Apa yang dia lakukan di sini? Bagaimana dia tahu di mana tempatku bekerja? Pertanyaan itu berputar di kepala Claire.
“Claire,” panggilan itu tidak dibalas Claire.
“Collins mengatakan dia kenal dekat denganmu. Apa itu benar, Claire?” Wanita itu tidak tahu apa hubungan Andrew dengan atasannya. Dari nada menggoda Tuan Lee, mungkin mereka berteman atau rekan bisnis.
“Tidak dekat.” Kedua pria itu terkejut dengan respon Claire. Senyum di wajah Andrew menghilang.
“Joseph, bisa kau tinggalkan kami sebentar?” Joseph melihat Claire lalu Andrew. Andrew menganggukkan kepalanya meminta Joseph untuk keluar. Atasan Claire melakukan permintaan Andrew.
“Apa kau harus bertindak sejauh ini, Andrew?!” emosi yang Claire tahan meledak. Andrew melewati batas. Pria itu menggunakan koneksi hanya untuk bertemu dengannya. Ini keterlaluan.
“Entah apa yang dipikirkan atasanku sekarang.”
“Joseph mengerti hubungan kita.” Claire melihat Andrew tidak per
Claire membeku. Pertunangan dengan Andrew bulan depan. Kata-kata itu terngiang di telinganya. Dia datang ke rumah bukan untuk mendengar hal itu.“Claire,” Claire tersentak saat Nyonya Wilson menyentuhnya.“Bagaimana kalian bisa memutuskan itu tanpa bertanya padaku?” Claire menggigit bibirnya. Dia menahan diri agar air matanya tidak keluar. Apa pendapatnya tidak berarti?“Andrew bukan orang yang buruk, Nak.”“Dia menemuiku di kantor menggunakan koneksinya dengan atasanku. Menurut Mama dia orang seperti apa?” Claire tidak suka orang yang menggunakan kekuasaan untuk mendapatkan keinginannya. Ditambah berita pertunangan ini, Claire semakin tidak menyukai pria itu.“Kau tidak memberinya pilihan,” ucapan ayahnya sama seperti Andrew.“Jika kau tidak menolak panggilan dan mau bertemu dengannya, dia tidak akan melakukan itu.” sambung ayahnya lagi.“Aku tidak tahu har
Jayden memberi jarak antara dirinya dan Hyunjoo—membuat wanita itu mengernyitkan dahinya.“Jayden, kau tidak merindukanku?”“Kenapa aku merindukan orang yang tidak dekat denganku?” Jayden mengambil botol vodka dan menuang isinya ke gelas.“Seharusnya kau tidak ke sini.” Dia meminum vodka-nya.“Aku merindukanmu. Kau tidak pernah menghubungiku sejak pergi ke New York.” Jayden melihat Hyunjoo tidak percaya. Apa kepalanya terbentur sebelum kemari?“Kita sudah putus, Hyunjoo. Kau yang mempublikasikannya.” Jayden berujar dingin.“Jayden,” suaranya manja, dia memeluk lengan pria itu.“Kau tahu itu tidak benar. Aku hanya menyukaimu, Sayang.” Jayden melihat lengannya yang bersentuhan dengan buah dada kenyal Hyunjoo. Wanita itu datang dengan persiapan. Dia memakai dress ketat yang membentuk tubuhnya. Mata Jayden tertuju pada belahan dada Hyunjoo. Dia terkekeh. Usaha wanita itu sia-sia karena dia tidak tergoda.“Kau terlihat suka menggandeng Michael Choi.”“Itu tidak benar, Jayden. Ak
Claire tidak mau memiliki interaksi apa pun dengan Andrew. Namun, teman-temannya benar. Pesan Andrew tulus. Mungkin dia menilai Andrew buruk karena perjodohan mereka. “Bagaimana aku membalasnya?” “Jika kau tidak mau berurusan dengannya, katakan seperti itu.” Jawab Evelyn. “Tidakkah terlalu kejam melakukan itu, Claire?” Mia berkomentar. “Jujur padaku, Mia.” Claire menatap Mia tegas. “Kau suka padanya ‘kan?” Mia tersenyum mendengar pertanyaan Claire. “Tidak, jangan salah paham. Aku hanya menyayangkan karena kau tidak mencoba mengenal Andrew. Kalian terlihat serasi.” Claire mendesah berat. Bagaimana dia menjawab pesan Andrew? Claire: Mungkin kita bisa berteman jika kau tidak membahas tentang perjodohan. Itu balasan Claire dan Andrew langsung menjawabnya. Claire menyimpan nomor Andrew di ponselnya. Andrew: Tentu, Claire. Jadi, kita berteman? Claire: Teman. Claire menyimpan ponselnya di tas. “Apa balasanmu?” tanya Alicia. “Kami berteman. Mungkin dia bukan orang yang buruk. Kom
“Kau ... kenapa kau ada di sini?” Claire mengedipkan matanya berkali-kali—belum bisa menghilangkan keterkejutannya melihat Jayden.“Menemuimu.” Dia pasti mencium Claire kalau tidak ada Alicia.“Tapi, kenapa?” senyum Jayden menghilang. Bukan ini reaksi yang dia bayangkan. Apa Claire tidak suka melihatnya?“Aku ada kerja di sini. Dan aku ingin menemuimu.” Claire hanya menatap Jayden. Dia merasa senang, tapi apa wajar dia merasakannya?“Kalian lanjutkan mengobrol,” Claire dan Jayden sama-sama melihat Alicia yang bangkit dari sofa.“Aku ke kamar dulu.” Jayden langsung memeluk Claire begitu Alicia meninggalkan mereka.“Kau melakukan sesuatu padaku,” tangan Claire terhenti di udara, dia tidak tahu apakah dirinya boleh memeluk pria itu atau tidak.“Sesekali kau muncul di pikiranku.” Jayden merenggangkan pelukannya. Dia menangkupkan tangannya
Claire menatap Jayden sendu. Dia tidak mau menutupi ketakutannya. Entah apa yang terjadi jika dia melewati batas yang dia buat lagi. “Seharusnya kau tidak mengkhawatirkan itu,” Jayden tersenyum. “Kau tidak akan bisa menyukaiku,” Claire melihat Jayden bingung. Dengan wajahnya saja cukup membuat orang-orang suka dengan Jayden. “Kau bisa menyukai tubuhku, tapi perasaan, itu tidak akan terjadi. Aku jamin.” “Bagaimana kau bisa begitu yakin?” Jayden mengelus pipi Claire. “Biarkan aku mengkhawatirkan itu. Katakan saja aku boleh menemuimu.” Claire menghela napas. Mungkin Jayden bisa menjaga emosi dan perasaaannya, tapi Claire, dia tidak yakin bisa melakukannya. “Tidak, Jayden.” Jayden mengertakkan giginya. Sebenarnya apa yang Claire pikirkan? Kenapa dia tidak bisa memahami wanita ini? “Jadi, kau ingin kita menjadi orang asing?” tangan Jayden kembali ke sisi tubuhnya. Rencananya tidak boleh gagal. “Claire!” Mereka menoleh pada A
“Bahkan pesanku tidak dibalas.” Sambung Jayden.“You’re kidding,” ucap Sarah tidak percaya.“Kau mau bukti?” Jayden menunjukkan pesan yang dia kirim pada Claire dan riwayat panggilannya.“What a stupid girl. Bagaimana bisa dia mengabaikan wajah ini?” Claire melihat mojito yang baru diletakkan di depannya dengan dahi mengernyit. Orang yang membelakanginya dengan seorang wanita adalah Jayden—dia sudah memastikannya. Jayden dan wanita itu sedang membicarakannya.“Semoga pria yang bersamanya memiliki kelebihan daripada dirimu.” Jayden menyeringai. Dia percaya diri dengan fisik maupun dompetnya.“Menurutmu bagaimana?”“Tentu aku memilihmu, Honey.” Mereka terkekeh bersama. Claire meneguk mojitonya setengah gelas. Apa Jayden harus membicarakannya seperti itu dengan wanita lain? Claire mengabaikan pesannya artinya dia tidak tert
Jayden mematung di atas Claire. Dia tidak tidur dengan pria itu. Entah kenapa Jayden senang mendengarnya. Rasa senang Jayden hilang saat Claire mendorongnya—membuat Jayden terduduk di tempat tidur.“Aku tidak bisa melakukan ini,” mata Claire berkaca-kaca. Apa yang Jayden lakukan, Claire tidak bisa menerimanya. Wanita itu bangkit. Dia pasti turun dari tempat tidur jika Jayden tidak menahannya.“Kau mau ke mana?” Claire menghempaskan tangan Jayden.“Siapa kau bisa melakukan ini padaku? Aku sudah memberikan apa yang kau inginkan, tapi apa yang kau lakukan padaku?” air mata yang dia tahan lolos.“Aku merasa rendah. Kau menggunakanku hanya untuk seks!”“Claire,” Jayden mendekati Claire dan menyentuh tangannya.“Jangan sentuh aku! Bagaimana bisa kau menyiksaku seperti itu?” air mata Claire membuat Jayden tidak tahu harus berkata apa.“Kenapa aku?&rdquo
“Aku pikir kau akan membiarkanku satu kamar denganmu,” Jayden menatap Donghyuk. Sejak kapan mereka tinggal satu kamar saat melakukan pekerjaan ke luar negeri?“Itu akan mengurangi pengeluaran agensi.” Sambung Donghyuk setelah duduk di sofa. Dia beruntung bisa mendapatkan kamar tepat di sebelah kamar Jayden.“Tsk. Aku memberikan penghasilan terbesar untuk SnC Models. Ini tidak seberapa.” Jayden melihat ponselnya—menunggu balasan pesannya dari Claire. Dia meminta wanita itu menemuinya.“Apa yang kau lakukan selama di sini?”“Hanya santai,” balas Jayden sambil membaca pesan Claire.Claire: Aku bersama teman-temanku.Jayden: Temui aku setelah selesai.Claire: Aku langsung pulang ke rumah.Jayden: Kau anak yang penurut ya, Claire.Donghyuk melihat Ja