Share

Tamu Tak Diundang

Penulis: Widanish
last update Terakhir Diperbarui: 2021-05-24 11:50:03

“Ada tiga mobil, Non.”

Rey adalah supir pribadiku sejak aku sembunyi dari Mas Kun, tepatnya seminggu yang lalu. Mama Mira yang merekomendasikan Rey. Lelaki yang juga pandai berkelahi itu ditugasi untuk mengawasi mata-mata yang dikirim Mas Kun sejak dua hari terakhir ini.

“Apa menurutmu aku harus menyewa bodyguard?” tanyaku.

“Tak perlu. Saya bisa menghabisi mereka sendirian,” jawab Rey sambil membungkuk.

“Dimana kau terakhir melihat mereka?”

“Apartemen Galaxy.”

Fix. Komplotan pria kekar yang mengejarku semalam adalah mereka—mata-mata yang dikirim Mas Kun untuk menangkapku. 

“Pergilah!” Aku menyuruh Rey keluar dari ruang kerjaku, sudah tak ada lagi yang ingin kutanyakan padanya.

Mejaku menghadap jendela. Menikmati panorama indah sambil menyusun rencana kerja, dapat meningkatkan kualitas pikiranku. Suasana yang bagus untuk menata kembali bisnisku di bidang fashion. 

Jakarta 2030. Kutulis titi mangsa di atas kertas sketsa (denah) ruangan kantor baruku. Gedung berlantai lima ini sudah kurenovasi kembali setelah ‘mati suri’ selama lima tahun. Bisnis yang kubangun dari sisa jatah bulananku sebagai istri Mas Kun ini memang sudah lama kutelantarkan, karena waktu itu aku merasa tak perlu kerja keras. Toh, uang selalu mengalir deras masuk dompetku. Namun, sekarang aku harus aktif lagi sebagai pebisnis. Tak terlalu sulit bagiku, karena sebelum menikah, aku memang sudah terjun di dunia bisnis meski hanya sebagai Sales Promotion Girl. Semasa kuliah, aku juga pernah menyambi kerja sebagai marketing dan admin di sebuah perusahaan. Pengalamanku lumayan banyak.

Hari ini aku mengatur lantai satu untuk divisi marketing, lantai dua untuk divisi SDM, lantai tiga untuk divisi produksi, lantai empat divisi keuangan, dan lantai lima adalah ruang kerjaku —tempat di mana aku berada sekarang.

Jika lima tahun yang lalu aku selalu memasok barang dari perusahaan Mas Kun, maka kali ini aku harus memproduksi barangku sendiri. 

Malam tadi aku terpikir untuk merekrut seorang desainer, dan hatiku langsung terpaut pada Lexa—teman kuliahku. Ia kompeten di bidang desain fashion maupun desain interior. Kecintaannya pada seni membuatnya memiliki banyak bakat. Ia tinggal di Apartemen Galaxy dan aku menemuinya tadi malam. Sebuah perjuangan untuk bisa membuatnya bergabung dengan perusahaanku. Terlebih, aku hampir kena tembakan saat pulang dari sana.

“Rey, kaukah itu?” tanyaku saat hendak masuk ke dalam mobilku di area parkir apartemen Galaxy malam tadi. Aku mencari Rey, saat terdengar suara tembakan dari arah belakang. Sedetik kemudian, Rey dengan sigap menarik tanganku untuk melarikan diri dari komplotan pria kekar yang mengejar kami. Kuhitung mereka berjumlah sepuluh orang!

Beruntung, Rey berhasil membawaku masuk ke celah dinding antara dinding apartemen dan pos penjagaan satpam di area parkir. Kami bersembunyi di celah-celah itu. Rey mengempiskan perutnya agar bisa muat di celah-celah, ia menahan nafas dalam waktu yang cukup lama.

“Dari mana saja kamu?” tanyaku, ketika komplotan itu sudah pergi.

“Maaf, Non. Saya pergi untuk memeriksa tanda bahaya. Sepertinya ada yang sedang menguntit Nona Nita,” jawabnya.

“Maksudmu, mereka yang mengejar kita barusan?”

“Entahlah. Saya dengar, di dalam apartemen juga sedang ada penggerebekan pasangan selingkuh. Jadi saya tak bisa pastikan, komplotan yang berlarian tadi itu mengejar kita atau bukan,” jawab Rey. “Tapi saya sudah lihat mobil mereka. Jika besok saya lihat lagi mobil itu di sekitar Nona, berarti mereka memang mengejar Nona Nita.”

Tok! Tok! Tok!

“Come in, please!” jawabku. Suara ketukan pintu itu menyadarkanku dari flashback kejadian tadi malam.

“Moccachino pesananmu sudah datang,” ucap Lexa. Dia membawa secangkir moccachino di tangannya dan meletakan di mejaku.

Sejak memergoki Mas Kun selingkuh, aku jadi penyuka moccachino.

“Lo lihat tiga mobil hitam parkir tersembunyi di pinggir gedung ini?” tanyaku pada Lexa saat dia duduk berhadapan denganku.

“Sebelah mana? Gue gak lihat ada mobil,” jawabnya. “Kenapa emang?”

“Kayaknya Mas Kun ngirim mata-mata. Semalam gue hampir ditembak sama mereka, dan sempat kejar-kejaran juga. Rey bilang, mobil mereka sama dengan tiga mobil yang terparkir di samping gedung ini.”

“Gue udah sering ingetin. Jangan coba macam-macam dengan Kun Hartadi!” Lexa terlihat jengkel saat mendengar kejadian semalam, dia memang selalu mengkhawatirkan keselamatanku. Lexa sudah hafal, siapa Mas Kun sebenarnya.

“Gue berani sejauh ini karena dukungan dari mertua gue,” jawabku membela diri.

“Hati-hati Nita. Mungkin di dunia ini hanya gue satu-satunya orang yang bisa lo percaya,” katanya. “Gue mau lanjut beresin ruangan dan ngasih arahan ke tim produksi ya.” Lexa langsung pamit, sepertinya dia tak mau terlibat lebih jauh lagi dalam pembicaraan tentang keluargaku.

Kun Hartadi, ia tipe orang yang tak akan mudah melepaskan sesuatu yang didapat dengan uangnya. Dia tak akan melepaskanku begitu saja. Pernikahan mewah, mahar, dan semua uang yang telah dia keluarkan untukku selama ini … dia pasti akan mengejarku sampai dapat. Karena baginya, aku adalah ‘barang’ yang dibeli dengan uangnya. Itulah mengapa dia mengirim mata-mata untuk menangkapku, dia ingin aku kembali ke tangannya tak peduli dalam keadaan hidup atau mati.

Suara ribut terdengar dari luar. Rey seperti sedang menahan seorang wanita yang memaksa masuk ke dalam ruanganku. Wanita itu menangis dan terus memanggil namaku. Membuatku mau-tak mau harus menghampiri keributan mereka di depan pintu.

“Renata?!” Aku tercengang tatkala melihatnya berdiri di depanku.

“Kak Nita, tolong … aku ingin lepas dari suamimu!” 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Jatuh Miskin Karena Selingkuh   Akhir

    Ia benar-benar murka ketika menemukan alat kontrasepsi milik Rey dan langsung membuangnya ke wajahku.“Berani-beraninya kau mencoreng wajahku! Jadi selama ini kau selalu membagi tubuhmu dengannya, hah?! Kau telah menjatuhkan harga diriku!” hardik Mas Kun sambil menendang dadaku.Dia memperlakukanku sama seperti aku memperlakukan Renata dahulu. Dari mulai membuatku jatuh tersungkur hingga menendang dadaku. Semua itu pernah kulakukan pada wanita binal itu. Hatiku panas, menganggap perlakuan Mas Kun padaku sebagai bentuk membalaskan dendam Renata. Aku bangkit dan dengan berani menghadapinya, kulupakan sejenak rasa sakit di kening dan dadaku.“Coba lihat dirimu sebelum meenilaiku. Pantaskah kau marah setelah mendapatkan pembalasan atas perselingkuhanmu dengan Renata?” Aku menantangnya. “Kau telah berselingkuh dengannya dan mencoreng wajahku di hadapan teman-teman sosialitaku. Mereka tahu kelakuan bejatmu! Tidakkah kau memi

  • Jatuh Miskin Karena Selingkuh   Seperti Mimpi

    Rey melayangkan tinju di udara, mungkin kesal karena aku tak tahu password itu. Dia mengusap-usap dagu dengan jari tangan dan menggigit bibirnya, seperti sedang berpikir keras.Tak sengaja pandangannya beredar ke seluruh dinding dan menemukan foto-foto yang dikirim Mas Kun terpajang rapi. Ia menunjukkan ekspresi cemburu dengan menatapku dalam-dalam. Rey telah berubah jadi kekasihku lagi."Aku tak suka kau memajang foto-foto ini!" katanya, ketus.Rey melepas foto itu satu per satu. Sementara aku tak ingat kapan pernah memajang foto itu di sini.Sejenak Rey berhenti, seperti teringat hal penting. "Apa ada sesuatu yang sangat erat dengan suamimu?" tanya Rey. "Misal tanggal lahir, artis favorit, nama anak, nama istri—"Aku langsung menjentikkan jari, seketika mendapat ilham tentang kemungkinan kata sandi yang dipakai Mas Kun. "Ya, Rey! Aku ada ide. Kita coba dengan nama Renata!" kataku, memotong omongan Rey. "N

  • Jatuh Miskin Karena Selingkuh   Mimpi

    Kurebahkan diri di sofa, kekhawatiran akan gagalnya rencana ini membuat pikiranku semrawut.Teleponku berdering lagi, Madame menghubungiku untuk kedua kali. Firasatku mengatakan hal buruk.“Sebuah mobil hitam mengejar mobilku. Dia sangat cepat!” ucapnya di ujung telepon dengan penuh ketakutan.“Siapa? Kau bisa lihat plat nomornya? Katakan padaku, akan ku-cek!”“Sulit, aku bahkan tidak fokus melihat jalan. Lengah sedikit saja, dia bisa menangkapku! Jika selamat, mungkin aku akan datang terlambat. Jika tidak, maka aku tak akan datang padamu sama sekali,” katanya.“Kau tidak sedang bercanda, kan? Atau jangan-jangan kau sengaja mengecohku agar bisa lari dan memberitahu Willy bahwa aku memegang chip-nya?!” Kecurigaan itu tiba-tiba muncul.Terdengar suara mesin mobil yang semakin kencang, Madame sepertinya benar-benar sedang berada dalam kesulitan. Apakah kecurigaanku salah, ataukah dia m

  • Jatuh Miskin Karena Selingkuh   Mencuri Chip

    Ketika memasuki kamar pribadi Mas Kun, kulihat deretan foto Renata berjajar di setiap meja dan di sekeliling dinding—membentuk sebuah garis lurus yang mengelilingi kamar. Betapa terkejut dan geramnya diriku mengetahui Mas Kun masih menyimpan foto-foto Renata!“I told you. Aku belum sempat bereskan kamar ini, jadi kau pasti akan terkejut!” katanya seraya menurunkanku dari pangkuannya.Dengan memakai lingerie yang didesain mirip daster—jadi tak terlalu seksi—aku berjalan menyusuri setiap bagian kamarnya. Ini bukan saatnya menghiraukan rasa sakit hati atau pun rasa cemburuku, walau sebenarnya dadaku terasa sangat panas. Ingin rasanya kuhunjamkan pisau ke dada Mas Kun karena ia berani memajang foto wanita lain di rumah ini! Tapi, aku harus bisa menahan diri karena tujuanku adalah untuk mengambil dokumen perusahaan-perusahaannya.“Banyak sekali fotonya, Mas,” ucapku seraya berpura-pura melihat foto Renata satu per satu yang t

  • Jatuh Miskin Karena Selingkuh   Kamar Pribadi Rahasia

    “Gue kangen dengan masa-masa bekerja sebagai SPG toko parfum. Dan Rey memiliki parfum yang dulu dijual di sana. Gue minta parfum itu darinya,” jawabku seraya menunjukkan parfum The Blue Lover pada Lexa.“Lo pake parfum cowok?” Lexa mengernyitkan dahi keheranan.“Apa salahnya?” tanyaku, langsung berlalu meninggalkannya di belakang.Lexa mengejarku, ia terus memanggil namun kuabaikan, merasa risih dengan pertanyaan-pertanyaannya. Perhatiannya kadang berlebihan, dia tipe yang overprotektif. Aku tak suka.Aku sedang memilih sayuran ketika Lexa menarik tanganku. “Apa?” tanyaku.“Tadi lo kemana di jam istirahat? Lo gak sama Rey, kan?”“Please, berhenti mengurusi hidup gue, Lex,” jawabku.“Nita … kenapa lo jadi berubah?”“Bukan gue yang berubah. Lo yang overprotektif!” jawabku.“Nita! Lo bener-bener berubah.

  • Jatuh Miskin Karena Selingkuh   Pembalasan (2)

    “Do you really feel good?” Rey memastikan perasaanku. “I mean, semoga kau tak merasa buruk setelah kita melakukannya barusan.”Aku termenung beberapa saat. Jujur, rasa bersalah itu pasti ada. Apalagi, baru kali ini aku melakukannya dengan pria lain.“Aku melihatmu tidak baik-baik saja. Oke, kita tak akan melakukannya lagi sampai kau benar-benar siap,” lanjut Rey.Dia bersandar ke sandaran ranjang, memperlihatkan dada bidang dan perut six pack-nya. Kami masih sembunyi di balik selimut, dan aku menjatuhkan kepalaku di dada Rey yang begitu menggoda. Saat itu juga tangan kekarnya meraih tubuhku, membenamkannya ke dalam pelukan hangat yang menenangkan.“Kenapa aku harus ragu dan merasa tidak baik, bukankah Mas Kun pun melakukan hal yang sama dengan Renata, dengan leluasa dan tanpa banyak berpikir macam-macam?” tanyaku.Rey mengecup keningku, “baguslah kalau begitu. Kau jangan khawatir, ak

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status