Yandi mengambil bangku dan berjemur di depan pintu. Kumis dan janggutnya sudah lumayan panjang, membuatnya terlihat kuat. Ketika orang lain melihatnya, mereka akan dengan cepat mempercepat langkah mereka. Tidak ada yang datang untuk makan.Mereka serius untuk membuka restoran, hanya Yandi yang menganggap restoran ini sebagai panti jompo.“Bos, bagaimana kalau kamu berjemur di tempat lain?” tanya Bruno dengan nada membujuk.Yandi membuka matanya dan berkata dengan suara dingin, “Aku mau di sini. Aku mau lihat apa orang-orang dari Steamboat Champion berani datang mencari masalah?”“Hei!” Leon tertawa dan berjalan ke arah Yandi. “Orang-orang dari Steamboat Champion memang nggak datang. Pelanggan juga takut mau datang!”Yandi mengerutkan kening dan berkata, “Apa hubungannya dengan pelanggan?”Bruno tertawa dan berkata, “Kalau kamu seperti ini di sini, siapa yang berani masuk?”Yandi menyentuh wajahnya dan berkata, “Ada apa denganku? Aku terlihat menakutkan?”Bruno berkata, “Kamu bisa menak
Pasangan muda itu bangun dengan panik dan tidak berani berlama-lama lagi di sana. Mereka cepat-cepat pergi.Bruno dan yang lainnya berkumpul dan berkata dengan dingin, “Restoran siapa yang nggak bersih?”James tersenyum dingin dan berkata, “Pokoknya aku bilang restoran kalian nggak bersih!”Melihat Bruno dan yang lainnya hendak menyerang, Mervin langsung berkata, “Yang tenang, jangan main tangan. Kalau kalian berani menyerang, aku akan membuat kalian masuk penjara!”Ketika dia selesai mengatakan itu, Yandi sudah berada di hadapannya. Pria itu meraih bajunya, mengangkatnya dan langsung membanting tubuhnya yang beratnya 100 kg itu.Begitu Yanti menyerang, Bruno dan yang lainnya juga ikut maju.Anak-anak buah yang dibawa James juga maju dan perkelahian antara dua kubu pun terjadi. Dalam sekejap, semuanya jadi kacau.Restoran itu berantakan dan hancur. Belasan anak buah Mervin juga datang dari luar, bergegas masuk dan mulai menghancurkan barang-barang di restoran.***Sebuah Bentley hitam
Yandi tercengang dan berkata, “Siapa Non kalian?”Pria itu berkata, “Non Ranty!”Yandi tetap tidak mengenalinya.Pria bernama Mervin dipukul dua kali menggunakan kayu. Darah mengalir di wajahnya. Dia dibawa kabur keluar restoran sambil dilindungi oleh James dan yang lainnya. Sebelum pergi, dia menunjuk Yandi dengan satu tangan, dan satu tangan lainnya memegangi kepalanya, lalu berkata dengan nada mengancam, “Tunggu saja kalian!”Setelah mengatakan itu, dia pun kabur bersama anak buahnya.Leon memukul pantat James dengan kayu, membuat pria itu kesakitan sampai tidak bisa berjalan lurus. Dia memaki, “Kalau kalian hebat, jangan lari!”James memegangi pantatnya dan tidak berani menoleh ke belakang.Yandi berjalan keluar toko. Kebetulan sekali, Ranty dan Matias sedang berjalan ke restoran. Ketika berpapasan, Ranty melebarkan matanya, menatap Yandi dan berkata sambil tersenyum, “Sniper?”Yandi tertegun, lalu tersenyum dan berkata, “Temannya Sonia?”Ranty langsung mengangguk dan berkata, “Iya
Ranty menggumam mengiyakan, lalu menoleh untuk melihat ke luar pintu dan berkata, “Kenapa Sonia masih belum datang?”Begitu dia mengatakan itu, dia melihat Reza sedang berjalan ke arahnya dari seberang jalan sambil menggandeng Sonia. Dia berdiri untuk menyambut mereka dan berseru, “Sonia!”Sonia dan Reza masuk ke restoran. Matias berdiri, tersenyum dan mengangguk, “Pak Reza!”“Pak Matias!” Reza mengangguk kecil.Restoran itu sudah hampir selesai dibersihkan, tapi karena ada begitu banyak bir yang pecah, kalaupun semua jendela toko dibuka, bau alkoholnya tidak akan bisa hilang untuk sementara waktu.Sonia melihat sekeliling dengan heran, mengernyit dan berkata “Apa yang terjadi? Di mana Yandi?”Ranty tertawa dan berkata, “Kamu datang terlambat dan melewatkan pertunjukan yang seru!”“Pertunjukan seru apanya?” tanya Sonia.Matias berkata, “Restoran baru dibuka, ada orang yang sengaja mencari masalah. Kami kebetulan melihatnya waktu kami datang!”Ranty menyela, “Aku menyuruh semua satpam d
Ranty berkata, “Kalau kataku, kalian semua jangan sungkan-sungkan lagi. Cepat duduk. Aku sudah lapar. Mana hot pot-nya? Cepat dihidangkan!”Leon tersadar dan buru-buru berkata, “Aku akan segera menyiapkannya. Sebentar saja!”Bruno juga pergi ke dapur belakang untuk membantu.Semua orang duduk mengelilingi meja. Yandi membuka sebotol anggur dan menuangkannya untuk semua orang, lalu berkata dengan nada santai, “Restoran ini sudah dibuka. Aku awalnya meminta Sonia untuk mengajak kalian semua untuk datang ke sini, tapi nggak disangka malah jadi merepotkan kalian. Aku akan meminum gelas anggur pertama ini. Pertama-tama, terima kasih untuk semuanya. Kedua, selamat datang di restoran ini!”Setelah mengatakan itu, Yandi mengangkat kepalanya dan meminum segelas penuh berisi anggur dalam sekali teguk!“Jangan sungkan. Dulu aku sering mendengar Sonia membicarakanmu. Kamu adalah idola pertama yang aku kagumi!” Ranty tersenyum lebar, mengangkat kepalanya dan meminum segelas anggur. “Semoga restoran
Bruno dan yang lainnya sangat sibuk. Yandi juga tidak sempat menemani Sonia dan yang lainnya. Dia pun ikut membantu.Ranty tersenyum sambil memasukkan gulungan daging ke dalam panci, “Begini baru suasana restoran yang baru dibuka!”Matias memasukkan daging rebus ke dalam mangkuknya, mengangguk dan berkata, “Rasanya enak sekali, dan sayurannya segar. Selama bisa dipertahankan, pelanggan yang datang pasti akan banyak.”Sonia suka daging dan makanan pedas. Hot pot hari ini sangat pas dengan seleranya, tapi dia cuma makan beberapa suap. Reza memanggil Bruno dan mengganti kuah hot pot-nya menjadi yang tidak pedas. Dia tidak memperbolehkan Sonia makan makanan pedas lagi .Melihat Sonia yang kurang senang tapi tidak berani mengatakannya, Ranty langsung merasa kesal dan berkata, “Pak Reza, ini keterlaluan! Aku sudah lama pacaran dengan Matias, tapi coba kamu tanya dia, apa dia pernah mengatur-atur aku?”Reza menatap Matias, tiba-tiba tersenyum dan berkata, “Kudengar Ranty nggak bisa minum alko
“Menunya sudah datang!”Ranty datang membawa satu piring besar, meletakkannya di atas meja, dan berkata dengan bangga, “Aku yang memotongnya. Ayo dicoba!”Sonia membawa sepiring bakso sapi dan meletakkannya di atas meja. Melihat Reza sedang memandang ke arahnya, dia berhenti dan menjelaskan, “Ini aku yang menaruhnya ke piring!”Semuanya tidak bisa menahan tawa mereka. Kuah hot pot sudah mendidih, daging dan sayuran di dalamnya juga sudah matang. Sangat membangkitkan selera.Reza mendapat telepon. Dia melihat ke layar ponselnya sejenak, lalu mengangkat telepon itu.Orang yang meneleponnya adalah kepala kantor polisi di Gotham. Kepala polisi itu berkata dengan takut, “Pak Reza, aku benar-benar minta maaf. Aku nggak tahu menahu dengan apa yang terjadi hari ini. Aku bahkan nggak tahu kalau Bapak membuka restoran di sini. Apa itu franchise?”“Temanku yang membukanya!” kata Reza pelan.“Sama saja!” Kepala polisi itu langsung tertawa dan berkata, “Aku sudah menyuruh orang untuk menyelidikinya
Ketika Sonia dan yang lainnya hendak pergi setelah makan, masih ada pelanggan yang datang ke toko. Yandi mengantar mereka ke pintu dan berkata kepada Ranty dan Matias, “Kalian boleh datang kapan saja. Kapan pun kalian datang, makanannya gratis!”Ranty tersenyum lebar dan berkata, “Jangan khawatir. Aku pasti akan sering ke sini.”Yandi tersenyum tulus, lalu menatap Sonia dan Reza. “Hati-hati di jalan!”Mereka mengucapkan selamat tinggal kepada satu sama lain, lalu masuk ke mobil dan pergi.Matias minum alkohol tadi, jadi supir yang mengemudikan mobilnya waktu pulang. Wajah Ranty merona merah. Dia bersandar di tubuh Matias. Kelihatan sekali, dia agak mabuk.Matias memeluk pinggang Ranty dan memberi wanita itu posisi yang nyaman untuk bersandar padanya. Dia kemudian mengambil laptopnya dan membuka email.“Oh iya!” Ranty tiba-tiba mengangkat kepalanya, menyandarkan dagunya di bahu Matias, dan berkata dengan marah, “Aku lupa bertanya pada Sonia tentang Yandi!”Matias menundukkan kepalanya d
Tiba-tiba Morgan bertanya, “Kenapa kamu tidak pacaran?”Theresia tertegun oleh pertanyaan Morgan. Dia mengangkat kepalanya dengan perlahan, lalu berkata, “Seleraku jadi tinggi gara-gara kamu. Aku takut orang lain nggak sanggup.”Morgan terdiam.Ternyata Theresia sudah berbeda dengan yang dulu. Dia berubah menjadi lebih pemberani. Setiap ucapannya membuat Morgan tidak bisa berkata-kata. Hanya saja, dia tetap berbicara dengan begitu serius dan lugu, membuat Morgan tidak tega untuk mengomelinya.Usai berbicara, Theresia pun tersenyum. Dia tidak berbicara lagi, melainkan menunduk untuk menyantap makanannya dengan tenang.Selesai makan, Theresia menyeduh secangkir teh untuk Morgan, kemudian menyeduh secangkir kopi untuk dirinya sendiri.Meski aroma kopi dan teh bercampur aduk, aromanya tetap terasa nyaman.Theresia duduk di atas pangkuan Morgan, lalu melingkari lehernya. “Aku nggak ingin ngapa-ngapain hari ini, cuma ingin temani kamu saja, ya?”Terdengar nada manja dalam suaranya, seperti s
Reza mengusap wajah Sonia. “Semoga saja yang dia harapkan itu anggota keluarga, bukan uang. Semoga juga dia bisa memahami maksud kalian, bisa mempertahankan pemikiran awal, tidak terbuai dengan kekayaan.”Sonia menggigit bibirnya dengan perlahan. “Semoga saja dia nggak seperti itu. Hanya saja, aku juga bakal lebih hati-hati.”“Kalau begitu, kita amati selama beberapa saat dulu. Seandainya Hallie memang pantas untuk disukai Tuan Aska, masalah cucu kandung atau bukan juga bukan masalah. Seandainya dia tidak pantas, beri dia sedikit uang sebagai tebusan saja.”Sonia mengangguk. “Semuanya tergantung dengan nasibnya sendiri.”Mereka berdua selesai mengobrol masalah Hallie. Reza memeluk Sonia. “Pergi mandi dulu, lalu sarapan. Aku sudah telepon Bi Rati. Dia lagi masak yang enak-enak buat kamu.”Sonia memeluk Reza. “Aku juga merindukan Bibo!”Reza tersenyum tipis. “Sepertinya kamu tidak pernah merindukanku.”“Apa aku nggak pernah mengatakannya? Seingatku, aku sering mengatakannya berkali-kali!
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak