Hendri terpaksa meminjam ponsel orang lain untuk menghubungi Stella. Setelah panggilan berdering beberapa kali, akhirnya Stella mengangkatnya.Begitu panggilan terhubung, Hendri segera berkata, “Stella, apa kamu sudah baca pesan yang aku kirim? Ibumu benar-benar lagi operasi. Penyakitnya sangat parah. Kami butuh uang. Dana perusahaan sudah dikosongkan sama kalian. Uang di rumah juga sudah kamu ambil semuanya. Apa kamu benar-benar tega tidak peduli dengan hidup matinya ibumu? Bagaimanapun, kami sudah membesarkanmu selama 20-an tahun!”Stella terdiam beberapa saat, kemudian berkata dengan datar, “Ibu masih ada uang investasi. Apa mungkin kalian nggak punya uang? Jangan bohongi aku!”Saking emosinya, wajah Hendri pun menjadi pucat. “Apa kamu melihat berita? Apa kamu tidak tahu kondisi Keluarga Dikara? Uang investasi ibumu tidak bisa dicairkan dalam waktu singkat. Meskipun bisa dicairkan, rekening kami juga akan segera diblokir oleh pihak bank. Ibumu butuh uang untuk menyelamatkan nyawanya
Reza membantu Sonia untuk memeriksa satu per satu. Panggilan terbanyak adalah panggilan dari kediaman lama Keluarga Dikara. Ada juga pesan masuk, semuanya adalah permintaan tolong. Mereka memohon Sonia untuk melepaskan mereka.Reza menghapus semuanya.Ada sebuah nomor asing. Reza merasa agak familier dengan nomor itu. Dia melihat sekali lagi, baru menyadari ternyata adalah nomor Celine.Celine mengirim pesan.[ Sonia, Keluarga Dikara memang nggak ada budi sama kamu, tapi juga nggak pernah menganggap Keluarga Dikara. Kalau nggak, kenapa kamu merahasiakan masalah pernikahanmu dengan Tuan Reza! Sekarang kamu sudah memiliki segalanya. Untuk apa kamu mendesak Keluarga Dikara ke jalan buntu? ][ Lepaskan mereka. Kakek sudah tua, nggak sanggup menerima siksaan ini lagi. Aku dengar-dengar, ibumu juga jatuh sakit dan sedang diopname di rumah sakit. Kamu juga bermarga Dikara. Kita semua sekeluarga. Apa mesti menghancurkan keluarga sendiri? ]Kening Reza berkerut. Kenapa dia melupakan Celine?Set
Setelah membuka pintu dan keluar kamar, Reza masih sedang menunggu Sonia. Dia membawa Sonia ke lantai bawah untuk sarapan.Lysa melihat mereka berdua menuruni tangga. Dia pun duluan berdiri untuk menghampiri mereka. Tatapannya kelihatan lembut ketika melihat Sonia. “Apa tidurmu nyenyak semalam?”“Emm!” Sonia mengangguk. “Hanya saja, aku bangun kesiangan!”“Nggak siang. Masih kepagian untuk makan siang!” Tasya berjalan kemari, lalu berkata dengan nada bercanda.Sonia tersenyum sembari mengangkat-angkat pundaknya.“Kalau masih kepagian untuk makan siang, kita sarapan dulu saja!” Lysa membawa Sonia ke ruang makan. Pelayan pun menyuguhkan sarapan yang hangat.“Aku nggak makan banyak di pagi hari. Aku temani Sonia makan sedikit.” Tasya juga menghampiri.Tandy juga ikut meramaikan. “Pangsit hari ini enak sekali. Aku juga mau tambah lagi!”Alhasil, mereka yang tadinya sudah selesai sarapan makan lagi demi menemani Sonia.Selesai makan, Lysa baru berkata, “Sonia, anggota Keluarga Dikara kemari
Sekujur tubuh Aminah gemetar. Dia hampir saja pingsan karena emosi.“Sekarang semua itu ide siapa sudah tidak penting lagi. Hal yang penting adalah Sonia sama sekali tidak ingin bertemu dengan kalian. Hendri dan Reviana sudah menulis pengumuman dengan sangat jelas. Sonia adalah anak yang diadopsi mereka. Sekarang, bahkan masalah adopsi itu palsu. Bisa ada hubungan apa lagi Sonia dengan Keluarga Dikara kalian?” ucap Reza dengan nada datar. Kemudian, Reza menoleh untuk berpesan kepada Fadin, “Usir mereka semua. Kelak jangan izinkan Keluarga Dikara injak kaki mereka di Kediaman Keluarga Herdian!”“Baik!” jawab Fadin. Dia memanggil pelayan dan pengawal di luar untuk membawa pergi anggota Keluarga Dikara.“Sonia, anggap Kakek mohon sama kamu!” Tobias didorong keluar oleh orang-orang, tetapi dia masih belum menyerah. Dengan suara tersendat dan penuh kepedihan, Tobias mencoba menarik simpati. “Warisan Keluarga Dikara adalah hasil jerih payah beberapa generasi. Aku tidak bisa membiarkannya ha
Sonia mengangkat kepala untuk melihat Reza. “Sejak kapan kamu merencanakannya?”Reza berkata, “Waktu itu, saat Reviana membiarkan anggota Keluarga Tamara untuk melukaimu, aku menyuruh orang untuk menyelidiki Keluarga Dikara. Saat itu, aku tahu kondisi mereka sudah hancur. Jadi, kemerosotan Keluarga Dikara benar-benar nggak ada hubungannya sama kamu!”Sonia hanya termakan omongan Tobias tadi. Dia juga bukan tipe orang galau. Dia mengangguk dan tidak mengungkit masalah ini lagi.Setibanya di kediaman Aska, salju masih turun. Rose sudah tiba. Dia pun mengambil payung untuk menjemput Sonia.Reza melepaskan tangan Sonia. “Kamu ke dalam dulu. Aku telepon sebentar. Aku akan segera cari kamu.”Sonia mengiakan, kemudian bersama Rose berjalan ke dalam rumah.Setelah Reza melihat Sonia memasuki rumah, dia baru berjalan ke sisi pohon bunga plum di samping. Dia melakukan panggilan internasional. Dia bertanya dengan serius, “Apa kamu sudah terima obat yang aku kirim? Apa bermasalah?”Orang di ujung
Ranty malas omong kosong dengannya. Dia duduk di sofa sembari menatap wajah munafik Stella, kemudian berkata pada dua wanita pendamping yang dia bawa, “Pukul!”Setelah Sonia kembali ke Kediaman Keluarga Dikara, sebagian besar alasan dia ditelantarkan dan diremehkan oleh Reviana adalah provokasi dari Stella.Waktu itu, padahal Stella masih muda, hatinya malah sudah begitu beracun.Jelas-jelas Stella sudah menguasai kedudukan Sonia, menerima keuntungan dari Keluarga Dikara, dia malah tidak merasa berterima kasih dan merendah, melainkan ingin mengusir Sonia. Stella terlalu serakah hingga tidak bermanusiawi.Mengenai hal itu, Stella sungguh mirip dengan anggota Keluarga Qindara!Serakah, kejam, dan gila, bukannya sifat itu adalah ciri khas dari Keluarga Qindara? Hanya saja, Reviana dan Hendri yang bodoh itu malah tidak bisa melihat dengan jelas.Sejak saat itu, Ranty sudah ingin menghajar Stella. Setelah menahan diri selama ini, semua amarah itu harus dilampiaskan hari ini!Dua orang penda
Tasya seorang diri mengendarai mobil ke restoran steamboat.Setelah tamat kuliah dan mulai bekerja, Tasya belajar mengendarai mobil, belajar cara berinteraksi, dan juga belajar banyak hal lainnya. Hanya saja, hal yang paling dia rindukan adalah masa-masa paling melelahkan dan paling membahagiakan di restoran steamboat.Setelah memasuki restoran, ada dua meja tamu di dalamnya. Mereka baru mulai menyibukkan diri.Saat Bruno melihatnya, dia pun berlari kemari dengan terkejut. “Tasya!”Tasya yang cantik itu bertanya, “Lagi sibuk?”“Lumayan!” Bruno berkata dengan tersenyum, “Kamu datang buat cari Bos?”Semalam Bos baru saja kembali, sekarang Tasya malah datang. Tanpa perlu dipikirkan, dapat diketahui bahwa dia datang untuk mencari Yandi.Tasya kelihatan canggung. Dia pun menjelaskan, “Aku dengar-dengar Bos Yandi lagi terluka. Aku datang untuk jenguk dia!”“Nona Sonia telepon kami untuk menjaga Bos dengan baik. Bos bilang dia baik-baik saja. Dia tidak perbolehkan kami buat melihat lukanya!”
Kening Yandi berkerut. “Aku saja tidak peduli. Orang lain lebih tidak usah peduli!”“Tapi, aku peduli!” Tiba-tiba mata Tasya memerah. Dia berkata dengan terisak-isak, “Semalaman aku nggak tidur. Aku takut Leon dan yang lainnya nggak tahu cara untuk jagain kamu. Bahkan ketika bermimpi, aku juga bermimpi kamu berdiri di depanku dengan darah di seluruh tubuhmu!”Yandi terbengong melihat wanita bermata merah. Hatinya terasa sesak. Dia sama sekali tidak mengatakannya.Tasya memalingkan kepalanya, lalu menarik napas dalam-dalam. Dia tidak tahu dirinya sedang marah atau sedih, jantungnya tidak berhenti berdetak kencang.Yandi mengambil tisu untuk Tasya, kemudian berkata dengan datar, “Tasya, mau aku bilang berapa kali baru kamu mengerti. Kita itu bukan orang satu dunia. Dengan pengalaman dari kecilku, pandangan hidup kita berbeda. Kelak kita tidak bisa hidup bersama. Kamu seharusnya mencari orang sebaya, lalu segera berpacaran. Dengan begitu, kamu pun akan melupakanku!”Tasya tidak mengambil
Reza melihat kondisi mobil di depan sana, lalu berkata dengan tersenyum datar, “Kamu merasa dia terlalu buru-buru, kamu pun merasa tidak nyaman?”Sonia menggeleng. “Kalau jadi orang lain, mereka juga ingin tahu identitas dirinya sendiri, nggak sabar untuk bisa bertemu dengan anggota keluarganya sendiri. Masalah ini adalah masalah yang wajar. Kita nggak boleh menyalahkannya. Aku hanya lihat Pak Guru dan Hallie begitu gembira, aku jadi merasa sangat khawatir kalau Hallie bukan anak dari Bibi Julia.”“Kalau begitu, segera lakukan tes DNA, tidak usah menunggu sampai putri Tuan Aska pulang,” ucap Reza, “Kalau ditunda semakin lama, semuanya akan semakin merepotkan.”Aska sudah menganggap Hallie sebagai cucu luarnya. Dia telah memberikan banyak perasaan kepada Hallie. Semakin lama, perasaan akan semakin mendalam, rasa kecewa juga akan semakin bertambah besar.Sonia memberi tahu maksud Jemmy kepada Reza. “Kakek sudah mengatakannya dengan sangat jelas. Pak Guru ingin menggunakan Hallie untuk me
Selesai makan, pelayan membereskan kamar tamu untuk Hallie.Rose mengambil pakaian tidur dari kamarnya untuk diberikan kepada Hallie. “Pakaian tidur ini baru kubeli. Aku masih nggak pernah mengenakannya. Kamu coba dulu, cocok nggak? Tinggi badan kita hampir imbang, seharusnya nggak masalah.”“Nggak usah. Aku lihat ada jubah tidur di dalam lemari!” balas Hallie dengan tersenyum.“Nggak nyaman kalau tidur pakai jubah tidur. Kamu pakai ini saja. Nggak usah sungkan sama aku!” ucap Rose.“Bukan sungkan! Kelak ini adalah rumahku. Mana mungkin aku akan bersikap sungkan?” Hallie tersenyum. “Aku cuma nggak suka pakai pakaian orang lain.”Senyuman di wajah Rose langsung terkaku. “Oh, begitu, ya. Baiklah, kamu pakai jubah tidur dulu. Besok aku bawa kamu jalan-jalan untuk beli yang baru.”“Oke, maaf sudah merepotkanmu!” Kedua mata Hallie berkilauan. Dia bertanya dengan tersenyum, “Rose, apa kamu tinggal di sini?”Rose membalas, “Bukan, terkadang aku akan tinggal beberapa hari di sini untuk menemani
Morgan menyipitkan matanya, lalu memutar bola matanya untuk melihat Sonia. Keningnya kelihatan sedikit berkerut.Sonia segera berkata dengan tersenyum, “Oke, oke, aku nggak tanya lagi. Aku nggak tanya lagi, deh!”Usai berbicara, Sonia bergumam sendiri, “Bisa jadi Theresia juga nggak suka sama kamu. Dia itu berkompeten dan juga cantik, entah ada berapa cowok yang lagi mengejarnya!”Raut wajah Morgan langsung berubah muram. “Apa hubungannya dia dikejar berapa banyak cowok sama aku?”Sonia berkata, “Nggak ada hubungannya. Kalian memang sudah nggak ada hubungan lagi!”Morgan terdiam membisu.Mereka berdua mengobrol beberapa saat mengenai masalah Hallie. Ada sebuah mobil masuk ke dalam gerbang. Ujung bibir Sonia spontan melengkung ke atas. “Reza sudah datang. Aku ke sana sebentar.”Morgan berkata, “Aku akui pilihanmu waktu itu memang benar. Kamu pacaran dengan baik. Jangan kecewain dia!”Sonia tersenyum, lalu mengangguk dengan serius. “Pasti!”“Pergi sana!”“Emm.”Sonia berjalan ke sisi mobi
Kedua mata Sonia berkilauan. Mengenai alasannya, sepertinya dia bisa menebaknya.Jemmy melanjutkan, “Aska merindukan Julia. Dia ingin memanfaatkan kesempatan ini untuk memanggil Julia pulang. Kalau dia melakukan tes DNA sekarang, kemudian ternyata Hallie bukan Jeje, apa dia masih punya alasan untuk memanggil Julia pulang?”Kening Sonia berkerut. “Bagaimana kalau bukan? Apa Bibi Julia akan merasa ditipu oleh Pak Guru? Dia akan semakin membenci Pak Guru saja?”Jemmy menghela napas. “Selama beberapa tahun ini, mereka juga bukannya tidak pernah salah. Aska tidak bisa berpikir panjang lagi. Dia hanya ingin bertemu dengan Julia.”Ponsel Sonia berdering. Dia melihat Sonia sekilas, lalu pergi ke samping untuk mengangkat telepon. “Paman Reza!”Reza bertanya, “Kamu lagi di mana?”“Aku lagi di rumah Pak Guru!”“Aku ke sana sekarang!” Reza sedang mengendarai mobil. “Oh, ya, tadi Ibu telepon aku. Katanya tadi sore Hallie keluar, katanya mau jalan-jalan di sekitar. Hanya saja, dia masih belum pulang.
Hallie menggeleng. “Ketika aku melihat Kakek Aska, aku merasa sangat akrab sama dia. Aku punya firasat. Kakek Aska itu kakek luarku!”Aska menatap Hallie dengan ramah. “Anak baik. Selama beberapa tahun ini, kamu pasti sudah hidup menderita di luar sana. Setelah ibumu kembali, dia pasti akan merasa sangat gembira.”“Ibuku?” tanya Hallie dengan penasaran.“Iya, aku sudah menghubungi ibumu. Dia akan segera kembali!” Suara Aska terdengar terisak-isak. “Selama beberapa tahun ini, dia tidak menikah lagi juga demi menunggumu!”Mata Hallie memerah. “Aku berharap aku bisa segera bertemu dengan Ibu!”Saat mereka semua melanjutkan obrolan mereka, langit sudah gelap. Morgan pun telah pulang. Aska segera menceritakan masalah Hallie kepadanya.Sejak kecil, Morgan sering mendengar Aska menceritakan soal Jeje. Tidak disangka setelah bertahun-tahun, malah masih bisa ditemukan.Terlebih, Sonia malah menemukannya di Hondura. Semua ini terlalu kebetulan!Morgan pun menatap Sonia dengan tatapan syok.Sonia
Sonia makan siang bersama Ranty.Saat makan, mereka berdua terus membahas soal Morgan dan Theresia. Satunya tampan dan satunya cantik. Ranty merasa sangat percaya diri terhadap perjodohannya kali ini.Di satu sisi, Sonia berharap semua bisa berjalan sesuai dengan kemauan Ranty. Namun di sisi lain, akal sehatnya memberitahunya bahwa mereka berdua tidak memungkinkan!Tentu saja Ranty tidak ingin menghancurkan rasa optimis Ranty.Selesai makan, Ranty menerima panggilan dari perusahaan. Dia pun mesti kembali ke perusahaan untuk mengurus pekerjaannya. Kebetulan Sonia juga menerima panggilan dari Mandy. Ada dua lembar desain yang memerlukan sarannya. Mandy meminta bantuan Sonia untuk merevisinya.Sonia kembali ke Imperial Garden. Setelah dia merevisi dua lembar desain, waktu setengah hari pun telah berlalu. Sonia ingin menelepon abangnya untuk menanyakan hasil kencan buta. Belum sempat dia menelepon, tiba-tiba dia menerima panggilan dari Aska.“Pak Guru!” Sonia meregangkan tubuhnya, lalu berj
“Emm, aku tidur siang!” Theresia meregangkan tubuhnya.Nada bicara Theresia begitu terang-terangan. Ranty pun tidak berpikir kebanyakan. Dia hanya bertanya, “Bagaimana dengan pertemuan tadi siang?”Theresia terdiam sejenak, lalu berkata dengan tersenyum, “Sepertinya nggak begitu cocok.”Morgan membangkitkan tubuhnya, lalu bersandar di atas ranjang melihat ke sisi wanita yang sedang bertelepon. Dia yang membungkus tubuhnya dengan jubah tidur sedang membelakangi Morgan dan berkata pada orang di ujung telepon bahwa mereka berdua tidak cocok.“Nggak cocok?” Ranty merasa agak kecewa. “Kenapa? Apa kamu nggak suka sama dia? Atau dia yang nggak suka sama kamu?”Theresia berkata dengan nada bercanda, “Kami saling nggak suka.”“Jadi, kalian nggak nonton opera?”“Nggak!”“Kakak temanku memang lebih besar beberapa tahun dari kamu, tapi nggak kelihatan sama sekali. Apalagi dia itu orangnya agak kalem. Dia bukan nggak suka sama kamu. Kalau kamu punya perasaan sama dia, aku rasa kalian bisa coba untuk
Morgan memalingkan kepalanya, lalu mengambil boneka unicorn untuk melihatnya. Tiba-tiba dia kepikiran dengan ulang tahun ke-17 Theresia, Morgan baru pulang dari luar. Theresia menyuguhkan mie masakannya untuk dicicipinya.Morgan menyantap mie masalah Theresia, lalu memberinya sebuah gantungan kunci unicorn dan memberinya ucapan selamat ulang tahun.Pada malam hari itu juga, Morgan meminta pertama kalinya.Morgan melepaskan mantelnya, lalu meletakkannya di atas sofa. Theresia menyeduh teh, kemudian menyuguhkannya kepada Morgan. Dia berbicara dengan nada bersalah, “Hanya ada daun teh, coba dicicipi.”“Oke, tidak masalah!” Tatapan Morgan kelihatan tajam. Berhubung sering berhubungan dengan tentara bayaran, dia pun selalu menunjukkan sisi dinginnya.Theresia melangkah mundur selangkah, lalu melihat dia meminum teh.Morgan mengenakan kemeja berwarna hitam. Wibawanya kelihatan jelas. Dia memegang cangkir teh sembari duduk di atas sofa. Gambaran ini membuatnya terasa sangat ajaib.Morgan menye
Saat Theresia pergi, Morgan telah memberinya uang yang cukup banyak untuk melewati sisa hidupnya. Kenapa Theresia mesti bekerja dengan susah payah lagi?“Emm!”Theresia mengangguk. “Setelah tiba di Kota Jembara, aku berencana untuk tinggal di sini, tapi aku tidak ingin jadi pengangguran. Aku merasa aku seharusnya melakukan sesuatu. Kemudian, aku pun mendirikan sebuah perusahaan humas. Jujur saja, maksud awalku adalah perusahaan humas memiliki banyak sumber informasi. Aku pikir mungkin bisa membantumu. Aku juga nggak menyangka ternyata hasilnya cukup baik.”Morgan mengangguk.Pelayan datang untuk mengantar makanan. Mereka berdua menghentikan obrolan, lalu menyantap makanan dengan tenang.Setelah makan beberapa saat, Theresia mengangkat kepalanya dan bertanya, “Apa kamu datang ke Kota Jembara karena masalah Sonia?”“Iya!” Morgan mengangguk. “Sementara ini aku tinggal di rumah Pak Aska.”Theresia pun mengerti. Dia berkata dengan tersenyum, “Aku lihat di internet, sekarang semua opini berpi