi Sonia sebanyak dua kali, hanya saja panggilan selalu tidak bisa terhubung. Dia mengira Sonia sengaja tidak mengangkat teleponnya. Jadi, Hendri pun tidak menghubunginya lagi.Tak disangka ternyata karier Sonia semakin bagus saja.Tobias berdeham. Sebelumnya dia merasa risi ketika mengungkit masalah Sonia. Namun sekarang, sikapnya malah berubah. “Hendri, Sonia itu putri kandungmu. Aku rasa Stella itu biasa-biasa saja. Kalian jangan terlalu pilih kasih. Sudah seharusnya kalian lebi
Thalia mengambil botol air pemberian asistennya, lalu menyerahkannya kepada Sonia. Dia pun berkata dengan tersenyum lembut, “Cuaca terlalu panas, istirahat sebentar! Ini air berkualitas dari sponsor, rasanya manis sekali!”“Nggak usah!” Ekspresi Sonia tampak sangat dingin.Thalia menurunkan tangannya, lalu mengusulkan, “Di sini panas sekali. Gimana kalau kita duduk di ruang istirahatku?”“Ada urusan?” Tatapan Sonia sangatlah dingin.Thalia paham tak peduli apa yang dikatakannya kepada Sonia, semuanya juga akan berakhir sia-sia. Jadi, pada akhirnya Thalia langsung mengungkapkan maksud kedatangannya. “Sonia, kamu kenal sama King?”“Nggak kenal!”Raut wajah asisten Thalia, Giselle, kelihatan muram. Siapa di lokasi syuting yang berani berbicara seperti ini dengan Thalia?Giselle sungguh emosi lantaran merasa Sonia tidak tahu diri. Baru saja dia hendak mengatakan sesuatu, Thalia langsung memberi isyarat mata menghentikan aksinya.Thalia kembali melembutkan nada bicaranya, “Sonia, aku lagi b
Tiga jam kemudian, Thalia baru selesai syuting. Dia menyadari Millie telah menghubunginya sebanyak empat kali.Thalia menelepon kembali, lalu bertanya, “Kak Millie, kamu mencariku?”Millie segera menjawab, “Tadi aku ingin bertanya apa kamu sudah berhasil menghubungi King atau belum? Tapi kamu malah nggak angkat teleponku. Tadi pihak acara amal baru saja telepon, mereka bertanya apakah kita butuh sponsor gaun dari mereka. Aku bilang nggak usah, gaunmu akan didesain langsung oleh King. Mereka sungguh syok ketika mendengarnya. Mereka bahkan mengatakan akan lebih fokus dalam memotretmu saat di acara nanti!”Kening Thalia spontan berkerut. “Aku masih belum menghubungi King. Kenapa kamu malah beri tahu masalah ini kepada mereka?”Millie membalas, “Bukannya kamu bilang sendiri kamu ada teman di Arkava Studio? Bukankah tinggal minta bantuannya saja?”Thalia sungguh merasa kesal. “Kak Millie, bisa nggak kamu tanya aku sebelum kamu buat keputusan?”Millie sungguh merasa bersalah. Dia juga tidak
Acara amal diselenggarakan di hari Sabtu malam.Sewaktu Thalia yang mengenakan gaun GK menampakkan diri, tatapan semua orang spontan tertuju ke dirinya.Thalia berdiri beberapa saat di karpet merah sembari memasang pose. Saat foto bersama, Thalia pun diatur untuk berdiri di posisi tengah. Acara amal masih belum berakhir, nama Thalia pun sudah menjadi berita hangat pada malam hari itu.Para penggemar Thalia memuji betapa indahnya penampilan idola mereka! Bahkan, para selebgram juga ikut memuji gaun yang dikenakan Thalia. Mereka memuji gaun itu sangatlah modis. Selera Thalia semakin bagus saja. Saat diwawancara, para reporter mengerumuni di hadapan Thalia.“Nona Thalia, kapan sinetron Pak Teddy akan ditayangkan? Bisakah beri kami sedikit bocoran?”“Nona Thalia, beberapa waktu lalu, kamu dan Pak Reza sempat dipergoki di rumah sakit. Dengar-dengar Pak Reza terluka karena kamu? Apa kamu bisa menceritakan masalah itu?”“Nona Thalia, dengar-dengar kamu dan Pak Reza akan segera bertunangan? A
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak
Saat Morgan kembali ke ruangan VIP, Reza pun telah tiba.Tadinya Hallie duduk di samping Sonia. Begitu Reza datang, dia pun langsung duduk di samping Morgan.Saat melihat Morgan telah kembali, Hallie segera berkata dengan tersenyum, “Kak Morgan, masakan sudah datang, rasanya benar-benar enak!”Morgan tidak membalas, melainkan melihat Reza. “Kapan kamu datangnya?”“Baru saja!” Reza tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas alkohol untuk Morgan. “Arak hasil fermentasi Bos. Coba dicicip!”Sonia berkata, “Aku juga ingin minum!”Reza menuangkan setengah gelas untuk Sonia. “Cuma segini saja.”Daripada tidak ada, Sonia juga tidak boleh serakah. Dia menuangkan setengahnya ke gelas Hallie. “Sebelumnya saat di Istana Fers, aku lihat kamu jago minum. Cuaca sudah dingin. Ayo, kita minum bersama untuk menghangatkan tubuh.”Hallie tersenyum malu. “Aku itu memaksakan diriku buat minum. Sebenarnya aku gampang mabuk.”Mereka minum sembari mengobrol. Saat Reza mengobrol dengan Morgan, dia juga tidak lupa
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, “Kamu masih belum pergi?”Seingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin