Tatapan Devin kelihatan dingin. “Aku tunggu sebentar di sini. Kalau dia berani kemari lagi, aku pasti akan hajar dia!”Ester mengangguk dengan gugup. Dia yang kelihatan kasihan itu meluluhkan hati orang saja. “Apa Rose nggak marah kalau tahu kamu ke sini?”Ketika Devin kepikiran dengan sosok Rose tadi, hatinya terasa agak penat. Dia pun berkata dengan suara datar, “Tenang saja, tidak apa-apa.”Ester menatap Devin dengan hati-hati. “Saat makan tadi, Rose nggak begitu ngomong. Apa dia nggak suka sama aku? Apa dia merasa aku sudah ganggu kencan kalian?”“Tidak, kamu jangan berpikir kebanyakan!” Devin tersenyum lembut. “Rose tahu kamu sendirian di Kota Jembara. Dia malah pesan aku untuk lebih menjagamu.”“Kak Devin, kamu memang baik banget sama aku!” Ester mengulurkan tangannya untuk memeluk si pria. “Aku cuma punya kamu saja di Kota Jembara.”Sekujur tubuh Devin menjadi tegang. Baru saja Devin hendak mendorong Ester, tiba-tiba terdengar suara ketuk pintu. Raut wajah Devin menjadi dingin.
Hati Rose terasa sangat penat. “Aku cuma ingin berkencan berdua sama kamu. Kita sudah lama nggak bertemu dan aku sangat menantikan kencan bersama kita. Tapi, semalaman ini, kita malah nggak banyak ngomong.”Devin berkata dengan nada tidak setuju, “Kita bisa sering berkencan, tapi Ester itu tamu yang aku undang. Tidak mungkin kita tidak menghiraukan tamu, melainkan bermesraan berdua, ‘kan?”Rose menatap pria di hadapannya. Tiba-tiba dia tidak tahu bagaimana untuk menyangkal, hanya saja hatinya terasa sangat tidak nyaman.Suasana di dalam mobil menjadi tegang dan berat. Mereka berdua tidak berbicara lagi. Lampu jalan di luar sana tidak berhenti berkilauan, terlihat suram dan redup.Beberapa saat kemudian, Devin duluan bersuara untuk memecahkan ketegangan, “Tadi kamu bilang ada yang ingin kamu bicarakan sama aku. Masalah apa?”Tadinya Rose ingin mengatakan masalah merayakan Hari Raya di rumahnya, tetapi sekarang dia tidak memiliki suasana hati untuk mengatakannya. Jadi, Rose hanya bertany
“Oke!” Ester memesan dua jenis sayuran yang sangat pedas.Selesai memesan, Ester berkata, “Kak Devin, aku sudah baca laporan yang dibuat Rika. Aku merasa masalahnya cukup banyak.”Devin bertanya, “Ada masalah apa?”Ester mengeluarkan ponselnya untuk diperlihatkan kepada Devin. “Coba kamu lihat bagian sini. Aku merasa datanya sangat berbeda dengan data di laporan sebelumnya ….”Mereka berdua sedang membahas soal pekerjaan. Rose tidak bisa menyela, hanya bisa melihat ponsel sambil minum di samping saja.Tidak lama kemudian, makanan telah disuguhkan. Gara-gara dua jenis masakan khas kampung halaman mereka, Devin dan Ester terus mengobrol masalah kampung halaman mereka. Rose tetap tidak bisa mengikuti topik pembicaraan mereka.Setelah makan beberapa saat, Ester mengambil rebung tumis minyak cabai kepada Rose. “Coba kamu cicipi. Sepertinya rebung ini dari pegunungan kampung halaman kami, rasanya garing sekali. Kelak, kamu bisa adaptasi duluan, siapa tahu kamu dan Kak Devin mau ke kampung h
Ester membalas dengan mendengus dingin, “Aku nggak mau berkencan. Aku masih muda. Karierku lebih penting!”Devin menyetujuinya, “Benar apa katamu!”Ester duduk di bangku dengan satu tangan menopang pipinya. Dia menatap Devin dengan tatapan membara. “Aku cuma iri ada yang menemani Kak Devin setelah pulang kerja. Setiap harinya aku pulang sendirian, rumahku terasa hampa dan dingin.”Ester menggigit bibirnya sejenak, lalu berkata dengan menurunkan kelopak matanya, “Jadi, aku lebih memilih untuk lembur di perusahaan daripada pulang.”Kening Devin seketika berkerut. “Kamu datang ke sini demi aku. Aku tahu kamu tidak punya teman di sini.”Ester tersenyum lembut. “Nggak apa-apa. Yang penting aku punya Kak Devin!”Hati Devin sedikit bergerak. “Malam ini kamu cepat pulang kerja. Kamu makan bersama kami saja.”Ester bertanya dengan syok, “Apa boleh seperti itu? Kamu pergi berkencan sama Nona Rose, ngapain aku ke sana?”“Tidak apa-apa, kami cuma makan biasa saja. Siapa tahu setelah kamu berhubung
Jason mengangkat kepalanya dengan kaget. “Kelly mau jadi pendamping pengantin?”“Iya, apa dia tidak beri tahu kamu?”Kening Jason berkerut. Dia pun spontan berkata, “Tadi kamu mau suruh aku jadi pendamping pengantinmu, ‘kan? Sebenarnya, bukannya tidak memungkinkan ….”“Bukannya tadi kamu tidak setuju? Sebenarnya aku kekurangan seorang pendamping pengantin pria. Tadinya aku pikir kamu itu kakakku, jadi aku kepikiran kamu duluan. Tapi kalau kamu tidak setuju, aku akan tanya Kak Reza. Dia pasti akan setuju karena ada Sonia!” jawab Johan dengan ekspresi puas.Jason menyindir dengan sinis, “Kamu mau minta Reza jadi pendamping pengantin pria. Kamu malah berani punya pemikiran seperti itu!”“Selama ada Sonia, tentu saja aku berani berpikir seperti itu!”“Lebih baik aku mengalah saja. Kamu tidak usah cari Reza lagi!”Kali ini, giliran Johan merasa arogan. “Kalau begitu, coba kamu diskusikan dengan Kak Reza atau kalian berdua bertaruh saja, kesempatan itu bakal aku berikan kepada yang menang!”
Johan berkata, “Aku sudah persiapkan ungkapan perasaanku yang begitu panjang kepada Frida-ku. Aku takut aku akan melupakannya gara-gara gugup.”Matias tersenyum lembut. “Kalau kamu sudah persiapkan kata-kata dari lubuk hatimu, gimana kamu bisa melupakannya?”“Belum pasti. Bisa jadi nantinya aku gugup, pikiranku jadi kosong, aku pun melupakannya!”Bondan menghampiri, lalu berkata dengan tersenyum, “Kamu boleh tanya aku soal masalah ini. Aku bisa bagikan pengalamanku kepadamu.”Johan pun menyindir, “Kamu biasanya mengungkapkan perasaan dengan tidak serius. Lupakan saja!”“Sejak kapan aku tidak serius?” Bondan memanggil Tiffany, “Tiffany, coba kamu beri tahu mereka, saat kita bertunangan, apa kamu terharu dengan ungkapan perasaanku?”Saat ini, Tiffany sedang mengobrol dengan Sonia. Ketika mendengar, dia pun memalingkan kepalanya. “Memangnya apa yang kamu katakan?”Semua orang langsung tertawa.Jason berkata, “Dia bilang, seumur hidupnya dia hanya mencintaimu seorang diri!”Tiffany mengang