"Tangannya dipukuli dengan sebuah palu. Lalu kepalanya dipenggal menggunakan sebuah kapak tajam. Semua itu dilakukan sendiri oleh Tuan Satria." tutur Paman Sam di hadapan Langit.
Kepala Langit hampir pecah mendengar cerita dari paman Sam akan Kakaknya. Hingga Langit langsung menutup kedua telinganya. "Aku mohon Paman, jangan teruskan cerita itu. Aku tidak bisa membayangkan penderitaan Kakak saat itu. Betapa kejamnya Tuan Satria memperlakukan Kakak." Paman Sam mencoba menguatkan Langit. Dia memeluk Langit dengan begitu erat. "Kamu harus bisa sabar. Mungkin satu hari nanti, Tuan Satria akan merasakan perbuatannya sendiri." Didalam hati Langit, membara api balas dendam pada tuan Satria. Gadis cantik itu, siap membalas perbuatan tuan Satria pada kakaknya. "Tidak perlu menunggu waktu lama. Secepatnya akan aku balas perbuatan tuan Satria. Dia akan merasakan penderitaan Kakak!" ucap Langit penuh amarah. Ibu Langit yang bernama Novia tiba-tiba masuk ke dalam ruang kerja paman Sam. Dengan rambut gimbal, serta pakaian robek di beberapa sudut. Serta memeluk photo Cahaya. Novia tidak henti memanggil nama Cahaya. Menanyakan keberadaan putra kesayangannya. "Cahaya, Cahaya.... Cahaya, kamu dimana Sayang? Mama rindu. Mama rindu," ucap Novia getir. Air mata Langit kembali berjatuhan melihat kondisi ibunya. Ia tidak kuasa menahan tangis menyaksikan penderitaan tersebut. Semakin kuat hasrat dari dalam diri Langit pada tuan Satria. Paman Sam mencoba menenangkan Langit. Dia mengusap pundak langit. Memintanya bersabar dengan ujian hidup. "Kamu bisa. Kamu pasti bisa melewati semuanya. Percaya pada Paman." Langit mencoba memeluk ibunya. Tetapi ibunya langsung mendorong Langit, hingga tersungkur. Ia meminta Langit untuk menjauh darinya. Menganggap Langit orang jahat yang berusaha melenyapkan Cahaya. "Jangan dekati saya!" ucap Novia menunjuk tepat ke arah wajah Langit. Langit berusaha bangkit, mencoba kembali meyakinkan ibunya. "Bu, ini aku Langit anak Ibu. Aku adiknya Kak Cahaya. Ibu tidak lupa dengan aku?" Novia menatap wajah Langit. Mengingat wajah Langit yang tidak asing. Perlahan Novia ingat, hingga ia berusaha menyentuh wajah Langit. Langit tersenyum melihat ekspresi bahagia dari Novia. Tetapi momen itu langsung berubah menjadi dramatis, saat Novia langsung mencakar wajah Langit. Berpikir Langit bukan anaknya. Melainkan bagian dari Satria. Langit merintis kesakitan, menerima cakaran dari Novia. Sementara paman Sam segera menenangkan Novia yang mulai tidak terkendali. Ia membawa Novia pergi dari ruang kerjanya. Akan sangat berbahaya jika Novia masih berada di ruangan tersebut. "Akan ku balas kamu! Akan ku balas kamu!" teriak Novia. Kondisi Novia tidak lepas dari ulah tuan Satria. Novia depresi, setelah kematian dari anaknya. Alasan lainnya yang membuat Langit semakin yakin untuk membalaskan dendam keluarganya. Paman Sam segera kembali menemui Langit. Menceritakan kondisi Novia yang begitu terpukul. Novia menjadi orang pertama yang melihat jasad mengenaskan dari Awan. Darah merah itu menjadi trauma sendiri bagi Novia. Menciptakan ketakutan sendiri akan apapun yang berwarna merah merona layaknya darah. "Kamu tahu alasan kenapa Ibu kamu menyakiti kamu?" tanya paman Sam. Dengan wajah datar, Langit menggelengkan kepala. Menandakan dirinya sama sekali tidak tahu jawaban atas pertanyaan dari paman Sam. "Ibu kamu trauma akan darah. Baju merah itu mengingatkan dia pada Awan. Oleh sebab itu dia bersikap anarkis," jelas paman Sam. Tidak hanya bercerita akan kematian tragis Awan. Paman Sam pun bertutur akan kebangkrutan dari perusahaan kecantikan dari keluarga Langit. Serangan dari perusahaan lain telah meruntuhkan citra positif perusahaan kecantikan keluarga Langit. Orang-orang berspekulasi akan kandungan berbahaya di produk kecantikan keluarga Langit. Kepercayaan yang runtuh, telah memaksa keluarga Langit menghentikan produksi produk kecantikannya. "Apa yang dikatakan oleh iblis itu?" tanya Langit penuh amarah. "Dia membayar banyak orang untuk berbicara bohong. Mengatakan jika produk kecantikan keluarga kalian adalah produk yang membahayakan. Itu sebabnya orang enggan membeli," jawab paman Sam. Niat Langit sudah bulat. Dia siap balas dendam dengan cara apapun. Apalagi ini sudah menghancurkan usaha dari keluarganya. Di mana kerja keras dari kedua orangtuanya dihancurkan begitu saja oleh tuan Satria.Paman Sam memerintahkan anak buahnya untuk membawa Nadira ke ruang bawah tanah yang gelap dan lembab. Nadira merasa takut, tetapi ia tidak mau menyerah. Ia berusaha untuk tetap tegar dan tidak menunjukkan rasa takutnya. Saat mereka tiba di ruang bawah tanah, Nadira melihat berbagai alat penyiksaan yang tergantung di dinding. Ia merasa jantungnya berdebar dengan keras. Anak buah Paman Sam kemudian memulai penyiksaan terhadap Nadira, tetapi Nadira tetap tidak mau berbicara. Paman Sam yang semakin marah kemudian memutuskan untuk menghadapi Nadira secara langsung. Ia berjalan menuju Nadira dengan wajah yang merah dengan kemarahan. "Kamu pikir kamu bisa melawan saya?" Paman Sam bertanya dengan suara yang keras. "Kamu pikir kamu bisa menghancurkan kerajaan saya?" Paman Sam memerintahkan anak buahnya untuk meningkatkan intensitas penyiksaan terhadap Nadira. Nadira merasa sakit yang tidak terhingga, tetapi ia tidak mau menyerah. Ia berusaha untuk tetap tegar dan tidak menunjukkan rasa tak
Dokjen datang ke rumah sakit dengan pakaian serba tertutup, mencuri perhatian banyak orang. Ia di sambut baik oleh dua pengawal tuan Satria dan di antar masuk ke dalam ruang perawatan tuan Satria.Saat Dokjen memasuki ruang perawatan, ia terlihat begitu kaget saat melihat keberadaan dari Langit. Ia tidak asing dengan wajah Langit, tapi ia lupa pernah bertemu dengan Langit.Tuan Satria memperkenalkan Langit sebagai asisten pribadinya pada Dokjen. "Dokjen, ini Langit, asisten pribadi saya."Dokjen sedikit curiga pada Langit. Ada perasaan kurang pas di dalam hatinya saat pertama kali bertemu dengan Langit. Ia tidak bisa menjelaskan apa yang membuatnya merasa tidak nyaman."Senang bertemu dengan Anda, Langit," Dokjen berkata dengan nada yang tidak terlalu ramah.Langit tersenyum dan membalas, "Senang bertemu dengan Anda juga, Dokjen."Dokjen terus mengamati Langit, sembari ia terus mengingat pertemuan dengan Langit. Ia tidak bisa memahami mengapa ia merasa tidak nyaman saat bertemu dengan
Langit tidak peduli dengan ancaman dari paman Sam. Ia tetap datang ke rumah sakit untuk melihat kondisi dari tuan Satria. Langit sangat mengkhawatirkan tuan Satria yang masih terbaring di rumah sakit.Saat ia tiba di ruang perawatan, Langit melihat tuan Satria yang masih terbaring di tempat tidur. Ia berjalan mendekati tuan Satria dan melihat keadaannya."Tuan Satria, bagaimana kabar Anda?" Langit bertanya dengan lembut.Tuan Satria membuka mata dan melihat Langit. Ia tersenyum lemah dan berusaha duduk."Langit, kamu datang lagi," tuan Satria berkata dengan lemah.Langit tersenyum dan membantu tuan Satria duduk. "Tentu, tuan Satria. Saya khawatir dengan keadaan Anda."Langit kemudian menyuapi tuan Satria dengan begitu lembut. Tuan Satria merasa begitu di perhatikan oleh Langit. Ia merasa bahwa Langit sangat peduli dengan keadaannya.Namun, perhatian dari Langit justru menjadi sebuah masalah besar bagi Alena. Dia tidak terima dengan kedekatan itu. Alena berusaha mengambil alih tugas La
Paman Sam langsung marah besar ketika ia mengetahui bahwa Langit telah menolong tuan Satria dari serangan preman. Ia merasa bahwa Langit telah berkhianat dan tidak memihak pada saudara laki-lakinya yang telah disakiti oleh tuan Satria. "Kamu bodoh, Langit!" paman Sam berteriak. "Kamu seharusnya senang melihat tuan Satria di sakiti, bukan malah menolongnya! Apa yang kamu pikirkan, Langit? Apa yang membuat kamu berpihak pada musuh kita?" Langit berusaha untuk menjelaskan pada paman Sam bahwa ia hanya ingin menolong tuan Satria karena ia merasa kasihan padanya. Namun, paman Sam tidak mau mendengarkan. "Kamu tidak tahu apa yang telah dilakukan tuan Satria pada saudara laki-lakimu!" paman Sam berteriak. "Ia telah menyakiti saudara laki-lakimu dengan sangat kejam! Kamu seharusnya membenci tuan Satria, bukan malah menolongnya! Apa yang kamu pikirkan, Langit? Apa yang membuat kamu berpihak pada musuh kita?" Langit merasa bahwa paman Sam tidak memahami perasaannya. Ia tidak bisa membohongi
Malam itu, tuan Satria sedang dalam perjalanan pulang ke rumahnya. Ia merasa lelah setelah seharian berdiskusi dengan rekan-rekannya tentang rencana bisnis baru. Tiba-tiba, mobilnya dipepet oleh beberapa mobil lain. Tuan Satria merasa curiga dan mencoba untuk mempercepat mobilnya. Namun, mobilnya dihalangi oleh beberapa preman yang turun dari mobil lain. "Kamu tuan Satria, kan?" salah satu preman bertanya dengan nada kasar. Tuan Satria mengangguk. "Apa yang kalian inginkan?" "Kami ingin memberimu pelajaran," preman lain menjawab sambil mengacungkan tinjunya. Tuan Satria mencoba untuk mempertahankan diri, namun ia kalah jumlah. Ia dipukul dan ditendang oleh ketiga preman tersebut. Langit, yang sedang menonton dari dalam mobil, merasa tidak tega melihat tuan Satria disakiti. Ia memikirkan sesuatu untuk membantu tuan Satria. Tiba-tiba, ia teringat bahwa ia memiliki aplikasi sirine polisi di ponselnya. Ia segera mengaktifkan aplikasi tersebut dan memutar suara sirine polisi. Ketiga
Meskipun tidak ada bukti yang jelas, tuan Satria memiliki keyakinan yang sama dengan Dokjen. Ia merasa ada keterlibatan dari paman Sam dalam kasus penculikan Nadira. Tuan Satria tidak bisa membiarkan Nadira menjadi korban dari tindakan paman Sam. Ia memutuskan untuk mencari tahu sendiri tentang kasus ini. "Aku tidak akan membiarkan paman Sam melakukan hal seperti ini," kata tuan Satria dengan suara yang sangat keras dan marah. "Aku akan mencari tahu sendiri tentang kasus ini." Tuan Satria mengutus beberapa orang untuk mencari keberadaan Nadira. Ia yakin bahwa paman Sam yang menjadi dalang utama dari kasus penculikan ini. "Aku ingin kamu mencari keberadaan Nadira," kata tuan Satria kepada orang-orang yang ia utus. "Aku yakin bahwa paman Sam yang menjadi dalang utama dari kasus penculikan ini." Orang-orang yang diutus oleh tuan Satria langsung bergerak untuk mencari keberadaan Nadira. Mereka mencari ke seluruh kota, mencari informasi tentang keberadaan Nadira. Sementara itu, tuan