Share

Bab 3 Tidak Ada yang Mendukung

Claire menyelamati dirinya dalam hati karena bisa bertahan untuk tetap bersikap sopan sampai tamu orang tuanya pulang. Dia bahkan pantas diberi piala karena tetap tenang saat Andrew memegang tangan dan mengecup punggung tangannya sebelum pria itu pamit.

 “Aku tidak percaya kalian bisa melakukan ini padaku,” ucap Claire begitu mobil keluarga Collins keluar dari kediaman keluarganya.

“Kalian menganggapku apa? Barang yang bisa dijual?” Claire meluapkan emosinya.

“Claire, Sayang, kita bisa bicarakan ini di dalam.” Claire ingin berontak, tapi, Nyonya Wilson sudah lebih dulu menariknya ke dalam rumah. Mereka berkumpul di ruang keluarga.

“Kenapa?”

“Karena ini bagus untuk perusahaan, Princess.”

“Aku tidak merasa seperti seorang puteri sekarang.” Claire melihat ayahnya marah. Bagaimana bisa Tuan Wilson memanggilnya Princess setelah beliau menjatuhkan bom besar yang disebut perjodohan?

“Yang aku tahu puteri menikahi pangeran yang dia cintai,” Claire menarik napas dan mengeluarkannya. Tetap tenang butuh usaha keras bagi Claire. Tidak pernah dalam hidupnya dia merasa seperti ini. Keluarganya memberi Claire emosi negatif dalam sekejap.

“Terlepas dari itu, aku belum ingin menikah. Aku masih ingin melakukan banyak hal,”

“Kau tidak akan langsung menikah, Nak. Kalian bisa bertunangan terlebih dahulu dan saling mengenal. Andrew sangat baik dalam melakukan pekerjaannya, dan Ayah yakin dia akan menjadi suami yang baik untukmu,” terang ayahnya yang diabaikan Claire. Reaksinya mungkin tidak begini jika dia diberitahu rencana mereka, walaupun dia tetap menolak perjodohannya.

“Kenapa kalian tidak menjodohkan Christian saja?” Claire menatap kakaknya kesal. Dia tahu Christian selalu mengikuti ucapan ayah mereka—Christian adalah versi muda Tuan Wilson. Walaupun begitu, tidak bisakah Christian memberitahunya? Mereka bersaudara, seharusnya mereka saling mendukung dalam situasi apa pun.

“Dia anak pertama. Dari segi umur dia lebih pantas menikah daripada aku,” Christian memicingkan matanya pada Claire. Apa adiknya mengisyarakatkan bahwa dia tua? Usianya masih dua puluh sembilan tahun, seusia dengan Andrew. Dia masih muda.

“Kalian bisa mencarikan jodoh yang pantas untuknya,”

“Christian sudah punya kekasih, Nak.” Nyonya Wilson berucap lembut.

“Christian bisa punya kekasih dan aku tidak?!” balas Claire tidak percaya. Apa mereka pilih kasih sekarang?

“Jaga suaramu, Claire,” Suara Tuan Wilson rendah penuh peringatan. Claire memalingkan wajah menatap apa saja asal bukan keluarganya. Dia seperti seekor rusa yang dikepung tiga singa. Namun, dia tidak menyerah. Dia tidak akan menyetujui rencana keluarganya.

“Tenang saja, Claire. Aku pasti menikah lebih dulu darimu. Dan itu tidak dalam waktu dekat ini. Kau masih bisa santai.” Ucapan Christian sama sekali tidak menenangkan Claire.

“Christian selalu berhubungan dengan orang yang tepat, berbeda denganmu,” kata-kata Tuan Wilson membuat Claire menatap ayahnya. Dia tidak pernah mengenalkan mantan-mantan kekasihnya atau membicarakan mereka dengan ayahnya.

“Ayah senang begitu kau putus dengan dokter magang itu,” Claire melihat ibunya dengan tatapan menuduh. Hubungan Claire berakhir tujuh bulan yang lalu, dia cukup patah hati saat putus dengan Daniel Davidson dan dia membagi kegundahan hatinya dengan Nyonya Wilson. Ibunya pasti memberitahu ayahnya.

“Kamu tidak tahu berapa banyak hutang yang dia miliki,” mungkin Claire merasa Tuan Wilson tidak peduli dengan hubungan asmaranya karena dia tidak pernah bertanya, tapi dia selalu mencari tahu latar belakang laki-laki yang berhubungan dengan puterinya. Dia tidak mau Claire berhubungan dengan orang yang salah.

“Dia akan terus menempel seperti lintah sampai darahmu habis. Laki-laki sepertinya hanya akan memanfaatkanmu. Dia pasti meminta uang darimu.”

“Cukup, Ayah. Mungkin kami sudah putus, tapi aku tidak akan membiarkan Ayah menghina Daniel. Dia tidak pernah meminta uang dariku. Dia pekerja keras dan sangat menyayangi adik-adiknya.” Claire harap kata-kata terakhirnya menyinggung Christian. Orang yang seharusnya mendukung dirinya malah berpihak pada ayah mereka.

“Kamu melakukan semuanya dengan baik, Nak. Namun, untuk pasangan, pilihanmu sangat buruk,” Tuan Wilson mengabaikan Claire yang membela mantan kekasihnya.

“Karena itu Ayah mencarikan pasangan yang tepat untukmu. Andrew adalah pria yang sesuai. Baik dari segi fisik maupun finansial. Dia calon suami ideal,”

“Tapi aku tidak mencintainya, aku bahkan tidak menyukainya.” Claire menatap ayahnya teguh.

“Christian bisa menikah dengan wanita pilihannya,” Claire menatap ibu lalu ayahnya.

“Lalu Ayah dan Ibu menikah atas dasar cinta. Kenapa aku tidak diizinkan melakukan itu juga?”

“Karena sejauh ini orang-orang yang berhubungan denganmu semuanya pecundang,” Tuan Wilson menggelengkan kepalanya. Dia tidak perlu menjelaskan seberapa tidak berbobotnya mantan-mantan Claire. Mereka tidak selevel dengan puterinya.

“Dan pernikahan kami,” Tuan Wilson menatap istrinya penuh cinta.

“Butuh usaha dan waktu yang cukup lama agar kakek dan nenek kalian merestui hubungan kami,” Tuan Wilson menatap Claire keras.

“Situasi kami tidak bisa dibandingkan denganmu.” Istrinya tidak memiliki kekurangan apa pun. Namun, di mata ayahnya—kakek anak-anaknya—ras Irene Park yang merupakan Asia adalah kekurangan istrinya.

“Sudah, James.” Nyonya Wilson menyentuh tangan suaminya.

“Sayang, kami hanya menginginkan yang terbaik untukmu,” lanjut Nyonya Wilson.

“Cobalah untuk mengenal Andrew terlebih dahulu. Setelah itu baru putuskan apakah kamu mau menikah dengannya atau tidak.”

“Irene—“ Nyonya Wilson menggelengkan kepalanya mencegah Tuan Wilson mengeluarkan protesnya.

“Mama mengerti apa yang kamu inginkan, Claire. Namun, kau pasti tahu, cinta tidak muncul tanpa perkenalan terlebih dahulu. Jangan memutuskan sebelum kamu mencoba dekat dengan Andrew,” jelas Nyonya Wilson berharap puterinya mengerti.

“Aku tidak mau melakukannya,” ujar Claire lalu pergi dengan penuh emosi. Tidak pernah dia melawan orangtuanya, tapi kali ini dia akan berusaha agar mereka tidak pernah merencanakan perjodohannya lagi. Dia pasti menemukan cara.

“Aku akan membuatnya mengerti.” Christian hendak berdiri, tapi ibunya menggelengkan kepala.

“Biarkan dia tenang. Lagipula adikmu sudah menganggapmu musuh sekarang, Christian.” Christian tersenyum miring. Adiknya hanya merajuk, bukan hal yang tidak bisa dia atasi. Claire tidak tahu bahwa dia tidak akan membiarkan adiknya menikah dengan orang yang salah. Dia tidak menyetujui rencana perjodohan yang dilakukan ayahnya begitu saja. Sebelum kedua keluarga sepakat untuk menjodohkan Andrew dan Claire, Christian terlebih dahulu bertemu dengan Andrew untuk memperingatkan pria itu agar tidak menyakiti Claire. Jika Andrew melakukan itu, Christian orang pertama yang menghajar Andrew dan memastikan dia hidup menderita.

“Aku rasa lebih baik perjodohan Claire dibatalkan,” Nyonya Wilson sudah mengingatkan suaminya untuk memberitahu Claire tentang perjodohan yang mereka rencanakan, tapi beliau tidak mau mendengarkan. Akan lebih baik jika mereka mengenalkan Andrew pada Claire tanpa ada kata perjodohan. Mungkin Claire akan setuju bertemu dengan Andrew.

“Biarkan dia melakukan apa yang dia inginkan, setelah itu kita akan mengenalkan orang yang baik untuknya.”

“Dan membiarkan Claire berhubungan dengan sembarang orang?” Tuan Wilson melihat istrinya horor. Dia mengalami sport jantung setiap istrinya memberi tahu siapa saja yang dekat dengan Claire. Puterinya sangat berharga dan Andrew adalah pilihan terbaiknya.

“Aku tidak akan membiarkan itu terjadi.”

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status