Share

Jatuh di Pelukan Bos Berbahaya
Jatuh di Pelukan Bos Berbahaya
Author: Yerin Anindya

Bab 1

Author: Yerin Anindya
Pria yang sedang menikmati tubuhku sekarang bernama Raynard Wicaksana. Dia adalah pemilik perusahaan Aerotek Elang Perkasa. Mengenai bagaimana aku bisa naik ke ranjangnya, semua itu harus berterima kasih pada suamiku yang tidak berguna.

Raynard dikenal luas di Kota Ranakarta, baik di dunia terang maupun gelap. Konon katanya, dia punya kegemaran khusus dalam urusan bercinta, yaitu tidak pernah bermain dengan wanita jalang, tetapi selalu memilih wanita yang baik-baik.

Dia suka makanan mentah dan acar, dan lebih liar lagi ketika di ranjang.

Beberapa tahun lalu, ada seorang penari yang sampai pendarahan hebat karena dia. Perempuan itu harus ditransfusi darah ribuan cc di rumah sakit untuk bisa diselamatkan. Setelah kejadian itu, sebuah vila mewah di perbukitan Kota Ranakarta langsung diberikan atas namanya. Ada yang menyindir, demi sebuah vila di perbukitan, pendarahan sekali pun layak dibayar.

Raynard yang di siang hari tampak elegan dan berwibawa, kini seperti berubah menjadi binatang buas yang hampir merobek tubuhku.

Sakit dan takut bercampur di dalam diriku, dan aku pun teringat pada Lino Pradipta dengan perasaan sedih.

"Ugh..."

Aku hanya sempat melamun sejenak, tetapi Raynard langsung mencengkeram daguku dengan wajah tidak senang. Aku terpaksa menatapnya saat dia terus menggerayangi tubuhku. Pemandangan panas itu membuat wajahku memerah.

Dia tidak suka aku melamun saat melakukan hal seperti ini. Aku sudah dihukumnya tadi, jadi sekarang aku mulai fokus. Meski ini pengalaman pertama, kami bisa begitu selaras.

"Apa yang kamu pikirkan lagi?"

"Tidak ada."

Aku bersikeras menyangkal, tetapi dia bisa langsung menebaknya.

Di bawah kendalinya, tubuhku akhirnya menyerah dan tak bisa menahan getaran yang mengguncang.

Dia puas dengan reaksiku, dan tampaknya menyukai suaraku juga.

Padahal aku bukan orang seperti itu. Aku adalah wanita yang pendiam, konservatif, dan tidak suka bersosialisasi.

Jalur hidupku pun begitu biasa, sama seperti kebanyakan orang—teratur, mengikuti aturan, dan tanpa kejutan."

Setelah lulus kuliah, aku tidak punya koneksi ataupun sumber daya. Demi bertahan hidup, aku melamar pekerjaan di perusahaan impianku. Meskipun hanya menjadi resepsionis yang tidak kusukai, aku tetap bersyukur bisa bekerja di Aerotek Elang Perkasa.

Di sana aku bertemu Lino, suamiku. Kami berdua hanyalah pegawai kecil. Setelah setahun berpacaran, kami memutuskan untuk menikah.

Saat pacaran, Lino tidak pernah menyentuhku. Dulu aku mengira dia pria baik dan konservatif. Baru setelah menikah, aku tahu semuanya palsu, kenyataannya dia impoten.

Lino bukan hanya menderita azoospermia, tetapi juga tidak mampu menjalani kehidupan pernikahan yang normal. Seketika aku seperti menjadi janda hidup.

Aku langsung mengajukan cerai, tetapi Lino berlutut di depanku dan menangis seperti anak kecil yang tidak berdaya. Ditambah lagi, keluargaku sangat konservatif dan menganggap perceraian adalah aib besar.

Aku pun luluh.

Lino bilang dia mengerti aku masih muda. Jika punya kebutuhan biologis, dia mempersilakanku mencari pria lain. Namun, aku tidak pernah melakukannya.

Kesetiaanku justru membuat Lino makin merasa bersalah. Untuk menebusnya, dia menyerahkan seluruh gajinya kepadaku setiap bulan, bahkan tidak membiarkanku mengerjakan pekerjaan rumah. Dia selalu memasak makanan enak untukku, dan di hari libur, dia mengajakku jalan-jalan.

Dia memperlakukanku seperti putrinya sendiri. Perasaan dimanjakan itu mengobati luka batin masa kecilku yang selalu diabaikan.

Hingga suatu hari, Lino mengajakku membeli pakaian mahal dan lingerie seksi. Kami pergi ke hotel bintang lima paling mewah di Kota Ranakarta. Aku mengira penyakitnya telah sembuh. Namun, sesaat sebelum aku melangkah ke suite presiden, dia mengungkapkan kebenarannya. Dia menjualku kepada atasannya, Raynard.

Benar. Dia menyerahkan istrinya sendiri ke ranjang pria lain.

Sampai sekarang, aku masih ingat ucapannya. "Bos butuh wanita untuk menemani, harus bersih dan belum berpengalaman. Setelah itu, aku bisa dipromosikan jadi manajer cabang dengan gaji tahunan tiga miliar. Yang terpenting, kamu bisa meminjam benih untuk punya anak."

Aku tidak percaya kata-kata menjijikkan itu keluar dari mulut Lino.

Tubuhku gemetar karena marah, darahku seperti berbalik arah, dan air mata mengalir dari mataku yang penuh kemarahan.

Aku memaki dan memukulnya, tetapi Lino hanya menyiramku dengan air dingin.

Bulan lalu, keluargaku mengalami musibah. Adikku terlilit utang besar dan melarikan diri ke luar kota, meninggalkan orang tuaku menghadapi para penagih utang yang kejam.

Lino berusaha mencari bantuan, tetapi uang yang terkumpul masih jauh dari cukup. Jika masalah ini tidak segera diselesaikan, keluargaku takkan pernah tenang.

Kalau aku bisa menyenangkan Raynard malam ini, tidak hanya masalah utang akan terselesaikan, Lino pun akan naik jabatan, dan kami bisa punya anak.

Lino berkata, kalau aku rela berkorban, maka semua masalah akan teratasi.

Akhirnya, aku luluh.

Saat Raynard melihatku masuk, dia tidak tampak terkejut. Dia mengenakan jubah mandi putih, ikat pinggangnya melonggar, bagian dadanya terbuka, memperlihatkan otot-otot yang kekar.

Aku gugup, tanpa sadar mengepalkan tangan di sisi tubuhku, bahkan tidak sadar bahwa aku sedang gemetaran.

Matanya yang dingin menatapku penuh godaan dan rasa main-main.

"Mau minum dulu agar lebih rileks?"

Tanpa menunggu jawabanku, dia berjalan ke meja dan menuangkan segelas anggur.

Aku menatap gelas kristal itu, cairan merah tua tampak berkilau menempel di dinding gelas.

"Pak Raynard." Suaraku terdengar gugup.

Dia mengangkat daguku dan menyuapiku dengan anggur itu.

Anggur mengalir dari sudut bibirku. Dia mengusapnya dengan ujung jarinya. Aku makin gemetaran. Dia bertanya, "Dingin?"

"Tidak."

"Tidak rela?"

Tentu saja aku tidak rela. Akan tetapi, aku tidak punya pilihan.

"Bukan."

"Kalau rela, jangan tampak seperti dipaksa." Lalu dia bertanya lagi, "Siapa namamu?"

Melakukan hal sekotor ini, masih harus sebut nama juga?

Apa dia mau beri bintang lima setelah dipakai?

Aku menunduk. "Ranaya Damayanti."

"Ranaya." Dia mengangguk pelan.

Raynard menarikku ke kamar. Dia duduk di tepi ranjang, menyandarkan tangan ke belakang, dan berkata dengan tenang, "Lepas."

Aku sungguh tak pernah membayangkan, selain suamiku, aku harus telanjang di depan pria asing. Ini sangat memalukan.

Dia tidak suka aku ragu-ragu, wajahnya langsung tampak tidak senang. "Kalau tidak mau, keluar saja."

Refleks pertamaku ingin kabur, tetapi kakiku terasa berat seperti diisi timah. Aku tahu, jika aku pergi, maka semua beban hidup akan kembali menghimpitku.

Dengan tangan gemetar, aku mulai membuka gaun hitamku. Saat gaun jatuh ke lantai, aku berdiri kaku seperti boneka di atas kotak musik.

Lingerie itu dipilih oleh Lino, renda hitam yang nyaris transparan.

Dulu aku pikir itu terlalu vulgar, tetapi Lino bilang justru itu yang membuatku tampak seksi dan menggoda.

Raynard mengulurkan tangan. Aku menutup dada, malu-malu melangkah dua langkah ke arahnya.

Tali lingerie itu diangkat oleh jari-jarinya yang ramping dan bersih, lalu dia menariknya perlahan sambil terus menatapku.

Dia memainkannya di antara jarinya seperti sedang memegang mainan.

Sepertinya Lino memang mengerti selera pria. Tatapan Raynard padaku langsung berubah, penuh nafsu yang membara, seolah ingin melahapku hidup-hidup.

Dia menarikku ke dalam pelukannya. Awalnya dia masih sabar melakukan foreplay, tetapi begitu suasana memanas, nalurinya yang buas pun muncul. Dia seperti singa yang mencabik tubuhku hingga tak bersisa.

Malam itu, yang tersisa di pikiranku hanyalah panas tubuhnya dan rasa sakit yang menghujam dari dalam.

Keesokan harinya.

Saat aku terbangun, dia sudah pergi. Di meja samping tempat tidur, ada sebuah kartu bank.

Kupikir semuanya telah berakhir, tetapi begitu aku melangkah keluar dari suite presiden, aku melihat sekretaris Raynard, Davin Santosa, berdiri di luar.

Dia menyerahkan setelan kerja padaku dan berkata, "Asisten Ranaya, Pak Raynard akan menghadiri rapat di Kota Devara sore ini. Kamu harus ikut."

Asisten?

Aku benar-benar bingung.
Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Jatuh di Pelukan Bos Berbahaya   Bab 50

    Raynard tidak melepaskan mangkuk dan bersikeras. "Selama belum keluar dari rumah sakit, tetap saja pasien."Melihat kemesraan mereka berdua, aku pun membalikkan badan, dan pura-pura membereskan barang.Sebenarnya, tujuan Raynard memamerkan kemesraan di depanku adalah untuk menghilangkan kecurigaan Maura.Aku berdiri di ujung ranjang dan menatap mereka berdua dengan tatapan merestui. Maura sepertinya tidak curiga terhadap reaksi aku yang tampak tulus.Setelah Maura selesai makan malam, Raynard memutuskan untuk menemaninya di rumah sakit. Aku berjalan keluar dari ruang rawat bersama Davin.Di lorong, Davin bertanya padaku, "Tidak marah?"Aku menoleh dan memperlihatkan ekspresi terkejut. "Marah soal apa?"Davin menatapku sambil menilai situasi dan mencoba membaca ekspresiku, tetapi tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. "Aku cuma mau mengingatkanmu, jangan lupa siapa dirimu sebenarnya.""Haha." Aku tertawa getir. "Terima kasih atas peringatanmu. Tapi kamu juga tahu, sejak awal aku mel

  • Jatuh di Pelukan Bos Berbahaya   Bab 49

    Perasaan pria terhadap sosok pujaan hatinya memang berbeda. Di mata Raynard sekarang, aku hanyalah seseorang yang bisa dipanggil sesuka hati dan disingkirkan kapan pun dia mau.Setelah merapikan kotak makan, aku bersiap pulang. Tidak ada gunanya menjadi penghalang.Aku memberi tahu Raynard. "Pak Raynard, aku pulang dulu."Raynard masih sempat mengingatkan soal menu makanan, menyuruhku untuk masak sesuai daftar, dan menghindari bahan-bahan yang tidak bisa dimakan Maura.Aku berjalan ke sisi ranjang. Meski Maura memberi kesan akrab seperti seorang teman, aku tak bisa benar-benar memperlakukannya seperti itu. Raynard pasti tidak akan mengizinkannya."Bu Maura, kamu istirahat baik-baik. Aku pergi dulu."Maura perhatian padaku. "Kamu ke sini sendirian? Bagaimana kalau suruh Raynard antar pulang?"Raynard menatap ke arahku. Aku segera berkata, "Tidak perlu. Aku bawa mobil."Begitu aku keluar dari kamar, terdengar suara lembut Raynard dari dalam. "Kamu mau minum tidak?"Aku menutup pintu. Kel

  • Jatuh di Pelukan Bos Berbahaya   Bab 48

    "Raynard. Semua ini salahku. Jangan salahkan dia." Maura berkata sambil memalingkan wajah. Matanya bahkan menjadi merah.Raynard memberikan semangkuk bubur kepadaku dan berkata dengan nada kesal, "Masak bubur saja tidak becus. Lain kali, jangan pakai talas." Aku merasa sedih. Bagaimana mungkin aku tahu dia alergi talas.Aku meletakkan bubur dan menyerahkan telur kukus. Raynard meniup telur kukus itu dan menyuapkan ke Maura. Dia juga makan setengah potong labu kukus.Maura hanya bisa makan sedikit. Makan beberapa suap dan sudah tidak bisa makan lagi.Aku bisa melihat bahwa Raynard kesal dan gusar. Dia marah karena Maura makan sedikit dan marah pada dirinya sendiri karena tidak bisa berbuat apa-apa.Raynard menerima panggilan dari kantor. Maura sempat membujuknya agar Raynard kembali bekerja dan tidak perlu menjaganya. Namun, Raynard bersikeras untuk menemaninya.Perawat memanggil keluarga pasien untuk mengambil obat. Sekarang hanya aku dan Maura di kamar pasien.Dia menoleh dan berkata,

  • Jatuh di Pelukan Bos Berbahaya   Bab 47

    Raynard berkata, "Maag Maura kambuh. Sekarang dirawat di rumah sakit. Oh, ya. Kalau Kak Elina datang, tolong suruh dia masak sesuatu yang lunak dan mudah dicerna, terus kirim ke rumah sakit. Dia tidak suka makanan restoran.""Oke. Aku akan kasih tahu Kak Elina begitu dia datang."Tidak lama setelah Raynard pergi, dia menelponku lagi.Raynard bertanya padaku, "Kamu bisa masak?"Aku terdiam. "Bisa."Raynard berkata, "Barusan Kak Elina telepon, kemarin pinggang suaminya makin parah, sekarang dia dirawat di rumah sakit. Jadi, dia harus menjaganya beberapa hari di rumah sakit. Kamu masak makanan yang cocok buat penderita maag, terus antar ke rumah sakit.""Oke."Aku menutup telepon dan mencari informasi mengenai pola makan untuk pasien maag dari internet.Di kulkas ternyata ada talas. Aku keluarkan talas itu dan masak bubur dengan talas. Aku juga mengukus telur dan labu. Lalu, aku memasukkannya ke kotak makan dan langsung berangkat ke rumah sakit.Di tempat parkir aku mengirim pesan WhatsAp

  • Jatuh di Pelukan Bos Berbahaya   Bab 46

    Nama aliasnya adalah Melodi Langit terdengar anggun dan memesona. Sementara namaku, Peternak Hoki.Namaku jelas-jelas menarik perhatiannya. Dia menatapku dan tersenyum penuh arti. "Lucu sekali."Aku tersenyum samar sambil melihat tatapan Raynard yang dingin dan menjaga jarak terhadapku. Raynard jelas-jelas tidak ingin aku menganggu mereka.Aku pun tahu diri dan segera pergi. "Pak Raynard, Bu Maura, aku kembali bekerja dulu."Saat menutup pintu, aku mendengar Maura berkata dengan lembut, "Bu Ranaya lucu sekali. Kamu harus lebih lembut padanya."Dengan nada penuh manja, Raynard berkata, "Dia bawahanku, dan kamu memintaku bersikap lembut padanya?""Jangan terlalu galak juga. Kamu tidak tahu bagaimana raut wajahmu barusan, sampai-sampai aku sendiri merasa takut melihatnya."Aku tidak tahu bagaimana Raynard menjawab Maura. Aku tidak bisa mendengar dengan jelas karena pintu sudah tertutup dengan rapat.Maura ternyata lebih ramah dan mudah didekati dari yang kuperkirakan. Waktu meninggalkan k

  • Jatuh di Pelukan Bos Berbahaya   Bab 45

    Aku berhasil melunasi utang kali ini. Rumah dan tanah juga tetap aman. Aku juga sudah bilang ke keluargaku kalau aku tidak akan ikut campur urusan Juna. Aku membiarkan dia menanggung sendiri konsekuensinya.Apabila dia masih mau berjudi, tidak peduli dia kehilangan tangan atau nyawa, itu bukan lagi urusanku.Ibu mengiyakan dengan sangat meyakinkan, katanya dia pasti akan membujuknya berhenti berjudi. Namun, dalam hati, aku tahu jelas, seorang penjudi akut tidak akan semudah itu berubah dan kembali ke jalan yang benar.Agar mereka tidak datang ke kantor untuk membuat keributan, aku mengetuk pintu kantor Raynard."Ada apa?" Raynard yang sedang membaca dokumen bertanya kepadaku tanpa mengangkat kepalanya.Tangan yang terkulai di samping tubuh mengepal erat. "Aku harus jujur, Pak Raynard, keluargaku memang agak rumit. Adikku itu tipe orang yang hanya ingat diberi makan, bukan dipukul. Aku khawatir kejadian seperti kemarin bisa terulang lagi. Mereka tidak punya uang, jadi pasti akan datang

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status