Dokter memberi tahu semua detail mengobati Sonia kepada si lelaki. Pada akhirnya, dia berkata, “Tekad hidup wanita itu sangat kuat. Untung saja, pisau itu tidak melukai jantungnya. Jadi, dia masih hidup. Hanya saja ….”Reza menelan air liurnya, lalu bertanya, “Bagaimana dengan kondisinya?”Benny mengerutkan keningnya. “Sarafnya terluka akibat zat beracun. Dia telah kehilangan penglihatannya!”Tiba-tiba Reza mengangkat kepalanya. Tampak urat hijau menonjol di keningnya. Dia menatap Dokter Benny dengan tatapan tidak percaya. “Dia tidak bisa melihat lagi?”“Iya.”Kepala Reza bagai menerima pukulan kuat saja. Dia terbengong dalam sesaat. Kemudian, dia mengulurkan tangan mengambil rokok di atas meja tamu. Tangannya terus gemetar. Asap rokok diembuskan dan air mata juga menetes mengenai atas meja tamu.Reza tidak mengangkat kepalanya. Dia hanya berkata dengan suara serak, “Antar Dokter Benny pulang.”Kening Robi juga tampak berkerut. Dia sungguh tidak menyangka orang yang hendak dibunuh saat
Si lelaki menatap wanita yang sedang memilih permen di samping kirinya. Dia mendorong troli dengan gembira, lalu berkata, “Sonia, ternyata kamu, ya! Sudah lama tidak ketemu!”Si wanita memegang sekotak permen berbentuk hati, lalu memalingkan kepalanya menatap orang yang berbicara dengannya. Dia tiba-tiba teringat, “Yoseph? Lama nggak bertemu!”Yoseph adalah anggota kru dalam syuting film Sutradara Nathan waktu itu. Hubungannya dengan Darren juga cukup bagus.“Dengar-dengar kamu keluar negeri? Kapan kamu kembalinya?” Yoseph menatap anak perempuan di dalam troli, lalu bertanya dengan syok, “Kamu sudah menikah?”Sonia tersenyum melihat jam, lalu berkata, “Aku masih ada urusan. Kita ngobrol lagi lain kali.”“Oke!” Yoseph tersenyum.Sonia memasukkan kotak permen ke dalam troli, lalu mendorong barang belanjaannya ke kasir.Sewaktu mengantre, anak perempuan yang duduk di dalam troli mengambil lolipop yang diletakkan di samping kasir. “Permen! Aku mau makan permen!”“Yana, kamu baru tumbuh gig
Sonia mengangkat tinggi es krim di tangan, lalu meminta bantuan dari Melvin, “Cepat bawa dia pergi!”Melvin menggeleng dengan tidak berdaya, lalu menggendong Yana. “Kita jangan makan es krim lagi, ya. Bibi Linda masakin telur kukus udang kesukaanmu. Kita pergi makan telur kukus saja, ya.”Yana memalingkan kepalanya. Tatapannya terus tertuju pada es krim di tangan Sonia. Dia mengedipkan matanya dan air matanya spontan mengalir.Melvin mengambil barang lain untuk menghiburnya. Dia memalingkan kepalanya memelototi Sonia sekilas. “Kamu juga jangan makan lagi! Kamu tahu sendiri kamu tidak boleh makan yang dingin-dingin, ‘kan? Kamu lebih susah diatur daripada Yana!”Sonia duduk bersila, lalu menggembungkan pipinya. “Siapa suruh kamu atur aku? Kamu sendiri yang kepo!”Melvin merasa kesal ingin sekali menyiram air di atas meja ke wajahnya.Sonia tidak berani terlalu kelewatan. Dia hanya menyantap setengah kotak es krim, lalu memasukkan sisa setengah kotak ke dalam kulkas.Baru saja berjalan ke
Sonia membeli sebuah rumah besar. Cukup untuk ditempati oleh mereka bertiga dan juga Kelly. Hanya saja, Ranty dan Melvin adalah pewaris perusahaan keluarga mereka. Mereka tidak mungkin seperti Sonia selalu berkelana di luar sana. Jadi, Sonia menghabiskan kebanyakan waktunya untuk tinggal di Kowloon bersama dengan Kelly.Sonia menundukkan kepalanya melihat ponselnya, lalu berkata dengan menggeleng, “Nggak kembali lagi.”“Jadi, setelah Kelly pergi, kamu pindah ke tempatku saja.” Melvin menyerahkan minuman kepada Sonia. Dia duduk di samping sofa, lalu menatap Sonia dengan tatapan membara.Suara Sonia sangatlah tenang. “Aku punya rumah sendiri.”“Tapi tidak ada yang menjagamu di rumahmu. Kalau kamu tinggal di rumahku, aku bisa melayanimu selama 24 jam.” Melvin menyipitkan matanya berusaha untuk membujuk, “Kamu bisa meminta apa pun. Kamu tidak usah sungkan sama aku!”Sonia memasukkan obat ke dalam mulut, lalu meneguk air. Dia tidak meladeni Melvin, lalu berjalan ke sisi kamar. “Aku mau tidu
Saat menjelang sore, Sonia turun ke lantai bawah untuk bermain bersama Yana.Berhubung sedang turun hujan, Kelly menyuruh Bibi Linda untuk tidak perlu kemari. Dia akan memasak makan malam sendiri. Sementara, Sonia menemani Yana menceritakan buku dongeng untuknya.“Dulu ada tiga ekor beruang. Suatu hari, ibu beruang berkata, kalian pergi bangun rumah sendiri!”Yana melebarkan matanya mengangkat kepalanya. “Aku tidak mau meninggalkan Ibu. Aku tidak mau bangun rumah sendiri.”Sonia mencubit hidung kecilnya. “Oke, Yana nggak mau bangun rumah sendiri. Kelak biarkan Bibi Sonia beliin rumah besar, ya.”Yana bersandar di dalam pelukannya. “Ibu, Bibi Sonia, dan Yana akan tinggal bersama di rumah yang sangat besar.”Suara imut Yana membuat Sonia ingin tersenyum. Baru saja dia membalikkan lembaran baru hendak lanjut bercerita, tiba-tiba ada pesan baru di ponsel Sonia. Dia membaca sekilas. Ternyata ada kiriman pesan dari Darren.[ Sonia, apa Thalia mengundangmu ke acara ulang tahunnya? ]Sonia men
Sonia kembali ke kamar mandi untuk menggosok giginya. Dia melirik paket di tangan Melvin sekilas, lalu berkata, “Letakkan saja di sana.”Setelah Sonia keluar, paketnya pun sudah dibuka. Selembar kartu undangan indah diletakkan di atas meja.Melvin mengopek kulit telur sambil bertanya, “Apa kamu mau pergi ke acara ulang tahun si Thalia?”“Emm, semalam aku sudah janji sama dia.” Sonia meminum bubur.“Boleh juga!” Melvin meletakkan telur rebus ke atas piring Sonia, lalu melanjutkan, “Aku pergi bersamamu.”“Dia nggak kasih kamu undangan,” balas Sonia dengan asal-asalan.“Bukankah kamu menerimanya? Anggap saja kamu bawa pasangan!” balas Melvin dengan tersenyum.Sonia meliriknya sekilas. “Jangan bikin masalah!”“Tenang saja, aku janji aku tidak akan melakukan apa-apa!” Melvin tersenyum licik. “Aku hanya akan berdiri di sampingmu dengan patuh dan menjadi vas bunga saja!”Sonia berpikir sejenak, lalu mengangguk. “Boleh juga.”“Sonia-ku memang paling baik!”Melvin berjalan kemari hendak mendeka
Aula hotel bintang tujuh ini memang sangatlah mewah. Dekorasi mewah ditambah dengan identitas tamu yang agung, acara pesta ulang tahun ini pun terasa sangat berkelas.Sonia spontan tersenyum. Akhirnya Thalia mendapatkan kehidupan yang diinginkannya!Begitu mereka berdua masuk ke ruangan, Sonia pun bisa melihat Thalia.Thalia mengenakan gaun ekor merah muda dengan mahkota berlian merah muda di kepalanya. Dia terlihat cantik seperti seorang tuan putri. Saat ini, dia sedang bersenda gurau dengan para penggemarnya.Tak lama kemudian, dia juga telah menyadari kedatangan Sonia. Dia langsung mengangkat gaunnya berjalan ke sisi Sonia.“Sonia!”Sepertinya Thalia sangat gembira hari ini.“Akhirnya kamu pulang juga. Aku sungguh merindukanmu selama dua tahun ini! Kamu nggak berubah sama sekali. Kamu masih cantik seperti dulu. Eits, salah, kamu lebih cantik daripada dulu!”Sonia merasa agak asing dengan wanita di hadapannya. Dia pun tersenyum. “Benarkah?”Melvin spontan tersenyum. Si Thalia malah m
Reza melirik tangan yang diletakkan Melvin di atas pinggang Sonia. Dia mengemut bibir tipisnya, lalu berkata, “Pak Melvin gembira sekali. Nanti kita bisa minum bersama.”“Tentu saja, tapi Sonia-ku tidak suka aku mabuk-mabukan. Aku takut dia akan marah. Nanti malam dia malah tendang aku dari ranjang!” Melvin tersenyum sambil mengangkat-angkat alisnya. Selesai berbicara, dia melayangkan tatapan lembut ke sisi Sonia.Raut wajah Sonia tidak berubah sama sekali. Dia mencubit pinggang Melvin dengan erat.“Sst!” Melvin merintih, lalu berkata, “Jangan malu, lagi pula tidak ada orang lain di sini!”Reza tersenyum datar. “Tenang saja, Sonia tidak pernah menendang orang ketika lagi tidur!”“Benarkah?” Melvin menatap Sonia dengan sangat manja. “Sepertinya aku sudah terlalu memanjakannya.”Sonia mengerutkan keningnya. Hanya saja, dia tidak bisa berbuat apa-apa di hadapan Reza dan Thalia. Jadi, dia segera mengalihkan topik pembicaraan. Sonia mengeluarkan hadiah dari dalam tas, lalu menyerahkannya ke
“Sudah hampir pukul sembilan!”Sonia mengerutkan keningnya dengan kesal. “Tadinya aku berencana bangun pagian untuk pergi ke rumah. Tandy sudah hampir ujian akhir semester. Aku ingin memeriksa bagian mana yang ketinggalan, biar bisa beri bimbingan belajar buat dia.”Sonia menengadah kepalanya menatap Reza, lalu berkata dengan tersenyum, “Aku ini bukan guru bimbel yang bertanggung jawab. Untung saja Kak Diana nggak marah.”Reza mencubit pipi Sonia. “Kamu itu guru bimbel yang direkrut dengan susah payah. Meski dia marah, dia juga bisa memendamnya saja.”“Kamu malah berani ngomong lagi! Dia melakukannya juga demi kamu!” dengus Sonia dengan ringan.“Kalau begitu, demi balas budi kepada Kak Diana, aku pergi ajari Tandy saja?”Sonia kepikiran dengan gambaran paman dan keponakan yang sedang mengajar dan belajar itu. Tiba-tiba dia tertawa.Reza menggendong Sonia. “Hari ini kita tidak pulang. Kamu sudah sibuk gara-gara masalah Hallie. Hari ini kita tidak usah melakukan apa-apa, kita kembali ke
“Jangan kemari. Kalau tidak, kalian bukan hanya tidak bisa dirawat di rumah sakit saja, kalian bahkan tidak bisa tinggal di Kota Jembara lagi!” Nada bicara Reza terdengar datar. “Aku sudah cukup memberi kalian muka dengan membiarkan kalian tinggal di Kota Jembara. Seharusnya kamu mengerti!”“Aku mengerti! Aku mengerti!” Hendri berkata, “Aku tahu apa yang sudah aku lakukan. Aku mengerti kalau kamu berbelas kasihan kepada kami!”“Kalau kamu mengerti, mohon jauhi Sonia. Jangan ganggu dia lagi!”“Tuan Reza!” Hendri berkata dengan buru-buru, “Waktu itu aku mengantar Sonia untuk melakukan pernikahan bisnis dengan Keluarga Herdian. Sekarang hubungan kalian sebaik ini. Aku tergolong telah berbuat baik. Bisakah dilihat dari masalah itu, kamu membantuku sekali lagi?”Kening Reza berkerut. Dia berkata dengan suara dingin, “Kenapa Sonia bisa punya ayah sepertimu!”Hendri sungguh merasa malu. “Aku tidak menjadi seorang ayah yang baik. Aku sungguh bersalah pada Sonia. Aku berharap kelak aku memiliki
“Meskipun jelek, aku tetap menyukainya!” Reza memeluk Sonia ke dalam pelukannya. “Aku tahu masalah hari ini di luar dugaan, tapi kalau kejadian ini terulang lagi, aku berharap kamu tidak maju ke depan lagi!”Bagaimana kalau barang itu adalah bom? Siapa tahu ….Sonia memiringkan kepalanya bersandar di pundak Reza. “Waktu itu, aku nggak berpikir terlalu banyak. Cella menargetkanku. Nggak mungkin aku melibatkan Hallie.”“Cella memang bodoh. Padahal dia tahu alasan Keluarga Tamara bisa menjadi seperti sekarang, dia masih saja berani untuk tidak melepaskanmu!” Tatapan Reza kelihatan dingin. “Dia itu takut aku akan melupakannya. Bagus juga dia bisa datang, aku tidak akan melepaskannya lagi!”Sonia tidak menganggap masalah Cella. “Cukup usir dia dari Kota Jembara saja. Jangan kotori tanganmu demi dia.”“Aku akan mengatasinya!” Reza mengecup wajahnya. “Tidurlah!”Sonia berbaring di atas ranjang. Reza juga ikut berbaring di sisinya. Dia meniup punggung tangan Sonia sembari merangkul Sonia ke da
Aska memelototinya. “Saat siang tadi, kamu bilang kamu bisa mengambil keputusan!”Jemmy berkata dengan lantang, “Kamu malah percaya sama omonganku agar kamu menemaniku main catur?”Aska terdiam membisu.Jemmy tersenyum. “Jujur saja, kamu juga tahu sendiri temperamen Morgan. Apa kamu tidak takut Hallie akan menderita nantinya?”“Tidak takut. Aku merasa tenang bisa menikahkannya dengan keluargamu!” balas Aska.“Kamu baru saja menemukan Jeje. Sekarang kamu malah buru-buru ingin menikahkannya. Sebenarnya apa yang sedang kamu pikirkan?” Jemmy tersenyum dingin.Aska segera berkata, “Aku hanya ingin menetapkannya saja. Tentu saja aku tidak buru-buru dalam soal pernikahan.”“Tenang saja, cucuku itu masih belum punya pacar! Biarkan Julia pulang dulu, tes DNA lebih penting!” balas Jemmy.Saat mengungkit soal Julia, Aska pun tidak berbicara lagi.Di sisi tangga, Hallie yang sudah mengganti pakaian baru dan hendak menuruni tangga kedengaran perbincangan mereka berdua. Dia menggigit bibirnya dan ke
Setelah tiba di bawah gedung apartemen, Theresia mengambil tasnya dan menuruni mobil. “Mengenai isi perbincangan hari ini, aku akan suruh anggotaku untuk memasukkannya ke dalam kontrak. Saat hari Senin nanti, aku akan kirimkan kontrak perpanjangan untuk kami. Setelah kamu baca dengan saksama, kamu baru kirim kembali kepadaku.”“Baik!” Roger tersenyum lembut.Roger ikut menuruni mobil. Dia melihat wanita yang sedang berpamitan dengannya, lalu spontan berkata, “There, kita sudah kenal selama ini. Seharusnya kamu mengerti perasaanku kepadamu, bisa tidak kamu beri aku satu kesempatan?”Roger mengeluarkan sebuah cincin berlian dari dalam sakunya. “Cincin ini sudah lama bersamaku, tapi aku nggak punya keberanian untuk mengutarakan perasaanku. There, hari ini mungkin aku sedikit gegabah, tapi aku pasti bukan impulsif!”Cuaca hari ini sangat dingin. Lampu jalan memancarkan cahaya dingin, memancar ke atas berlian. Bahkan, berlian itu juga terasa sedikit dingin.Theresia berkata dengan suara lem
Morgan mengangguk. “Kalau begitu, kita pulang dulu!”Sonia berpesan, “Jangan beri tahu Kakek!”“Aku mengerti!” balas Morgan, lalu membalikkan tubuhnya pergi mengendarai mobilnya. Hallie berpamitan dengan Sonia, Theresia, dan yang lain, kemudian memasuki bangku samping pengemudi.Saat Theresia melihat mobil berjalan pergi, dia mengalihkan pandangannya, lalu bertanya pada Sonia, “Apa tanganmu sakit?”“Nggak sakit lagi. Hanya luka kecil saja. Kamu juga cepat pulang sana!” Sonia tersenyum tipis.Theresia berkata dengan khawatir, “Cella memang gila. Meski dia telah dibawa ke kantor polisi, dia juga nggak akan ditahan terlalu lama. Kamu sendiri mesti lebih hati-hati. Orang seperti itu biasanya akan melakukan hal tanpa memperkirakan akibatnya.”“Aku akan melakukannya!” balas Sonia.“Kalau begitu, aku pergi dulu!” Theresia melambaikan tangannya kepada Sonia. Dia memalingkan kepalanya melihat Roger. “Ayo, kita pergi.”Reza baru kembali dari menelepon. Dia berkata pada Sonia, “Kita ke rumah saki
Sonia segera membalikkan tubuhnya. Dia menyadari di bawah cahaya gelap, sesosok bayangan tubuh menerjang ke sisinya dengan memegang dua botol asam sulfat di tangannya. Satu di kiri dan satu di kanan. Kemudian, dia melemparkannya satu per satu ke sisi Sonia dan yang lain.“Sayang!” Reza segera berlari menarik Sonia ke dalam pelukannya. Dia menggunakan mantelnya untuk membungkus Sonia.Pada saat bersamaan, tubuh besar Morgan juga berdiri di depannya. Ketika melihat Sonia ditarik pergi oleh Reza, dia langsung menarik tangan Theresia, memutarkan tubuhnya melindungi Theresia di dalam pelukannya.Pada akhirnya, hanya tersisa Hallie sendiri. Dia melihat dengan mata kepalanya sendiri botol asam sulfat di depan wajahnya.“Hallie!” Sonia mendorong Reza, langsung melompat untuk menendang botol asam sulfat, kemudian jatuh menindih di atas tubuh Hallie.Botol asam sulfat yang satu lagi melayang bergesekan dengan kepala mereka berdua, lalu menghantam ke atas mobil Reza. “Bamm!” Terdengar suara ledak
Saat Morgan kembali ke ruangan VIP, Reza pun telah tiba.Tadinya Hallie duduk di samping Sonia. Begitu Reza datang, dia pun langsung duduk di samping Morgan.Saat melihat Morgan telah kembali, Hallie segera berkata dengan tersenyum, “Kak Morgan, masakan sudah datang, rasanya benar-benar enak!”Morgan tidak membalas, melainkan melihat Reza. “Kapan kamu datangnya?”“Baru saja!” Reza tersenyum tipis, lalu menuangkan segelas alkohol untuk Morgan. “Arak hasil fermentasi Bos. Coba dicicip!”Sonia berkata, “Aku juga ingin minum!”Reza menuangkan setengah gelas untuk Sonia. “Cuma segini saja.”Daripada tidak ada, Sonia juga tidak boleh serakah. Dia menuangkan setengahnya ke gelas Hallie. “Sebelumnya saat di Istana Fers, aku lihat kamu jago minum. Cuaca sudah dingin. Ayo, kita minum bersama untuk menghangatkan tubuh.”Hallie tersenyum malu. “Aku itu memaksakan diriku buat minum. Sebenarnya aku gampang mabuk.”Mereka minum sembari mengobrol. Saat Reza mengobrol dengan Morgan, dia juga tidak lupa
Theresia mengangkat pandangannya dan tersenyum lembut. Seketika seperti angin musim semi yang membuat bunga-bunga bermekaran.Setelah menghabiskan sebatang rokok, Morgan melangkah ke sisi restoran. Saat melewati jendela sebelah, dia menoleh sekilas, ternyata adalah seorang pria. Dia juga mengenakan sweater biru dan kelihatan sangat muda.Setelah sekilas pandang, Morgan mengalihkan pandangannya kembali, lalu melanjutkan langkahnya.Sesampainya di dalam restoran dan melewati koridor, tiba-tiba pintu kayu di sebelah kanan terbuka. Morgan mengangkat kepalanya dan matanya berpapasan dengan mata gadis yang keluar dari pintu. Satunya kelihatan syok, sedangkan yang satu lagi menatap dengan tatapan penuh makna.Setelah mereka kencan buta, mereka tidak pernah saling berhubungan lagi. Hari ini adalah pertama kalinya mereka bertemu lagi.Ternyata selama berada di satu kota, pasti akan ketemu.Theresia duluan bersuara, “Kamu masih belum pergi?”Seingat Theresia, Morgan mengatakan dia hanya akan tin