Kelly berkata, "Aku bukan orang yang nggak peka. Kamu sudah membelaku, mana mungkin aku menyalahkanmu?"Jason menarik napas dalam-dalam, lalu bertanya dengan nada muram, "Apa kamu menyukai pria bernama Derrick itu?""Nggak," jawab Kelly sambil menggeleng."Kalau begitu, kenapa orang itu menyebutnya sebagai suamimu? Kamu benar-benar memberi tahu mereka kalau Derrick adalah suamimu?" tanya Jason lagi.Pertanyaan Jason membuat Kelly makin malu. Akhirnya, dia terpaksa menceritakan kejadian hari itu.Jason naik darah. Dia memelototi Kelly dan bibir tipisnya terkatup rapat hingga hampir membentuk garis lurus."Kelly, kamu memang sedikit pengecut, tapi setidaknya kukira kamu masih punya prinsip. Kamu benar-benar ...." Jason tidak bisa melanjutkan kata-katanya. Akhirnya, dia memalingkan wajah menghadap ke luar mobil. Dia khawatir emosi membuatnya berbuat impulsif hingga mencekik wanita itu.Kelly tersenyum mengejek pada dirinya sendiri dan berkata, "Kamu kecewa padaku, ya? Apa boleh buat, aku
Kelly menatap Jason dengan mata jernihnya seraya berkata, "Aku nggak punya banyak uang, tapi aku tahu budi harus dibalas. Pak Jason, izinkan aku mentraktirmu makan.""Lain kali saja," sahut Jason sambil menyesap tehnya."Baiklah," ujar Kelly sambil mengangguk.Melihat ekspresi menggemaskan Kelly, Jason merasakan hatinya berdebar. Dia segera membuang muka sebelum wanita itu menyadarinya.Hidangan segera disajikan. Saat keduanya hendak makan, ponsel Kelly berdering lagi. Ketika melihat Sandora yang menelepon, Kelly sudah bisa menebak alasan sang ibu meneleponnya. Tidak ingin membuat Jason marah lagi, Kelly buru-buru mengambil ponsel dan keluar untuk menjawab panggilan."Jawab saja di sini!" perintah Jason dengan dingin, seakan-akan bisa membaca niat Kelly.Kelly melirik Jason sekilas, lalu akhirnya menekan tombol jawab dan berkata, "Ya, Bu?"Sandora berkata, "Kelly, kamu bicara apa pada Keluarga Wijaya? Sony barusan menelepon dan marah-marah. Dia bilang keluarga kita punya masalah moral,
Sandora sontak berseru dengan gembira, "Serius?""Kamu pikir aku juga bohong padamu?" tanya Jason dengan nada dingin.Sandora berbicara dengan penuh semangat, "Bukan, tentu saja bukan. Kalau kamu mau bantu, tentu tidak ada masalah lagi. Terima kasih banyak, Pak Jason.""Jangan berterima kasih padaku, berterima kasihlah pada Kelly. Aku bersedia membantu karena menghargainya!" jelas Jason."Oke, aku mengerti," jawab Sandora segera."Kami sedang makan. Sudah dulu, ya!" Usai berkata demikian, Jason langsung menutup telepon dan mengembalikan ponselnya kepada Kelly.Di sisi lain, Kelly masih sangat khawatir sehingga berkata, "Kamu jangan ikut campur. Lebih baik aku meminta maaf kepada Keluarga Wijaya."Namun, Jason malah meliriknya sambil bertanya, "Apa kamu tidak melihat sikap dari orang-orang Keluarga Wijaya? Menurutmu, mereka akan menerimanya?""Tapi, aku nggak ingin merepotkanmu," timpal Kelly yang sangat cemas."Demi dibantu Derrick, kamu bahkan mengaku sebagai istrinya. Tapi, kamu mala
Jason meliriknya, lalu memperingatkan dengan serius, "Jangan menjadikannya bahan candaan. Dia gampang malu."Howard membungkuk ke depan sambil bertanya, "Kamu begitu melindunginya? Kali ini kamu serius, ya?"Raut wajah Jason tetap datar. Pria itu menjelaskan, "Kami cuma teman lama, jangan bicara sembarangan di depannya."Howard meledek, "Teman? Apa masih ada wanita yang bisa lepas dari genggamanmu? Selama itu makhluk betina, bahkan burung sekalipun, ketika melewati hadapanmu, mereka tetap harus melepaskan bulunya sebelum terbang lagi!"Jason bertanya sambil tersenyum dingin, "Mana mungkin!" Usai berkata demikian, tiba-tiba dia merasa bahwa ucapannya barusan agak mirip dengan nada bicara Kelly saat kesal dengan seseorang. Jason pun menenangkan diri, lalu melanjutkan dengan serius, "Kamu ada urusan mencariku?""Ya. Orang dari Denwill akan datang beberapa hari lagi untuk membahas peningkatan teknologi kecerdasan buatan!" jelas Howard. Begitu berbicara tentang pekerjaan, pria itu segera me
Tiba-tiba, Kelly merasa sangat lelah. Dia berbicara dengan tak acuh, "Aku mengerti. Kereta cepatnya sudah hampir sampai. Sudah dulu, ya."Sandora tentu menyadari dinginnya nada bicara Kelly. Dia terdiam sejenak sebelum berkata sambil tersenyum, "Aduh, kamu pasti sudah lelah setelah bekerja seharian. Cepat pulang, ya."Usai mengiakan, Kelly langsung mengakhiri panggilan. Setelah meletakkan ponselnya, tatapan Kelly perlahan menjadi tenang. Dia tidak menyalahkan siapa pun. Hanya saja, kekecewaannya sudah makin mendalam.....Malam itu, Bondan mengadakan pertemuan di Nine Street Mansion. Ketika Jason tiba, waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. Di dalam ruangan VIP, ada orang yang minum dan ada yang bermain kartu. Suasananya sangat meriah. Jason melihat sekeliling, lalu berjalan ke area istirahat.Reza tampak bersandar di sofa. Dia sedang menatap ponselnya dengan penuh konsentrasi sehingga tidak sadar ketika ada orang yang mendekat.Jason pun menatapnya sekilas. Tampaknya, ponsel Reza sed
Di ruang santai, Bondan terus menang beberapa putaran. Hal ini membuat Yusa dan yang lainnya mengeluh tanpa henti. Melihat seorang pelayan datang membawa minuman, Bondan berkata, "Tolong bawakan dua botol Romanee Conti tahun 1990, masukkan ke tagihanku!"Yusa memuji sambil tersenyum, "Bondan memang murah hati!"Saat mereka sedang bersenda gurau, seorang pelayan yang membawa minuman tampak mendekati mereka. Dia agak membungkuk, lalu memberi tahu Bondan dengan nada lembut, "Pak Bondan, ini minuman yang kamu minta."Bondan pun berbalik. Ketika melihat pelayan cantik itu memandangnya dengan lembut, dia merasa wanita ini agak familier.Sementara itu, Jolin yang sadar sedang ditatap olehnya tampak menggigit bibir dengan lembut. Wanita itu berkata sambil tersenyum manis, "Pak Bondan, kamu sudah lupa denganku, ya? Aku Jolin!"Saat ini, Bondan baru ingat. Ternyata dia adalah mantan saingan cinta dari tunangannya, Tiffany. Jangankan Jolin, Bondan bahkan sudah lama tidak bertemu dengan Tiffany."
“Tentu saja, selain menjaga hubungan baik dengan sesama rekan kerja, kamu juga mesti menjaga hubungan baik dengan atasan kamu. Contohnya, kalau kamu berantem dengan tuan rumah, kamu mesti segera cari cara untuk baikan, jangan sampai memancing emosinya, nantinya dia malah akan mempersulitmu!” jelas Tandy dengan perlahan.Sonia dapat mendengar ada makna tersirat di balik ucapan Tandy, dia pun tersenyum dingin. “Jangan-jangan kamu lagi bahas masalah aku dengan Paman Reza-mu?”“Ternyata kamu tidak bodoh juga!” Tandy tersenyum menyeringai.“Omong kosong! Gimana aku bisa jadi gurumu kalau aku bodoh?”“Jangan alihkan pembicaraan. Apa kamu berencana untuk tidak meladeni Paman lagi?” Tandy mengangkat-angkat alisnya.“Dia yang lagi marah sama aku.”“Kalau begitu, seharusnya kamu merenungkan kesalahanmu, kenapa dia bisa marah?”Sonia melirik Tandy sekilas, lalu mulai berpikir sejenak. Namun, raut wajah Sonia seketika tampak emosi. “Kamu memang dekat sama pamanmu, tapi aku ini gurumu. Jadi orang j
“Sudahlah, mungkin dia lagi sibuk!” ujar Sonia, “Jangan ganggu dia lagi! Ayo kita kembali ke kamar.”“Kita sudah sampai di depan kamar!” Tandy melangkah maju, lalu menggedor pintu dengan kuat. “Paman! Paman? Ada yang ingin Bu Sonia katakan kepadamu!”Tak peduli bagaimana Tandy menggedor, tetap tidak ada yang membalas. Tandy langsung membuka pintu kamar. Lantaran pintu tidak dalam keadaan terkunci, Tandy langsung memasuki kamar.Awalnya Sonia hendak menghentikan langkah Tandy. Hanya saja, semuanya sudah terlambat.“Paman!” jerit Tandy sembari berjalan ke dalam.Sonia masih berdiri di depan pintu. “Jangan jerit lagi. Dia nggak lagi di rumah.”Setelah memeriksa isi kamar, memang tidak ditemukan batang hitung Reza. Tandy menggaruk kepalanya. “Entah kapan perginya!”Tandy masih pantang menyerah. Dia berjalan ke ruang baca sebelah, tetapi dia tetap tidak bisa menemukan sosok Reza. Rasa kecewa seketika membaluti hati Tandy. Padahal dia sudah berhasil membujuk Sonia, tak disangka Reza malah ti
Tiba-tiba Morgan bertanya, “Kenapa kamu tidak pacaran?”Theresia tertegun oleh pertanyaan Morgan. Dia mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu berkata, “Seleraku jadi tinggi gara-gara kamu. Aku takut orang lain nggak sanggup.”Morgan terdiam.Ternyata Theresia sudah berbeda dengan yang dulu. Dia berubah menjadi lebih pemberani. Setiap ucapannya membuat Morgan tidak bisa berkata-kata. Hanya saja, dia tetap berbicara dengan begitu serius dan lugu, membuat Morgan tidak tega untuk mengomelinya.Usai berbicara, Theresia pun tersenyum. Dia tidak berbicara lagi, melainkan menunduk untuk menyantap makanannya dengan tenang.Selesai makan, Theresia menyeduh secangkir teh untuk Morgan, kemudian menyeduh secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Meski aroma kopi dan teh bercampur aduk, aromanya tetap terasa nyaman.Theresia duduk di atas pangkuan Morgan, lalu melingkari lehernya. “Aku nggak ingin ngapa-ngapain hari ini, cuma ingin temani kamu saja, ya?”Terdengar nada manja dalam suaranya, seperti s
Reza mengusap wajah Sonia. “Semoga saja yang dia harapkan itu anggota keluarga, bukan uang. Semoga juga dia bisa memahami maksud kalian, bisa mempertahankan pemikiran awal, tidak terbuai dengan kekayaan.”Sonia menggigit bibirnya dengan perlahan. “Semoga saja dia nggak seperti itu. Hanya saja, aku juga bakal lebih hati-hati.”“Kalau begitu, kita amati selama beberapa saat dulu. Seandainya Hallie memang pantas untuk disukai Tuan Aska, masalah cucu kandung atau bukan juga bukan masalah. Seandainya dia tidak pantas, beri dia sedikit uang sebagai tebusan saja.”Sonia mengangguk. “Semuanya tergantung dengan nasibnya sendiri.”Mereka berdua selesai mengobrol masalah Hallie. Reza memeluk Sonia. “Pergi mandi dulu, lalu sarapan. Aku sudah telepon Bi Rati. Dia lagi masak yang enak-enak buat kamu.”Sonia memeluk Reza. “Aku juga merindukan Bibo!”Reza tersenyum tipis. “Sepertinya kamu tidak pernah merindukanku.”“Apa aku nggak pernah mengatakannya? Seingatku, aku sering mengatakannya berkali-kali!
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak