Yusa melempar seorang lelaki berambut pirang ke lantai, lalu berdiri dengan terengah-engah. “Tadi si rambut pirang ini bilang Chelsea yang suruh mereka untuk nodai Kelly!”Raut wajah Gina langsung berubah muram. Dia pun bertanya dengan ketus, “Chelsea, kenapa kamu berbuat seperti ini?”Chelsea mengeluarkan jurus jitunya, langsung mencucurkan air matanya. “Aku kesal karena Kelly merebut Tuan Jason dariku. Aku hanya ingin balas dendam sama dia. Aku cuma ingin takutin dia saja. Meski kalian nggak datang, aku juga nggak bakal apa-apain Kelly. Serius!”Sonia menatap Chelsea dengan dingin. “Sekarang Kelly sudah seperti ini. Kamu malah bilang nggak bakal apa-apain dia?”Chelsea menyeka air matanya, lalu terus mengulangi ucapannya. “Aku cuma ingin takutin dia saja!”“Kak, kalau kalian lapor polisi, masa depanku akan hancur. Ayahku mungkin akan habisi aku!” Chelsea menarik ujung pakaian Gina, lalu menambahkan, “Kak, aku mohon sama kamu, aku nggak akan mengulanginya lagi!”Gina melirik Jason sek
Pikiran Melvin sangat kacau. Di satu sisi, Melvin merasa dengan keahlian Sonia, dia tidak mungkin bisa ditindas. Namun di sisi lain, Melvin takut Sonia akan masuk ke jebakan lelaki ber*ngsek itu.Setelah tiba di rumah sakit, dia bertanya pada suster yang bertugas, bagaimana kondisi wanita yang diantar ambulans tadi. Raut wajah suster itu terlihat sangat muram, akibatnya Melvin juga semakin panik saja.Tanpa berbasa-basi, Melvin langsung berlari ke ruang operasi. Saking buru-burunya, Melvin pun menabrak seorang lelaki. Si lelaki memaki Melvin, tapi dia malah tidak menggubrisnya.Tiba-tiba, Melvin memperlambat langkah kakinya. Dia menatap wanita yang sedang mengambil obat di depan saja. Melvin terus melihat si wanita tanpa mengedipkan matanya.Sonia sedang membantu Kelly untuk membayar biaya rumah sakit. Saat ini Sonia seolah-olah merasa ada yang menatapnya, dia pun spontan mengangkat kepalanya, lalu tampak Melvin sedang melihatnya.Melvin berjalan maju, lalu mengamati Sonia dari atas hi
Tak lama kemudian, anggota keluarga Kelly datang ke rumah sakit, ada ibu, kakak, dan juga calon kakak iparnya. Sonia juga baru pertama kali bertemu dengan calon kakak iparnya Kelly, Yvonne. Perawakannya tidaklah tinggi dan memiliki sepasang mata yang sangat bulat. Dia terlihat cukup cantik dengan rok ketat yang dikenakannya.Ibunya Kelly, Sandora, langsung menangis ketika melihat Kelly berbaring di atas ranjang pasien. “Apa yang terjadi? Kenapa dia bisa begini?”Sonia meminta maaf. “Maaf, aku ajak Kelly keluar, tapi aku malah tidak menjaganya dengan baik.”Sandora menyeka air matanya, lalu bertanya, “Kamu Sonia, ‘kan?”“Iya!” Sonia mengangguk.“Kamu temannya Kelly?” Suara Sandora terdengar terisak-isak. “Aku sering mendengar Kelly mengungkit namaku. Kamu sudah banyak membantunya selama dia tinggal di luar. Aku malah ingin berterima kasih padamu!”Sonia segera membalas, “Bibi nggak perlu sungkan. Aku dan Kelly itu teman baik!”Sandora mengangguk. “Kelly itu anak yang baik. Kalau kamu b
Jason menyuruh Bondan untuk mengantar Gina pulang. Sementara, dia akan pergi ke kantor polisi.Sewaktu di perjalanan, Reza menelepon Jason untuk menanyakan kondisi di kantor polisi.“Keluarga Cendana nggak bisa berdalih lagi. Clinton juga sudah pulang. Orang tua cowok-cowok itu juga lagi bernegosiasi dengan pihak kepolisian. Tim pengacara perusahaanku juga sudah sampai di kantor polisi. Kamu bilang sama Sonia, suruh dia yang tenang. Masalah ini bisa terjadi juga gara-gara aku. Aku akan beri penjelasan kepada Kelly!”Reza mengiakan, lalu menutup panggilan. Dia memalingkan kepalanya melirik Sonia yang duduk di sampingnya. Salah satu tangannya memegang setir mobil, dan tangannya yang satu lagi menggandeng tangan Sonia.“Kamu nggak usah khawatir. Kelly akan baik-baik saja. Sekarang dia hanya butuh istirahat. Jason juga sudah melunasi biaya perawatannya. Selain itu, Chelsea dan yang lain juga akan menerima hukuman yang setimpal.”Kali ini Chelsea tidak mungkin diterima untuk bekerja sebagai
“Nggak ingin tanya atau kamu nggak peduli?” Di dalam kegelapan, Reza menatap Sonia dan berbicara dengan suara serak.Sonia mengerutkan keningnya, menggigit bibir bawahnya, lalu menjawab, “Bukan.” Dia berpikir sejenak, lalu bertanya, “Apa kamu pernah suka Gina?”Reza sungguh tidak menyangka Sonia akan menanyakan hal ini. Dia terdiam sejenak, lalu menatap Sonia dalam beberapa saat, baru menjawab, “Aku memang pernah punya perasaan sama Gina, tapi sekarang kami hanya berteman saja.”Sonia kembali menatap Reza. “Jangan-jangan kamu nggak sadar kalau dia masih suka sama kamu?”Jari tangan Reza mengusap alis Sonia, lalu jarinya beralih mengangkat sedikit dagu Sonia. “Aku, Jason, Gina, dan yang lainnya sudah kenal sejak kecil. Perasaan Gina terhadap kami semua itu sama. Dia nggak pernah nyatain perasaannya sama aku. Kalaupun dia menyatakannya, aku pasti akan langsung menolaknya. Aku berjanji masalah seperti yang kamu lihat tadi nggak bakal terjadi lagi.”Hati Sonia spontan menjadi luluh. Dia me
Keesokan paginya.Jason pergi menjenguk Kelly. Tak disangka Bondan sudah berada di dalam kamar. Bahkan tampak sebuket bunga segar di atas nakas.Saat ini Kelly juga sudah menyadarkan diri. Ketika melihat Jason berjalan masuk, dia langsung mengalihkan tatapannya, dan menyapa dengan suara serak, “Kak Jason!”“Bagaimana kondisimu hari ini?” tanya Jason dengan tersenyum.Bondan langsung berdiri, dan membalas, “Kelly sudah baikan. Kak Reza dan Sonia juga baru pergi.”Jason mengangguk, lalu meletakkan bunga yang dibawanya ke dalam vas bunga. Dia menatap Kelly, lalu tersenyum hangat. “Kata dokter, lukamu hanya luka luar saja. Hanya saja, kamu kekurangan banyak darah dan baru cuci lambung, kamu butuh dirawat beberapa hari lagi. Kamu juga nggak usah khawatir dengan masalah pekerjaan. Aku sudah minta izin. Tugas kamu sekarang hanya istirahat dengan baik saja. Jangan berpikir kebanyakan!”Raut wajah Kelly terlihat memucat. Dia hanya mengangguk saja.Sandora menuangkan air untuk Bondan dan Jason.
Jason menyerahkan apel yang sudah dikupasnya tadi kepada Kelly. “Ayo dimakan apelnya!”Ini adalah pertama kalinya Jason mengupas apel. Penampilan apel itu pun terlihat sangat lucu. Kelly yang melihat langsung tertawa.“Kenapa?” Selesai telepon, Bondan pun kembali ke sisi ranjang. Dia bertanya, “Kak Jason, kenapa kamu malah bikin Kelly nangis lagi?”Kelly melepaskan lengannya, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku nggak nangis!”Mata Kelly terlihat bengkak, dan air mata masih tersisa di wajahnya. Namun, dia sedang tersenyum saat ini.Kelly yang terlihat lugu dan lembut itu kembali menggerakkan hati Bondan. Bondan pun terus menatap wajahnya tanpa berbicara apa-apa.Kebetulan panggilan Jason berbunyi. Dia pun keluar untuk menerima panggilan.Kelly berkata, “Aku nggak apa-apa, kok. Kalian pulang sana.”Bondan membalas, “Aku temani kamu sebentar lagi. Setelah Kak Jason selesai telepon, kami akan pulang sama-sama!”Di luar sana, Jason sedang mengurus masalah pekerjaan. Kebetulan Sandora kembal
“Nggak usah sungkan!” Jason meletakkan jas di lengannya. Dia sedang mengenakan kemeja bermerek, membuatnya kelihatan semakin berkelas.Jantung Yvonne terus berdetak kencang. Padahal ada juga anak orang kaya di kantornya. Hanya saja, wibawa lelaki itu sungguh jauh berbeda dengan Jason.Yvonne berdiri di depan pintu hendak mengantar Jason.Saat ini tiba-tiba Bondan keluar dari ruangan, lalu berkata, “Kak Jason, ayo kita pergi sama-sama!”Jason mengangguk. “Ayo!”Yvonne terpaksa mundur, melihat mereka berdua berjalan melewati sisinya. Aroma parfum kedua lelaki kaya itu terasa sangat harum. Yvonne menghirupnya hingga terbengong.“Yvonne!”Yvonne langsung memalingkan kepalanya. “Hah? Kenapa?”Sandora bertanya dengan penuh perhatian, “Kalian sudah makan belum? Ada kue di dalam.”Senyuman Yvonne bahkan lebih lembut dari biasanya. “Sudah makan, terima kasih, Ibu!”Setelah memasuki ruangan, Yvonne mengupas buah untuk Kelly. “Kelly, kamu bilang ya kamu ingin makan apa. Kalau kamu ingin ke kamar
Tiba-tiba Morgan bertanya, “Kenapa kamu tidak pacaran?”Theresia tertegun oleh pertanyaan Morgan. Dia mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu berkata, “Seleraku jadi tinggi gara-gara kamu. Aku takut orang lain nggak sanggup.”Morgan terdiam.Ternyata Theresia sudah berbeda dengan yang dulu. Dia berubah menjadi lebih pemberani. Setiap ucapannya membuat Morgan tidak bisa berkata-kata. Hanya saja, dia tetap berbicara dengan begitu serius dan lugu, membuat Morgan tidak tega untuk mengomelinya.Usai berbicara, Theresia pun tersenyum. Dia tidak berbicara lagi, melainkan menunduk untuk menyantap makanannya dengan tenang.Selesai makan, Theresia menyeduh secangkir teh untuk Morgan, kemudian menyeduh secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Meski aroma kopi dan teh bercampur aduk, aromanya tetap terasa nyaman.Theresia duduk di atas pangkuan Morgan, lalu melingkari lehernya. “Aku nggak ingin ngapa-ngapain hari ini, cuma ingin temani kamu saja, ya?”Terdengar nada manja dalam suaranya, seperti s
Reza mengusap wajah Sonia. “Semoga saja yang dia harapkan itu anggota keluarga, bukan uang. Semoga juga dia bisa memahami maksud kalian, bisa mempertahankan pemikiran awal, tidak terbuai dengan kekayaan.”Sonia menggigit bibirnya dengan perlahan. “Semoga saja dia nggak seperti itu. Hanya saja, aku juga bakal lebih hati-hati.”“Kalau begitu, kita amati selama beberapa saat dulu. Seandainya Hallie memang pantas untuk disukai Tuan Aska, masalah cucu kandung atau bukan juga bukan masalah. Seandainya dia tidak pantas, beri dia sedikit uang sebagai tebusan saja.”Sonia mengangguk. “Semuanya tergantung dengan nasibnya sendiri.”Mereka berdua selesai mengobrol masalah Hallie. Reza memeluk Sonia. “Pergi mandi dulu, lalu sarapan. Aku sudah telepon Bi Rati. Dia lagi masak yang enak-enak buat kamu.”Sonia memeluk Reza. “Aku juga merindukan Bibo!”Reza tersenyum tipis. “Sepertinya kamu tidak pernah merindukanku.”“Apa aku nggak pernah mengatakannya? Seingatku, aku sering mengatakannya berkali-kali!
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak